20: Hukuman

1.3K 130 143
                                    

"Jadilah seperti udara, tak butuh pengakuan tapi selalu ada hadirnya.
Menjadi dan memberi kehidupan bagi setiap manusia."

***

"Keisyaa! Bangun kebo!"

"Ah males ziv, gak mau masuk gue!"

"Dih ngomong sekali lagi gua cucuk mulut lu ya!"

"Au ah gelap"

"Ya gelap lah orang lu merem!"

"Oh iya lupa"

"Ayooo bangunnn!" Ziva kemudian menarik kaki Keisya hingga Keisya terjatuh dari kasur.

"Hm mampus lo nyaho kan?" cibir Ziva pada Keisya yang terlihat meringis kesakitan.

"Aduhhh sakittt! Parah lo Ziv! Lagi mimpiin Prince Mateen juga!" jerit Keisya yang masih menahan sakitnya.

"Ngimpi mulu hidup lo! Kebanyakan halu"

"Diam kau cengcorang!"

"Cengcorang gundulmu! Udah cepet sana mandi!" perintah Ziva sembari melemparkan handuk ke wajah Keisya.

"Emang anak sialan" jawab Keisya yang kini berjalan tergopoh ke kamar mandi.

Keisya dan Ziva kini telah siap. Setelah mandi, pakai baju, dan sarapan, mereka langsung berangkat menuju sekolah. Papa dan mama Ziva tentu sudah tak ada di rumah, mereka sudah berangkat kerja dari subuh hari.

Hari ini kelas X MIPA 1 kedapatan jadwal pelajaran sejarah. Pelajaran yang membosankan, ditambah lagi guru yang mengajar sangat killer. Semua siswa tak ada yang berani berkutik mengobrol kanan kiri ketika pelajaran sejarah tiba. Tetapi beda cerita dengan Keisya dan Ziva, bahkan Lyodra.

Keisya dan Ziva tentu saja tak memperhatikan pelajaran yang dijelaskan. Mereka hanya sibuk bermain game cacing di ponsel mereka masing-masing.

Berkat tempat duduk mereka yang strategis alias paling belakang pojok, mereka tentu tak dipedulikan oleh guru killer yang sedang mengajar di kelasnya itu. Untuk apa? Toh juga matanya minus. Tetapi jangan salah, pendengarannya begitu tajam.

Sedangkan Lyodra? Ia tidur! Baginya, pelajaran sejarah hanya membuat mata ngantuk juga membuang-buang waktu. Ia tak pernah suka pelajaran ini dari dulu.

Jika dulu Nuca sering memberinya permen agar ia tak mengantuk ketika pelajaran sejarah tiba, kini Nuca hanya duduk diam membeku di baris kursi terdepan. Sesekali ia menengok ke belakang untuk memastikan. Karena ia jelas tahu kebiasaan lama perinya itu. Ia takut Lyodra ketahuan.

Sam yang memperhatikannya dari sebelah kanan meja Lyodra pun melempari Lyodra dengan gumpalan kertas yang ia buat.

"Ly!" bisik Sam yang tentu tak terdengar oleh Lyodra

"Lyodra!"

Lyodra belum juga menjawab.

"Lyodra bolot!" teriak Sam. Tentu saja semua mata kini tertuju padanya. Begitupula dengan Lyodra yang terbangun dari tidurnya karena kaget mendengar teriakan Sam.

RAJATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang