Bab 1

2.4K 154 43
                                    


Yoona memutar kakinya dan mulai berjalan menuju meja makan di apartemennya. Seorang pria berwajah ganteng duduk tersenyum menyaksikan setiap gerakan yang dibuat oleh gadis itu.

"Mengapa kau terus-terusan tersenyum seperti orang tolol?" Yoona menaruh sepiring penuh sandwhich yang baru dibuatnya ke atas meja. "Apa aku terlihat lucu?"

Minho mencomot sepotong sandwhich dan mulai mengunyah. "Memangnya aku tak boleh menatap pacarku sendiri dan tersenyum karena dia terlihat begitu cantik?"

Yoona bertelekan di pinggir meja makan. "Apa melihatku membuatmu bahagia?"

Minho berhenti mengunyah. Wajahnya hanya beberapa senti dari wajah Yoona. Gadis itu sungguh wangi. Minho selalu senang mencium harum tubuh Yoona di pagi hari. Keharuman khas perempuan yang begitu alami. Entah mengapa hatinya selalu saja bergerak liar setiap kali ia menghirup aroma tubuh Yoona. "Boleh aku mengecupmu?" Tanyanya tiba-tiba.

Yoona memainkan sudut bibirnya. Ia menjentikkan jari. "Tidak boleh."

"Lho, kenapa tidak boleh? Aku kan pacarmu. Dan aku sungguh-sungguh mencintaimu."

Yoona tertawa kecil. "Kau tak boleh mengecupku... Karena aku sudah membuatkanmu sandwhich. Kau hanya boleh minta satu hal dariku tiap harinya. Tak boleh lebih."

Minho mengembalikan potongan sandwhich yang tengah dimakannya ke atas piring. "Yaaah, itu tidak adil. Sandwhich dan ciuman itu berbeda jauh. Mana bisa disamakan?"

"Salahmu yang selalu datang setiap pagi menemuiku untuk minta dibuatkan sandwich gratis."

Minho melipat lengannya dan menatap pacarnya, "kau tak mau aku kunjungi setiap pagi?"

"Tidak mau. Karena kau selalu mengganggu tidurku. Apa kau tak tahu kalau aku ini selalu kurang tidur?"

"Kau kurang tidur? Ah, kasihan sekali." Minho menepuk-nepuk rambut Yoona. "Pindahlah ke tempatku, kau boleh tidur sepuasnya di atas ranjangku." Ia menyentuh wajah cantik gadis itu dan tahu-tahu mengecup bibirnya.

Yoona tersentak mundur. Ia memukul lengan Minho keras-keras. "Dasar pencuri! Aku kan sudah bilang kalau kau tak boleh menciumku."

Minho tertawa. "Aku sama sekali tak keberatan mencuri sebuah kecupan dari wanita yang kucintai."

Yoona mengerutkan bibirnya tanda protes. "Mulai besok aku tak mau lagi membuatkanmu sandwhich. Itu balasan untukmu karena sudah mencuri ciuman dariku."

Minho tersenyum menanggapi candaan Yoona. "Kalau kau maunya begitu, apa boleh buat? Aku terpaksa menukar semua sandwhich di dunia ini demi mendapatkan satu kecupan darimu."

"Ting-tong!"

Bel apartemen berbunyi. Yoona berlari kecil untuk membuka pintu. Ketika pintu dibuka, Kwon Yuri----manager Yoona----baru saja menutup telepon genggamnya. Ia menatap Yoona dengan alis tertekuk dalam. "Kau belum dandan? Ya ampun Yoona, kau seharusnya sudah siap sejak lima belas menit yang lalu." Ia melotot sambil berjalan masuk ke dalam apartemen, "dan omong-omong, ini Starbuck pesananmu."

Yoona nyengir dengan rasa bersalah. Ia menyedot frappucino yang barusan dibelikan oleh Yuri untuknya. "Salahkan Minho. Dia memaksaku untuk membuatkan sandwhich untuknya. Aku jadi tidak punya waktu untuk bersiap-siap."

Minho yang menguping perkataan Yoona hampir saja tersedak kopi hitam yang tengah diteguknya. "Apa? Kau menyalahkanku? Yang benar saja!"

Yuri melotot pada Minho. "Hei Choi Minho, kau ini sudah cukup kaya raya untuk menyewa seorang chef yang bisa membuatkanmu sandwhich kapanpun kau mau. Tidak perlu menyusahkan pacarmu tiap pagi begini. Jika sampai Yoona terlambat latihan hari ini, aku pasti akan menuntutmu."

I Paint The Sky Pink For You [Vyoon Fanfic]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang