Alih-alih mati, dia masih sanggup bernapas menanggung derita yang mengerikan. Bersyukur karena pisau petaka itu serta-merta tidak menikam jantungnya, hanya mengores segaris jari kelingking menyikap bagian atas kulit dadanya barangkali Mark iba atau memang belum mau membunuh Jisoo sekarang. Ah, mainan. Pria itu menjadikan dirinya sebagai boneka, jelas akan bermain-main dulu sebelum membuat si boneka tak berwujud.
Tiba-tiba dia teringatkan Woody dan teman-temannya. Sekelompok boneka yang menolak dijadikan mainan oleh anak-anak nakal. Bahkan mereka siap memerangi manusia apabila bertindak kurang ajar terhadap kaumnya. Jisoo meringis iba pada dirinya sendiri karena tanpa sadar mengharapkan Woody dan teman-temannya. Bodoh sekali mengharapkan pertolongan tokoh boneka di sebuah film kartun.
Lagi pula, Jisoo mulai muak mengasihani diri sendiri, muak pula meratapi kepedihan lewat tangisan. Dia jenuh menghadapi emosi yang sedemikian menjemukkan sehingga dirinya menanggung rasa ketakutan setengah mati. Belum lagi citra mereka yang mengulang berulang kali—rekaman sialan itu.
Citra dirinya yang tak berdaya di bawah kuasa kepasrahan akan kebutuhan mendesak, apabila tak dipenuhi, maka mereka akan terkurung dalam gelora panas yang membara. Jisoo tersenyum miris menatap pedih rekaman tersebut. Melihat citra dirinya bersatu dengan pria yang dikenalnya niscaya menempatkan dirinya dalam duka malu yang dibalut dalam rasa sesal. Bayangan akan bertemu Doyoung membuat dirinya mual seketika. Oh, dia bukan menyalahkan pria itu. Sejatinya Doyoung pun dijebak seperti dirinya. Jisoo semata-mata mual karena tak sanggup apabila bersitatap dengan Doyoung tampak mengenyahkan citra mereka.
Jisoo berusaha mengalihkan pandangan dengan mencoba mempusatkan semua indranya pada hal lain. Mumpung pria yang akan membunuhnya sedang pergi entah ke mana. Barangkali dia sedang membeli pisau baru atau memikirkan rencana lain untuk bermain-main dengannya. Sebelum mati, seenggaknya Jisoo bisa membayangkan citra Taeyong.
Apa yang sedang Taeyong pikirkan? Apakah dia mencarinya? Dia baik-baik saja, ‘kan? Jisoo menepis kemungkinan kalau-kalau Taeyong mengalami derita serupa dirinya. Tidak, dia percaya kalau pria itu aman, sebab Mark menyukainya. Mark hanya ingin Jisoo, menyingkirkan dia dari kehidupan sang idola.
Jika sudah seperti ini, terbesit sesal atas peringatan sang ayah dan kakak yang terabaikan. Dunia mereka berbeda, Jisoo memang tak cocok tinggal di dunia Taeyong. Dunia pria itu amatlah kejam, di balik ilusi ketenaran dan kasih sayang yang melimpah dari jutaan fans. Bukankah ayahnya pernah menyinggung kalau salah satu kekasih Taeyong pernah nyaris mati di tangan seorang fans?
Jisoo tertawa getir. Salah satu kekasih Taeyong. Bukankah dia salah satu dari wanitanya? Bahkan sekarang dia sedang terancam mati. Aslinya Jisoo memang sudah menjadi bagian “wanita” Taeyong, dan kemungkinan wanita pertamanya yang akan mati.
Dia tak akan menyalahkan Taeyong atas deritanya sekarang. Mana sanggup dia melimpahkan deritanya kepada pria yang dicintai. Jisoo tulus mencintai Taeyong. Lantaran pria itu memikat hatinya bukan karena status bintang rockstar-nya, melainkan kegigihan Taeyong kala mendekatinya membuat Jisoo alhasil luluh. Lucu sekali, mereka akrab dalam waktu pendek.
Sekarang dia bisa melihat citra mereka di dalam van kemah sebelum Mark datang dan memaksanya dengan kebohongan yang berhasil membuayai. Jisoo mendambakan kehadiran pria itu di sisinya. Taeyong yang manis saat tertawa, bibir penuh pria itu yang lembam dan basah ketika menciumnya hingga melahirkan milyaran kupu-kupu bergemuruh terbang di perutnya. Belaian lembut tangannya yang acap kali membuat tubuhnya meremang penuh damba. Lalu, suaranya yang penuh jenaka membuat Jisoo tak pernah bosan untuk menimpali.
Jisoo mengingat setiap detail citra mereka tanpa terkecuali.
“Kau sangat mempesona, aku tahu ini. Tapi, kau benar-benar sangat mempesona. Apa benar kau Jisoo, bukan Aphrodite?”
KAMU SEDANG MEMBACA
Cara | Taesoo [✔]
FanfictionMr. Rockstar, begitulah nama bekennya, dengan mudahnya mendapatkan yang terbaik. Dia tidak pernah menginginkan sesuatu yang besar saat menginginkan Miss. Island. Hanya saja, ada orang lain yang menghalangi mereka dan menginginkan Miss. Island untuk...