Dua puluh delapan

2.6K 302 46
                                    

“Terima kasih semua.” Taeyong berdiri dengan sebuah gelas di tangan dan senyuman di wajah. Memandang satu per satu wajah orang-orang yang mulai masuk ke lingkaran dan mengangkat gelas kepadanya.

Dia menggulum senyum bangga. “Untuk kerja keras kita semua.” Sambil lalu mengangkat gelas, seketika ruangan dipenuhi oleh dentingan gelas. Atas kesempatan ini, mereka meneguk minuman berisi wine serentak mengikuti jejak tuan pemilik pesta.

Hanya sebuah pesta kecil-kecilan guna merayakan hari terakhirnya sebagai seorang musisi. Percayalah, keputusan meninggalkan dunia musik amatlah sulit. Taeyong butuh satu bulan penuh untuk memikirkan prakara tersebut dengan menanyakan beberapa pendapat dari teman-temannya dan keluarga. Lagi pula, banyak rekan yang tidak menyetujui keputusan Taeyong. Mereka beranggapan keputusan Taeyong terlalu dangkal. Padahal, popularitasnya sedang berada di titik karir yang membanggakan dan dia memiliki jutaan fans di belahan dunia.

Pria itu sendiri sudah menegaskan pendirian kalau tidak akan mengusik lagi dunia hiburan. Anggota band-nya menerima keputusan Taeyong, di antara ketiga orang tersebut tidak ada yang menyatakan ketidaksetujuan, mereka bertiga memahami situasi Taeyong dan selepas hengkangnya sang vokalis, mereka akan mengandalkan Kun untuk sementara. Barangkali mencari vokalis baru atau tetap mengandalkan Kun. Toh, Kun sama bagusnya seperti Taeyong.

Disamping itu, Taeyong sudah berjanji akan memberikan mereka lagu, bekerja di balik layar untuk band yang telah melambungkan namanya.

“Jangan bersedih. Aku tetap di sini, tidak ke mana-mana,” ucapnya menghibur wanita itu sembari memeluk pundaknya. “Ekspresimu kelihatan jelek sekarang—aw!” Sikutan wanita itu menyentak dirinya, lantas meringis dan pelukannya terhadap Vivi semakin erat.

“Kau menyebalkan tahu!” cerca Vivi.

“Dan tampan,” sambung Taeyong mengerling menggoda.

Sebelum Vivi mencerca dirinya lagi, Jonghyun menyeruak masuk. Dia kelihatan senang melihat mereka akur lagi. Beberapa minggu lalu Vivi sempat marah, sebab Taeyong akan meninggalkan dunia hiburan.

“Kalian terlihat serasi,” kata Jonghyun memperhatikan mereka bergantian sambil melihatkan senyum terbaiknya.

Taeyong mengangguk setuju. “Kita memang serasi.” Kecupan di pipi itu segera dibalas dengan sikutan.

Vivi mendengus saat kedua pria itu malah saling menyeringai.

Pria itu mencodongkan tubuh dan mencium Vivi lagi, tepat di pipinya. Jonghyun mengeleng, sementara Vivi mendengus jengkel. Bisa-bisanya Taeyong merayu dirinya yang menyebabkan pipinya merona.

“Sebentar, ada seseorang yang ingin kutemui,” ucapnya menyela percakapan mereka. Sebelum meninggalkan wanita itu, dia berkata, “Terima kasih sudah memaafkanku.” Kemudian pergi, menyusul pria yang kelihatan baru hadir ke pestanya.

Pria itu tampak rapi dan formal sekali dengan setelan kantor. Dia tengah memindai ruangan membuktikan bahwa dirinya sedang mencari seseorang dikerumunan tamu. Lantas kemudian, orang yang dicari muncul, menyambutnya dengan senyum bersahabat.

“Kau datang juga.”

Doyoung mengangguk dan membalas senyumnya. “Tapi, maaf. Aku tak bisa lama-lama, setelah ini harus terbang ke Nepal.”

“Ya, ya, aku tahu jenis pria sepertimu,” balas terkekeh.

Doyoung sangat kaya raya, jadi maklum kalau dia hanya bisa hadir sebentar ke pestanya. Muncul beberapa menit pun Taeyong sudah bersyukur atas kehadirannya. Pria ini lebih sering melakukan perjalanan bisnis dari satu negara ke negara lain, jarang sekali menetap di tempatnya lama-lama. Tak jauh berbeda dengan Taeyong saat melakukan tour dunia, yang mana selama tour menguras seluruh energinya. Saking capeknya, dia pernah pingsan di-backstage; konser terpaksa diundur beberapa hari kemudian, sebab kesehatannya turun drastis.

Cara | Taesoo [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang