Dua puluh

1.4K 292 17
                                    

“Hei, Bung. Kau mau pergi?”

Pemuda itu sekadar menatap wajahnya sebelum mengangguk samar. Dia baru akan melangkah menuruni tangga ketika pria berbadan besar itu berceletuk kembali, “Serius pergi? Kita baru mau latihan, lho.”

“Hm,” sahutnya tak acuh.

“Beneran pergi?” Pria itu mendesaknya lagi. Membuat pemuda itu menggeram kemudian menoleh dengan mata melotot tajam.

“Ya,” jawabnya sarat akan ketidaksukaan.

“Bagus, deh. Aku boleh pinjam peralatanmu?” tanyanya sambil mengamati wajah dingin pemuda itu ragu-ragu. “Itupun kalau kau setuju. Sebenarnya, peralatanku baik-baik saja ... cuma.”

“Terserah kau!” jawabnya ketus. Lalu, berkata lagi, “Kembalikan setelah selesai.”

“Oke, Bung. Thanks.” Sebelum dia bergelud dengan sesi latihan, pria itu berceletuk kesekian padanya hingga benar-benar membuat mood pemuda itu dongkol. “Selamat bertugas!”

Pemuda itu mengabaikannya. Dia bergegas menuruni tangga, dengan kedua tangan tergenggam dan diremas-remas, dan mulut merapalkan gumaman sama, “Sialan! Sialan! Sialan!” Sembari mengigit bibirnya kuat-kuat.

Hal yang tampak mencolok darinya adalah sarat mata penuh kebencian.

...

Jisoo kelihatan kompeten sekali mengurus segala keperluan Doyoung. Untuk sementara dia membantu pria itu selama Yeri mengambil cuti tiga harinya. Ayah wanita itu sakit, Yeri diperlukan untuk merawat ayahnya sementara, dan mengesampingkan pekerjaannya sebagai asisten penthouse Doyoung.

“Aku bisa melakukannya sendiri, Bella.”

Jisoo sekalipun belum pernah mengoreksi panggilan Doyoung terhadapnya. Seolah bella telah menjadi panggilan khusus dari pria ini. Toh, belakangan ini dia hidup atas tumpangan Doyoung. Atas kebaikan pria kaya ini yang mau menampung kehidupannya selama di kota.

“Kau perlu mengepaki barang-barangmu sekarang,” ujar Doyoung mengingatkan dia akan keperluan pribadinya yang harus dipersiapkan sekarang sebelum Taeyong menjemput.

Rencana berkemah tiga hari dengan van kemah. Seharusnya mereka pergi kemarin, tetapi rencana berubah ketika Baekho menghubungi Taeyong, meminta agar musisinya itu tetap diam dan jangan menghilang untuk sementara waktu. Baekho mau supaya Taeyong menyelesaikan kekacauan yang dibuatnya.

Dengan berita yang masih menjadi topik panas di TV dan koran-koran, alangkah baiknya jika sementara waktu Taeyong menunda rencana berliburnya, dan memilih untuk menyelesaikan kekacauannya. Teringatkan kasus Dowoon yang butuh seminggu untuk menyingkirkan berita, barangkali Taeyong butuh beberapa hari saja, jika dia berkenan mengadakan konferensi pers dan mengurungkan niat kabur. Kesalahan fatal Dowoon saat dulu adalah ketika dia kabur dari kasusnya.

Mulanya Taeyong menolak gagasan Baekho, dengan berdalih, berita akan segera lenyap setelah album mereka keluar. Namun, Baekho bersikeras kalau berita tidak akan lenyap secepat itu karena yang dibicarakan sekarang adalah dirinya, Taeyong, si Mr.Rockstar, kebanggaan anak muda dekade ini.

Atas paksaan Jisoo, pria itu akhirnya mau menuruti permintaan Baekho. Konferensi pers. Segera dilaksanakan hari ini juga, barangkali siang nanti. Lalu setelahnya, Taeyong akan datang kemari dan membawa Jisoo pergi berkemah. Itu rencana sementara sambil melihat perkembangan setelah konferensi pers nanti.

“Sebentar lagi selesai,” katanya penuh percaya diri, “aku terbiasa membantu kakak dan ayahku. Bagiku ini mudah.” Nampak dari kelihaian kedua tangannya menata dasi kerja Doyoung. Sehingga membuat dasi itu kelihatan sedemikian rapi.

Cara | Taesoo [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang