Jisoo mengira Taeyong akan mengajaknya ke bebatuan, tempat biasa mereka menghabiskan waktu berdua, ternyata dibawa ke villanua. Villa dengan dua kamar; satu kamar berukuran luas dan satu berukuran sedang.
Selain memiliki dua kamar dengan ukuran berbeda, ruang tengah terisi penuh sofa-sofa empuk dan meja dikelilingi olehnya. Di samping kamar berukuran sedang, ada kamar mandi yang menyambung dengan ruang ganti. Sementara kamar paling besar memiliki ruang sendiri untuk kamar mandi.
Tiap villa memiliki isi dan bentuk hampir serupa. Jisoo hapal letak dan strukturnya. Ia kerap membantu bagian housekeeper membersihkan setiap villa di kala luang. Wanita itu memang gampang mengulurkan tangan tanpa pamrih ke pegawai kakaknya.
Di bagian kanan ada satu pintu penghubung ke ruang santai yang berhadapan langsung dengan pemandangan laut. Jisoo pernah menghabiskan seharian penuh di satu villa, tertidur di atas kasur gantung sambil menikmati sunset di kala senja.
Sekarang ia berada di villa nomer tujuh. Taeyong duduk di atas kursi malas, sementara Jisoo masih berdiri dengan mata melihat-lihat. Menyampaikan rasa kagumnya terhadap mahakarya arsitek pilihan sang kakak. Seingat Jisoo, nama arsitek itu Sehun. Dia teman satu perguruan kakaknya, yang berbaik hati merancang resort Suho.
"Kau sudah melihatnya lebih daripada aku," tegur Taeyong.
Jisoo meringis sambil memandang pria yang tengah duduk di kursi malas.
"Kemarilah," pintanya. "Bukan di sana, tapi di sini." Menarik Jisoo supaya mendekat, lalu mendudukan wanita itu di atas pangkuannya.
Topi besar yang menghalangi segera dilepas olehnya dan diletakkan di atas meja samping kursi.
"Kau tidur dengan Vivi?" Merupakan pertanyaan tanpa diselingi basa-basi. Wanita ini terlalu berterus terang tanpa dibuat-buat.
Meskipun belum dijawab, Jisoo sudah mendapatkan jawabannya sendiri. Jawaban yang keakuratannya sudah dipastikan benar.
"Untuk saat ini belum."
"Ya, wanitamu banyak." Balasan yang terdengar ogah-ogahan.
Taeyong menarik dagu Jisoo, lalu mencium bibirnya. "Ke mana kau semalam?"
Jisoo berpaling sesaat. Tak sengaja sudut matanya menangkap seonggok koper tergeletak di lantai, di dalam kamar besar itu. Dahinya mengernyit, lalu menatap pria di depannya. "Kau mengepaki barang-barangmu?"
Seolah paham yang dimaksud, Taeyong mengiyakan.
"Kenapa?"
"Manajerku menghubungiku." Meskipun ponsel dilarang, villa menyediakan telepong gagang yang dapat dihubungi oleh orang dari luar pulau.
"Pulang?"
Dengan kecewa ia membenarkan.
"Bukannya masih ada lima hari lagi?" tanya Jisoo.
"Ada kepentingan yang perlu diurus, terpaksa memotong jatah libur. Lagi pula, orangtuaku akan kembali dari perjalanan jauhnya. Aku harus membereskan rumah sebelum mereka melihat kekacauan yang kubuat. Aku meninggalkan rumahnya dalam keadaan berantakan. Sebelum kemari, aku mengadakan pesta besar-besaran dan lupa meminta Max membereskan kekacauanku." Dia menjelaskan begitu panjang tentang masalahnya. Jisoo tidak begitu mementingkan kekacauan yang diceritakan, ia tengah mementingkan hal lain.
"Kau akan pergi. Kau paham?" ujar Jisoo terselip nada kecewa di suaranya.
"Secepatnya aku kembali kemari."
Ia berpaling. "Harusnya aku mengikuti nasehat ayahku. Berada di duniaku. Sial!"
"Kau menyesal mengenalku?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Cara | Taesoo [✔]
FanfictionMr. Rockstar, begitulah nama bekennya, dengan mudahnya mendapatkan yang terbaik. Dia tidak pernah menginginkan sesuatu yang besar saat menginginkan Miss. Island. Hanya saja, ada orang lain yang menghalangi mereka dan menginginkan Miss. Island untuk...