Dua

2.4K 511 44
                                    

Dia sempat marah karena jumlah rombongannya dipaksakan berkurang. Harusnya ada enam orang, realitas yang bisa ikut hanya tiga orang saja termasuk dirinya. Taeyong juga berpikiran ingin membatalkan kunjungan. Namun, sisi dia yang lain menginginkan sebuah tempat untuk berlibur tanpa media dan Internet, dan memaksa supaya dia menyetujui persyaratan dari pihak resort.

Alasannya berlibur sudah ketara sekali bukan? Dia mau rehat dari aktivitas dunia musik. Menjernihkan pikiran agar dapat menciptakan lagu untuk album ke-5 band-nya. Belakangan ini dia mengalami kebuntuan. Lingkungannya tak dapat diajak kerjasama; begitupun dengan isi kepalanya yang kosong.

Setiap kali menulis selalu berakhir menjadi coretan dan terlempar ke tong sampah. Jari-jarinya pun terasa kaku saat mencari nada yang pas untuk lagunya. Sial! Gerutuan yang kerap terlontar oleh mulutnya.

Sebulan penuh ini yang dilakukan hanyalah mengerang frustasi dan menghabiskan berjam-jam melamun dengan minuman wiski. Taeyong ingin suasana baru dan mendapatkan lagu baru untuk album-nya. Jarang sekali dia melibatkan orang lain untuk proyek album.

Kali ini dia ingin album ke-5 sempurna tanpa cacat.

Dirasa Ma Charie adalah pilihan tepat untuk mendapatkan ide.Kedatangannya disambut baik oleh pemilik resort mewah tersebut secara langsung. Ketara sekali pria bernama Suho itu menyukainya. Senyum di bibirnya tak pernah memudar dan dia terus menerus memuji penampilannya. Tentunya dia bersama band-nya, Mad Dog.

Dengan mobil Golf, dia dan rombongan diantarkan sampai ke villa dua minggu ke depan. Taeyong merencanakan hanya berlibur selama dua minggu saja. Niatan mau sebulan, tetapi urung karena dua hari setelah kepulangan liburan nanti dia harus tampil bersama band-nya.

“Jika kalian membutuhkan sesuatu, kalian bisa menghubungiku,” kata Suho sebelum pria itu pamit dan membiarkan ketiga tamunya untuk beristirahat.

“Hei, mau ke mana?” seru manajernya. Ya, dia ikut—terpaksa—lagi pula dia bukan manajer dalam arti sebenarnya. Dulu memang posisinya adalah manajer, sebelum band mereka seterkenal ini.

Semenjak band terkenal, gadis itu sudah tidak menjabat sebagai manajer. Dia keluar, tepatnya dikeluarkan. Pihak agensi memberikan banyak kemewahan untuk band, salah satunya seorang manajer yang kompeten. Sayangnya, pria itu tidak bisa ikut bersama mereka dikarenakan sibuk mengurus anggota lain yang saat ini tengah terlibat “kasus”.

Hanya kasus biasa, tidak semengerikan itu. Tunggu dua atau tiga hari, kasus itu akan hilang dalam sekejap. Manajernya tahu apa yang perlu dilakukan.

“Biarin. Ntar juga balik,” kata Jonghyun, teman mereka. Jonghyun harusnya bukan bagian rombangan. Keberadaannya untuk menggantikan salah seorang teman yang nekat akan membawa dua wanitanya. Namun, ditolak oleh pihak Ma Charie.

...

Beruntung dia berangkat pagi sekali sehingga tidak melewatkan suasana sore di Ma Charie. Pemandangan di pulau ini sungguh indah nan menarik. Sepanjang mata memandang disuguhi oleh hamparan laut yang luas.

Villa berdiri kokoh di atas laut. Akses jalan ke daratan tidak perlu menggunakan boat atau sejenisnya. Terdapat akses sendiri menuju daratan dan itu memanjang serta berkelok menuju villa masing-masing. Jembatan berupa balok horizontal yang disangga oleh tiang penopang pada masing-masing pangkalnya. Berdiri kokoh disertai landasan beraspal. Persis seperti jalan raya di kota-kota besar maupun kecil.

Bedanya di sini terhindar polusi udara. Satu-satunya kendaraan yang ditemui, ialah: mobil Golf, sepeda, dan kaki-kaki manusia yang melangkah. Sepanjang hidung menghirup, yang dirasa bau lautan, oksigen bersih, dan pohon yang berdiri kokoh di daratan membawa kesejukan luar biasa nikmat lewat hembusan angin.

Di daratan sendiri berdiri kokoh sebuah bangunan megah nan besar. Taeyong menyakini tempat itu sebagai milik pribadi Suho, si pemilik Ma Charie. Sejak meninggalkan landasan bangunan itu menarik perhatiannya.

Bagaimana bisa rumah besar mewah berdiri di tengah-tengah pulau seorang diri? Dulunya. Sekarang lebih dari dua puluh bangunan villa berdiri menemani rumah mewah dan bangunan-bangunan lain di sekitar rumah, misal: sebuah bar, restaurant, kolam renang (walaupun dikelilingi lautan dan memiliki pantai pribadi, kolam renang tetap memiliki tempat khusus di hati pemilik dan tamunya), dan beberapa bangunan yang menjual-belikan segala hal.

Taeyong akan menengok tempat itu jika dia berkeinginan. Untuk saat ini dia mau melihat-lihat kemewahan Ma Charie. Apakah sesuai dengan tawaran liburan yang dibicarakan oleh banyak orang elit atau hanya isapan jempol belaka.

Sepertinya tentang, kita menjadi diri sendiri tanpa media dan mata melihat itu ada benarnya juga. Biarpun masih ada beberapa pegawai yang berkeliaran memandang, tetapi mereka tidak ada niatan mengejar Taeyong seperti kebanyakan orang saat melihatnya. Mereka sudah terlatih agar tetap ramah dan sopan kepada tamu. Bahkan para tamu pun seolah tidak peduli akan kemunculannya.

Bukannya tidak suka, Taeyong malah menyukai hal tersebut. Dia merasa bebas melakukan apa pun tanpa perlu menghindar dari kejaran atau kilatan kamera media.

Ah, akan lebih bagus apabila dia mengajak beberapa gadis di sini. Berlibur kemari dan melakukan beberapa hal gila.

Lupakan! Tujuanmu kemari bukan untuk senang-senan dan menggila.

Taeyong mendengus jengkel dengan pikirannya itu. Kebiasaan gila di backstage kerap mempengaruhi pikirannya. Terjun ke dunia musik sama juga mengubah sejatinya dirimu. Banyak moment tergila yang akan membuat puluhan orang alim kena serangan jantung.

“Aku tidak mau!” suara husky itu mengalihkan pikirannya ke bumi, “dia bukan tamuku, Kak. Dia nggak seterkenal itu.”

Terkenal? Dia tahu Ma Charie banyak dikunjungi orang-orang elit dan terkenal. Kalangan artis, aktor, dan musisi dunia pun pernah bertandang kemari. Sementara ini merupakan kali pertama untuk dirinya sebagai seorang musisi terkenal.

Mr. Rockstar adalah julukannya.

“Tahu lagunya saja tidak. Paling yang dilakukan cuma teriak di atas panggung dengan nada melengking dan sumbang. Jelas, itu bukan nyanyian. Ibu-ibu berteriak di dapur pun bisa menirukan suaranya.”

Wow, dia kejam sekali. Taeyong semakin ingin tahu siapa yang berbicara sekejam itu. Gadis itu tidak bisa merasakan seni bersuara. Orang bernyanyi dengan teriakan nyaring itupun ada tekniknya. Mereka tak sembarang main asal berteriak, kecuali seseorang mencuri dompetmu dan kamu berteriak, “Maling!” Alih-alih untuk minta bantuan masyarakat.

“Mad Dog?” itu nama bandnya, “anjing pemarah? Aneh. Seingatku Kakak selalu menolak tawaran berkunjung idolaku. Dua bulan lalu Kakak menolak berjabat tangan dengan Andrew. Dia tidak sekurang ajar itu, tidak sekurang ajar Kakak! Lagian dia menciumku karena tersanjung. Bukan! Itu dugaan Kakak sendiri. Aku sudah dewasa, astaga ... ada apa dengan orang-orang lajang ini?”

Taeyong melipat tangan saat menemukan keberadaan gadis itu di antara pohon kelapa. Dia memakai mini dress longgar warna cerah dengan sand flip flop T-strap berwaran putih memenuhi sepasang kakinya. Gadis itu masih bertelepon tanpa menyadari keberadaannya.

“Kalau beruntung bertemu, semoga tidak. Jangan memasakku, Kak,” keluhnya. “Aku bukan penggemar Mad Dog. Siapa yang datang kemari? Track? Oh, itu nama panggungnya. Lupakan ... dan jangan menghubungiku lagi. Aku sedang menikmati kekalahanku!”

Dia kira hanya di kota dapat menemui seorang haters, ternyata di pulau ini juga dia bisa menemukan hatersnya.

Haters yang cantik, gumamnya menyelipkan senyum di bibir.

Haters yang cantik, gumamnya menyelipkan senyum di bibir

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Cara | Taesoo [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang