Chapter 21

1.9K 112 4
                                    

Pagi yang cerah pun datang, Zulaikha amat bersyukur karena masih di berikan kehidupan di pagi yang cerah ini, secerah wajahnya yang terus memancarkan senyumannya di bibirnya

"Non ayo turun bibi sudah buatkan sarapan" ujar bi sarah di ambang pintu kamar Zulaikha

Ya, pasalnya kemarin zulaikha sudah meminta ijin dengan keluarganya agar menerima ibu sarah tinggal di rumahnya tetapi sesuai dengan syarat yang ibu sarah berikan kepada Zulaikha yaitu dengan dirinya menjadi asisten rumah tangga di rumah keluarganya, awalnya Adiba dan zamzam menolak syarat yang ibu sarah ajukan itu tetapi karena ibu sarah yang kekeuh dengan syaratnya tersebut, ya mau bagaimana lagi mereka dengan terpaksa mengiyakan keinginan ibu sarah. Walaupun begitu tetapi mereka memperlakukan ibu sarah tidak selayaknya asisten dengan tuan rumah tetapi mereka memperlakukan ibu sarah sebagaimana seperti keluarga sendiri...

"Ibuuuu... Sudah zula bilang jangan panggil non tapi panggil Zulaikha saja" rengeknya

Bi sarah pun terkekeh dengan wajah imut Zulaikha " Iyaiya tapi ada syaratnya"

"Ndak ndak... Sekarang zula ndak mau denger syarat yang ibu kasih lagi" serkas Zulaikha

"Ini gampang ko non cuma harus panggil saya dengan panggilan bibi jangan ibu lagi, bagaimana impas kan?" nego bi sarah

Zulaikha menghembuskan nafas pasrahnya "yasudah dealll"

"Nah gitu dong ayo turun" intruksi bi sarah

Dan pada akhirnya zulaikha turun bersama ibu sarah tak lupa dengan tangan yang bergandengan...

Di meja makan

"Bi sarah mau kemana?"tanya ayah yang melihat bi sarah beranjak dari posisinya

"Saya mau makan di dapur pak" jawab bi sarah

"Di sini saja makannya bareng sama kita kan semenjak kemarin dan seterusnya bibi sudah menjadi keluarga kita" ujar ayah

"Ah ga usah pak saya makan di belakang saja dengan Zainab" tolaknya dengan halus

"Ndak ndak, bibi harus di sini sama kita pokoknya ndak ada penolakan titik ndak pakai koma apalagi tanda seru" tegas bunda

"Tappp..." ucapan bi sarah terpotong

"Iya bi bener kata ayah sama bunda kita makan bareng-bareng aja, kan kita keluarga. Bukankah sudah sepatutnya kita makan bersama, ndak ada yang masing-masing di sini semua sama rata, ndak ada perbandingan. Bibi ndak usah sungkan" ujar zahra yang memotong ucapan bi sarah

Hati bi sarah menghangat karena kebaikan yang keluarga zamzam berikan untuknya dan ia sangat bersyukur di pertemukan dengan orang-orang yang berhati baik seperti mereka.

Pada akhirnya dengan senyuman haru, bi sarah pun ikut makan bersama dengan keluarga zamzam...

Usai makan mereka melanjutkan dengan obrolan-obrolan ringan sambil mengemil

"Ayahhhh... Seperti biasa yaaa hehe" manja Zulaikha

"Hmmm kenapa ndak kamu saja yang bawakan ke kantor untuk arfan" ujar zamzam yang sudah peka jika Zulaikha akan selalu menitipkan makanan atau jus setiap harinya untuk arfan juga ayahnya

"Ndak mau nanti takut ada fitnah dan niat zula yang ingin bershodaqoh jadi di lencengkan oleh syetan" selalu dan selalu itu yang jawaban Zulaikha lontarka kepada sang ayah

"Yasudah sini nanti ayah yang bilang supaya arfan saja yang setiap hari ke rumah, supaya ayah ndak repot-repot membawakan bekalnya" Jawab zamzam sambil terkekeh karena melihat wajah anaknya yang langsung di tekuk itu

Tiba-tiba dari arah dapur Adiba muncul

"Ini kenapa si? Pasti ayah godain zula lagi ya? Ayah juga ngapain masih di sini ini udah siang, jangan mentang-mentang jabatan ayah paling tinggi ayah jadi seenaknya masuk kantor. Nanti kalau perusahaan ayah bangkrut mau di kasih nafkah apa anak dan istri ayah" ceramah Adiba yang melihat zulaikha memanyunkan bibirnya persis seperti anak kecil yang mainan nya di ambil

Ustadz Aku Jatuh CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang