“Aku mau pulang.”
“Hm,” gumamnya sesaat.
Jisoo cekikikan pelan, lalu memukul punggung pria yang membelit badannya. Kedua tangannya segera mendorong pundak Taeyong, menahan sesaat agar dia berhenti menginvasi lehernya.
“Hampir malam. Aku harus pulang.”
Seharian penuh mereka menghabiskan waktu berdua di atas bebatuan. Jisoo menemani Taeyong menyelesaikan lagu-lagunya selama berjam-jam. Sesekali menjahili pria yang selalu terlihat serius dengan gitar dan buku catatannya. Sementara Taeyong hanya bisa pasrah dan mengomel. Begitu urusan dia dan lagu selesai, Taeyong langsung menarik Jisoo; memindahkan tubuh wanita itu di atas pangkuannya.
Lalu mereka berciuman, lama, terlampui lama sampai senja hilang dibalik menghias penuh cangkrawala.
“Sekali lagi,” pinta pria itu mengeratkan pelukan di pinggang Jisoo.
Wanita di pelukannya memutar bola mata, lalu menangkup wajah Taeyong dan mendekatkan bibir mereka. Memberikan kecupan manis nan memabukkan. Padahal ciuman sebelumnya lebih ketimbang sebuah kecupan saja. Entah mengapa, kecupan Jisoo terasa lebih memabukkan. Menginvasi akal sehat Taeyong yang ingin minta lebih dari sekadar kecupan.
“Aku harus pulang.”
“Belum malam.”
Ia menggeleng. “Pilih mana: Suho datang kemari lalu mendorongmu ke lautan atau aku pulang dan kita bertemu di restaurant.”
“Apa tidak ada pilihan lain selain keduanya?”
“Pilih salah satu,” tandas Jisoo sambil menepuk salah satu pipi Taeyong. “Ayo, pilih!”
Taeyong bergumam, berpikir sebentar kemudian menyeringai dan menarik tubuh itu menempel padanya. “Aku pilih dirimu.”
Sukses membuat wanita itu tersentak oleh tawanya. Ya Tuhan, pria ini benar-benar penuh rayuan. Jisoo menepuk pipi Taeyong sekali lagi, lalu mengacak wajah rayuannya penuh gemas.
“Berhentilah merayuku. Itu tidak akan mempan,” katanya.
“Kau yakin?” lagi-lagi ia mengeluarkan peringai menyebalkannya, “kau tak mungkin tinggal di pangkuanku seharian penuh dan bercumbu. Kau terayu olehku.”
“Kepercayaan dirimu agaknya menyebalkan, Taeyong.”
Bibirnya mengembang lebar. “Suaramu terdengar seksi saat menyebut namaku.”
“Aku bosan tersanjung. Jadi, berhenti merayu dan biarkan aku pulang.”
“Oke, satu ciuman,” pinta Taeyong.
“Kau sudah menciumku seharian penuh!”
“Itu belum cukup. Aku suka menciummu.”
Jisoo menatap lawan bicaranya. Menatap sepasang bola mata hitam milik Taeyong. Ia mendesah sesaat, membuat pria yang membalas tatapannya khawatir.
Sebelum rasa khawatir merubah ekspresi wajahnya, Jisoo segera mengecup bibir itu, hanya diam di sana. Membiarkan permukaan bibir mereka bersentuhan lama tanpa ada gerakan apa pun. Baik Jisoo maupun Taeyong, mereka hanya menikmati sentuhan bibir.
“Sampai ketemu di restaurant,” pamit Jisoo mulai beranjak dari pangkuan Taeyong dan meninggalkan dirinya.
Taeyong berbalik memandang punggung kepergian Jisoo. Lalu tersenyum konyol menyadari bahwa dirinya begitu tertarik pada wanita itu. Jarang sekali dia tertarik cepat dengan sosok wanita. Biasanya wanita-wanita itu yang mendekati Taeyong hingga ia tergoda.
Hm, bukan tergoda. Mengingat peringainya “buaya di atas daratan”. Dia sekadar terbuka untuk wanita yang berusaha mendekatinya. Akan tetapi, Jisoo akan jadi pengecualian dalam sejarah Taeyong.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cara | Taesoo [✔]
FanfictionMr. Rockstar, begitulah nama bekennya, dengan mudahnya mendapatkan yang terbaik. Dia tidak pernah menginginkan sesuatu yang besar saat menginginkan Miss. Island. Hanya saja, ada orang lain yang menghalangi mereka dan menginginkan Miss. Island untuk...