Tiga

2.1K 515 58
                                    

Saat berbalik Jisoo kontan terkejut, mendapati pria bertato berdiri dengan tubuh bersandar pada pohon kelapa dan sepasang tangan terlipat di depan dada. Melihatnya berdiri dengan posisi seperti itu, dia menduga bahwa pria itu sudah berdiri lama di sana. Tanpa repot-repot menganggu, dia malah berdiri tenang seakan menunggu reaksinya saat berbalik.

Sialnya dia sangat tampan. Oh, ayolah, perempuan mana pun juga akan mengakui kharisma yang terpancar dari pria tersebut. Biarpun memiliki tubuh kurus, wajah tirus, dan tato di badan serta tindik di beberapa spot wajahnya, dia diberkati wajah yang sangat tampan.

Jisoo sering menemui pria-pria tampan dengan tubuh berisi dan berotot, setidaknya itulah perbedaan di antara mereka. Pun pertemuan sedemikian mengagetkan karena sejak tadi dirinya ditunggu olehnya. Benarkah?

Ia akan membuang asumsi tersebut dengan berlagak tidak peduli akan keberadaannya di sini. Melewatkan eksistensi makhluk Tuhan yang senantiasa berdiam sambil mengamatinya yang kini hendak menjauh dari jangkauannya.

“Kurasa kau hutang maaf padaku, Miss,” selanya menahan kaki gadis tersebut.

Jisoo menghadapnya dengan alis menukik tajam. “Maaf?”

Pria itu berdecak pelan; pun bergerak selangkah mendekat masih dengan tangan terlipat di dada.

“Bernyanyi dengan suara tinggi itu seni.”

Seni? Apanya seni? Dia ngomongin apa sih, aneh.

“Membandingkan dengan teriakan ibu-ibu di dapur sungguh ... perbandingan bodoh.”

Excuse me?” Jisoo tidak asing dengan kalimat tersebut. Ia teringat dan menebak bahwa pria ini mendengarkan obrolannya bersama sang kakak lewat telfon. Faktanya dia nyaris mendengarkan semua obrolannya. “Kita ada masalah?”

“Bukan aku, tapi Anda,” tandasnya kini sudah berdiri tepat di depan Jisoo.

Astaga, napasnya langsung tercekat melihat rupa maha dewa pria ini. Serautnya bening kontras sekali dengan tato sangar di badannya. Bibir, alis, dan telinganya ditindik. Jisoo mengidamkan hal tersebut, tetapi ayah dan kakaknya selalu menolak dengan alasan penampilan itu norak.

Maaf?” Entah karena dia terganggu dengan kehadiran si pria ini, atau memang dia belum paham ranah obrolan. Padahal beberapa ucapan yang dilontarkan, Jisoo mengenali kalimat itu berasal dari dia sebelumnya. Lantas mengapa dia ambang?

Astaga!” Dia memekik, bertingkah seolah baru mendapatkan durian runtuh. Oh, kenyataan memang begitu. Sekarang dia paham ranah obrolan mereka dan ... dia.

Track?”

“Taeyong,” koreksinya.

Pantas saja. Bukankah tadi dia berkata soal ... Jisoo meringis. Dasar bodoh! Dia berkata demikian bukan berarti membenci pria itu atau band-nya. Oh, tidak, yang benar saja! Jisoo hanya menggertak kakaknya supaya musisi idolanya gagal kemari. Dia ingin balas dendam, tetapi gagal.

“Kukira di tempat ini aku akan bebas dari seorang haters.” Nada suaranya jelas terselip kalimat sindiran. Jisoo dituduh sebagai haters. Dia pasti mendengarkan semua obrolannya bersama Suho. “Kurasa keamanan di sini kurang ....”

“Aku bukan haters-mu!” hardiknya, terdengar kasar. Sudahlah lupakan, dia hanya ingin membela diri. “Lagi pula keamanan di sini seratus persen dapat dipercaya. Kau tidak akan menemukan haters ataupun fans di sini. Ini pulau aman untuk seorang musisi.”

Bibirnya terselip senyuman. Walau samar, tetapi mata Jisoo dapat menangkap senyum itu. Dari gambar yang Jisoo lihat tentang profile pria ini, dia berbeda dari aslinya. Malah gambar-gambar itu tak sebanding dengan sosoknya yang berdiri di depan Jisoo sekarang.

“Benarkah?” ucapnya meragukan pernyataan Jisoo. “Apa jaminannya?”

“Maksudmu?”

“Aku butuh jaminan, seandainya ... well, fansku cukup anarkis, bukan cukup lagi tapi sangat. Kuyakin beberapa di antara mereka sedang berusaha merencanakan berlibur kemari.”

“Mereka tak akan lolos dari sistem penyelidikan.”

“Benarkah?”

Jisoo mengangguk. “Biaya kemari pun sangat mahal.”

“Nona, jangan meremehkan fansku,” ujarnya menyeringai, “mereka semua selalu mendapatkan apa saja yang berhubungan denganku.”

“Tidak termasuk di pulau ini.”

“Kau belum pernah mendengar berita seorang fans nekat menyewa helikopter demi menonton live konser outdoor-ku, bukan?”

Jisoo bergidik ngeri. Membayangkan seorang fans nekat menyewa sebuah helikopter dan berkeliaran di langit pulaunya. Ia menggeleng, yakin hal tersebut tidak akan terjadi.

Taeyong hanya besar kepala mengenai fansnya. Dia bukan satu-satunya musisi dunia yang berlibur kemari. Lebih dari puluhan musisi dunia pernah berlibur kemari dan semua baik-baik saja.

“Itu tidak akan terjadi!” balas Jisoo sepenuhnya yakin.

“Siapa dirimu?” Pertanyaan berubah seketika. “Bukan bagian dari ‘haters’, kan? Karena seingatku, beberapa kalimat benci terlontar bebas dari mulutmu.”

Wajahnya mengeras. “Bukan!” ucapnya. “Itu hanya ... yang jelas aku bukan haters-mu. Juga bukan fans-mu.”

Taeyong tertawa mendengar balasannya. Lucu sekali. Dia tahu kalau gadis ini bukan di antara keduanya, bukan haters; bukan fans. Kalaupun haters, dia pasti sudah kena serangan sejak gadis itu berbalik melihatnya. Itu juga berlaku jika gadis ini fansnya. Melihat reaksinya saat berbalik, Taeyong percaya bahwa dia bukanlah keduanya.

“Siapa idolamu?”

Mata gadis itu memincing, ekspresi bingung sempat ketara dan langsung hilang. Dia belum menjawab. Namun, Taeyong menyakini isi kepala gadis itu sedang merapalkan beberapa pertanyaan bingung.

“Setiap orang pasti memiliki satu idola.”

“Dan aku tidak akan memberitahumu,” ujarnya melewati bahu Taeyong dan meninggalkan pria itu dengan kekehan kecil.

Pertemuan pertama lumayan menghiburnya. Langkah kaki gadis itu sudah tidak tertangkap oleh indra pendengarnya. Taeyong tidak berniat mencari kepergiannya karena akan memperlihatkan bahwa dia tertarik pada gadis tersebut. Itu terlalu cepat.

Dia malah menduga bahwa gadis itu akan mengisi liburan dua minggunya di sini. Serta menanti pertemuan mereka lainnya. Pasti menyenangkan.

Tadi mau puasa update ini, tapi ingat kemarin udah puasa 😂

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tadi mau puasa update ini, tapi ingat kemarin udah puasa 😂

Kata panggilnya kuganti “kau” aja deh, biar nyaman 😬

Cara | Taesoo [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang