Belajarlah Sikap Ikhlas dari Khalid bin Walid

1.3K 58 1
                                    


Khalid bin Walid adalah salah seorang panglima pasukan Muslim yang terkemuka. Sebelum masuk Islam, dia adalah panglima perang kaum kafir Quraisy yang terkenal dengan kekuatan pasukan kavalerinya. Saat Perang Uhud, Khalid dengan jeli mengetahui pasukan Muslim yang menjadi lemah setelah bernafsu mengambil rampasan perang dan turun dari bukit Uhud. Kemenangan pasukan Muslim yang sudah di depan mata pun berbalik menjadi kekalahan yang menyakitkan.

Setelah masuk Islam, Khalid diberi amanah menjadi panglima pasukan Islam. Selama beberapa kali mengikuti peperangan, pasukan yang dipimpin oleh Khalid bin Walid tidak pernah mengalami kekalahan. Rasulullah SAW memberikan penghargaan dengan gelar 'Saifullah' yang artinya Pedang Allah kepada Khalid karena keahlian yang dimilikinya dan keberhasilannya dalam memimpin perang.

Pada masa kepemimpinan khalifah Umar bin Khatab, sepucuk surat pemberhentian sebagai panglima diterima oleh Khalid bin Walid. Setelah berpikir sejenak, Khalid memutuskan menghadap Umar bin Khatab agar memperoleh penjelasan tentang hal tersebut. Walaupun sesungguhnya, Khalid menerima dengan lapang dada pemberhentiannya sebagai panglima perang. Hanya tebersit rasa penasaran, khawatir kalau ada kesalahan yang dilakukannya sehingga dia diberhentikan.

Suatu hari Khalid datang ke rumah Umar bin Khatab dan menyampaikan maksud kedatangannya. Umar segera menanggapi dengan menjelaskan bahwa selama ini, Khalid telah menjalankan tugas tanpa kesalahan dan secara khusus memberikan apresiasi atas kinerjanya yang sangat baik. Namun, Umar menyampaikan kekhawatirannya terhadap masyarakat dan prajurit yang selalu memuji dan menyanjung Khalid. Hal ini bisa menimbulkan kesombongan, yang kelak akan menjadi penghalang untuk masuk ke surga. Ini alasan Umar memberhentikan Khalid.

Umar menambahkan, setitik saja rasa sombong di hati, akan menjadi penghalang untuk masuk ke surga. Rasulullah SAW bersabda, "Tidak akan masuk surga orang yang ada kesombongan seberat biji sawi di dalam hatinya." (HR Muslim).

Mendengar penjelasan Umar, sesaat Khalid tertegun, bergetar hatinya dan menangis bahagia. Dia sangat bersyukur memiliki seorang pemimpin yang sangat menyayanginya, memikirkan hidupnya hingga akhirat kelak. Walaupun sudah bukan menjadi panglima, Khalid tetap ikut berperang di bawah komando panglima yang menggantikannya Abu Ubaidah. Khalid membuktikan, dia menjalankan tugas bukan karena jabatan, bukan karena khalifah Umar melainkan keikhlasan karena mengharap ridha Allah.

Ustadz Aku Jatuh CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang