Bab 5

702 98 11
                                    


Taehyung menatap gedung lama SMA Daegu dari kejauhan. Bangunan usang itu tampak gelap gulita.

"Mana mungkin ada orang di sana." Ia mengangkat bahu. "Lebih baik aku mencari di bagian lain."

Pemuda tampan itu bergegas pergi dari sana.

Pada saat yang bersamaan, di sebuah ruangan kelas yang temaram di dalam gedung lama sekolah, Yoona memegangi pinggiran jendela erat-erat. Ia bertekad, sebelum Hwayoung sempat melakukan suatu hal yang mengerikan kepadanya, ia akan menghantamkan kepalanya ke kaca jendela. Yoona lebih memilih mati daripada membiarkan Hwayoung menodainya.

"Menjauhlah...." Yoona mengancam. Namun Hwayoung hanya tersenyum saja.

"Aku bersedia melakukan apa saja demi memilikimu, Yoona."

"Kalau begitu lepaskan aku..." Kata Yoona.

"Aku akan melepaskanmu, tapi setelah aku menikmatimu." Hwayoung menghambur dan memeluk Yoona.

"TIDAAAAK!!!!" Yoona menendang selangkangan Hwayoung. Pemuda itu mengerang. Yoona baru saja mengenai bagian paling vital di tubuhnya.

Yoona segera berlari ke arah pintu kelas. Namun Hwayoung menarik kakinya. Yoona langsung terjatuh menghantam salah satu meja di sana.

"PLETAAAK!" Kepalanya membentur pinggiran meja. Yoona merasa pusing. Mendadak Hwayoung mencengkeram betisnya. Gadis remaja itu menjerit kaget. Ia refleks menendang kepala dan juga wajah Hwayoung dengan sangat keras.

Remaja gergajul itu terjengkang ke atas ubin kelas. Yoona terkesiap. Wajah Hwayoung berlumuran darah. Sepertinya ia baru saja mematahkan hidung si durjana itu.

Saat Hwayoung mengaduh di atas lantai, Yoona secepat kilat melesat ke arah pintu dan mencoba untuk membuka kuncinya.

Melihat Yoona yang akan segera lolos dari tangannya, Hwayoung menyambar gadis itu.

"KYAAAAAA!!!" Yoona menjerit saat tangan Hwayoung mencakar punggungnya. Dalam keadaan kalang-kabut, Yoona berbalik dan menonjok. Sial bagi Hwayoung, hidungnya yang sudah berdarah-darah itu kena hajar sekali lagi.

"AAAARGH!!!!"

Hwayoung terserempak ke belakang. Kali ini ia berteriak kesakitan sambil berguling di atas lantai.

Sambil mengawasi Hwayoung-----khawatir begajul itu akan kembali menyerangnya-----Yoona memutar-mutar anak kunci. Saat pintu kelas terbuka, ia langsung berlari sekencang-kencangnya tanpa menoleh ke belakang.

"TOLOOOONG!!!!" Yoona berteriak keras sampai semua udara di dalam paru-parunya habis.

Yoona?" Taehyung menoleh. Ia tak mungkin salah dengar. Suara teriakan Yoona berasal dari arah gedung lama sekolah.

Tanpa ragu lagi, Taehyung melenting menuju gedung lama sekolah. Ia kaget melihat Yoona berlari sempoyongan keluar dari dalam bangunan usang yang gelap itu.

"Yoona!" Serunya menghampiri gadis itu.

"Taehyung, tolong! Hwayoung sudah jadi gila!" Yoona ambruk kehabisan tenaga. Taehyung refleks menangkap tubuhnya. "Dia hendak mencelakaiku."

"Hwayoung?" Taehyung menatap ke arah dalam gedung sekolah yang sudah usang. Ia merasa geram setengah mati. "Di mana bajingan itu?" Ia tak melihat ada siapa-siapa yang keluar dari sana.

Yoona tidak menjawab, ia malah menghambur memeluk Taehyung dan menumpahkan airmatanya di dada pemuda tampan itu.

Taehyung kaget dipeluk oleh Yoona. Selama beberapa saat ia tak tahu mesti berbuat apa. Namun kemudian Taehyung memberanikan diri untuk meletakkan kedua tangannya di punggung Yoona dan balas memeluk gadis cantik itu. "Sudah-sudah, jangan menangis. Kau aman sekarang. Kalau Hwayoung mengejarmu ke sini, aku akan menghajarnya."

Namun Yoona masih menangis sesenggukan meskipun mereka berdua telah meninggalkan gedung lama sekolah. Taehyung menggigit bibir dengan bingung. Yoona pasti merasa syok setelah apa yang baru saja terjadi. Mereka harus melaporkan insiden ini ke pihak sekolah agar Hwayoung mendapatkan hukuman yang berat. Tapi yang paling penting untuknya saat ini adalah menghentikan tangis Yoona.

Tiba-tiba saja Taehyung berjongkok di hadapan Yoona. Ia menoleh. "Biar kugendong dirimu." Senyumnya manis.

Yoona menghapus airmatanya dan menggeleng. "Tidak usah. Aku masih bisa berjalan."

"Tapi aku ingin menggendongmu. Aku jamin tangismu akan berhenti begitu kau naik ke atas punggungku." Taehyung masih tersenyum. "Ayolah naik. Aku tidak akan menawarimu lagi besok atau kapanpun juga. Ini adalah kesempatanmu satu-satunya."

Yoona tertawa kecil di sela-sela isak tangisnya. Ia merasa malu dan konyol, namun ia juga tak mau menyia-nyiakan kesempatan manis tersebut. Ia melompat ke atas punggung Taehyung.

Taehyung berdiri. Ia tak mengira kalau Yoona akan seberat ini. Ia pasti telah salah memperhitungkan tenaganya sendiri.

"Kau boleh turunkan aku kalau kau merasa berat...." Yoona tahu Taehyung kesulitan berjalan sambil menggendongnya di atas punggung.

"Kau bercanda, ya? Aku takkan pernah menarik kembali ucapanku. Sebaiknya kau nikmati saja tumpangan gratismu ini."

Selangkah demi selangkah, Taehyung mulai berjalan menuju bangunan baru sekolah mereka.

"Tae, terimakasih," Yoona berbisik di telinga Taehyung, "terimakasih karena kau sudah mencariku...."

Taehyung tersenyum. "Tak perlu berterimakasih. Aku berjanji pada diriku sendiri kalau aku akan selalu melindungimu dan juga senyummu."

Yoona terhenyak. Apa ia tidak salah dengar?

Merasakan tubuh Yoona yang membeku di punggungnya, Taehyung menghentikan langkahnya. "Ada yang salah?" Tegurnya bingung.

"Kenapa... Kenapa kau ingin... Melindungi senyumku?"

Taehyung menunduk malu. "Karena aku suka melihat kau tersenyum."

Yoona merasa jantungnya bergetar tak keruan. Wajahnya pun terasa panas terbakar. "Ke----kenapa kau suka melihat senyumku?"

"Eung karena..." Taehyung menelan ludah. "Karena senyummu sangat indah."

Merah padam wajah Yoona dibuat Taehyung. Perutnya bergolak-golak seakan-akan dipenuhi oleh ribuan kupu-kupu yang tengah mengepakkan sayap. Ia bahkan tak tahu bagaimana mesti menggambarkan perasaannya saat itu.

"Apa kau cuma suka melihat senyumku saja?" Yoona setengah bertanya, setengah memancing.

Taehyung mengangguk.

"Hmm..., bagaimana kalau aku tak mau tersenyum lagi padamu?"

Taehyung menjadi gelagapan. Ia ingin mengatakan banyak hal, namun tiba-tiba saja lidahnya tak bisa digerakkan. Setelah dua atau tiga tarikan nafas, baru Taehyung bisa bersuara lagi.

"Aku berharap... Ehem... Maksudku... Aku ingin melihatmu tersenyum selamanya...." Taehyung merasa begitu malu dengan ucapannya barusan sampai-sampai ia tak mampu menegakkan kepalanya.

Tetapi Taehyung tak sadar jika ucapannya barusan justru membuat perasaan Yoona menjadi luar biasa bahagia. Gadis itu tak bisa berhenti berseri-seri. Ia merebahkan kepalanya ke pundak Taehyung dan lebih mengeratkan pegangan tangannya di dada pemuda tampan itu. Ia bahkan sudah lupa kalau tadi Hwayoung baru saja mencoba untuk mencelakainya. Rasanya, ia belum pernah mendapati malam seindah malam itu.[]

================================

I Paint The Sky Pink For You [Vyoon Fanfic]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang