Bab 32

607 77 56
                                    

Taehyung merasa seolah-olah telah menunggu seribu tahun untuk bisa melihat Yoona lagi. Begitu ambulans yang mengangkut mereka tiba di rumah sakit, ia dan Yoona dibawa ke ruang gawat darurat, namun ke bangsal yang berbeda.

Taehyung berontak, ia tidak perlu ditolong maupun diobati. Ia hanya ingin melihat Yoona. Apakah gadis itu selamat atau...

Taehyung melompat dari atas ranjang rumah sakit tanpa menghiraukan petugas IGD yang mencoba untuk merawatnya. Ia berlari mencari-cari Yoona. Namun saat ia menemukan gadis itu, ia malah dihalau keluar oleh seorang petugas keamanan.

Taehyung jatuh terduduk di depan ruang IGD. Ia menyangga kepala dan menangis keras-keras. Mulutnya tak henti-hentinya memanjatkan doa meskipun ia yakin Tuhan sudah meninggalkannya sepuluh tahun lalu.

Taehyung menatap kedua pintu IGD yang tertutup rapat dengan nanar. Apa yang harus ia lakukan jika Yoona tidak selamat? Apakah masih ada kata maaf yang tersisa untuk ia berikan?

"Tidak seharusnya aku meninggalkan Yoona di SM. Aku tidak seharusnya pergi..." Taehyung menjeduk-jedukkan kepalanya ke tembok dengan penuh penyesalan.

Entah berapa lama waktu yang sudah berlalu. Taehyung hanya diam termangu dan menunggu. Ia tak menjawab meskipun beberapa orang-----baik yang ia kenal maupun tidak----menegurnya dan menanyakan banyak hal.

"Taehyung ssi."

Taehyung mendongak. Ia kenal suara itu.

Minho berdiri di hadapannya. Kepala dan lengan Minho masih dibalut perban, tapi lelaki itu berdiri tegak di depannya. Ia menatap Taehyung tanpa emosi walaupun kedua matanya merah menahan syok dan rasa pedih. Saat ledakan terjadi, Minho tidak berada di SM. Ia baru tahu mengenai insiden itu setelah melihatnya di televisi.

"Y---Yoona..." Taehyung mencelat berdiri. "Dia... Dia di dalam...." Ia tak tahu apakah tadi Minho sempat masuk ke dalam ruang IGD atau tidak. Apakah musisi muda itu menghampirinya untuk bertanya tentang keadaan Yoona atau justru hendak mengatakan sebuah kabar buruk....

"Aku tahu." Minho merasa hatinya hancur. "Yoona... Pasti akan baik-baik saja, bukan?"

Taehyung tak menjawab. Ia menunduk dan kembali menitikkan airmata. Seandainya saja ia tahu bagaimana kondisi Yoona sekarang.

Pintu ruang gawat darurat tiba-tiba saja dihentak terbuka. Kedua pria itu sama-sama berlari menghampiri.

"Taehyung. Apakah ada yang namanya Taehyungie di sini?" Seseorang yang mengenakan pakaian medis menahan pintu IGD dan menatap semua orang yang berkumpul di depannya.

"Saya Kim Taehyung." Taehyung buru-buru menyelesak masuk.

"Ikut saya."

Taehyung mengikuti pria berpakaian medis itu ke dalam ruangan gawat darurat. Bibirnya bergetar mengalunkan doa dan harapan agar Yoona selamat. Namun semakin Taehyung mendekati bangsal Yoona,  semakin bertambah takut hatinya.

"B-b---bagaimana Yoona?"

"Dia memanggil-manggil namamu sejak tadi." Pria berpakaian medis itu membuka tirai.

"Tae..." Meskipun kedua matanya terpejam rapat dan ia masih mengenakan masker oksigen, bibir Yoona bergerak lirih.

"Aku di sini. Aku ada di sini, Yoona." Taehyung setengah berlari menubruk ranjang Yoona. Ia mengusap kening dan rambut gadis itu yang ditutupi oleh perban. Taehyung menelan airmatanya. "Yoona, bagaimana keadaanmu, sayang? Apa kau bisa mendengarku? Bukalah matamu..."

Perlahan-lahan Yoona membuka kelopak matanya sedikit demi sedikit. "Taehyungie..." Jari-jari tangannya meraba-raba ranjang. Taehyung tahu apa yang ingin disentuh oleh Yoona. Ia segera meraih tangan gadis itu dan menggenggamnya erat-erat.

I Paint The Sky Pink For You [Vyoon Fanfic]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang