Chapter 27

1.7K 93 4
                                    

Naima

Umi, abi sebelumnya Naima meminta maaf kepada kalian yang sebesar-besarnya... Mungkin ketika kalian membaca surat ini Naima sudah tidak ada, Abi, umi afwan... Naima ndak bisa melanjutkan perjodohan ini. Naima ndak bisa menjelaskan alasannya sekarang karena Naima mempunyai alasan tertentu dan sekarang bukan waktu yang tepat untuk menjelaskan semuanya. Maafkan Naima yang membuat abi dan umi kecewa atas tindakan yang Naima ambil. Tapi inilah pilihan naima dan ini jalan yang terbaik untuk Naima.

Jangan cari Naima, Naima akan baik-baik saja. Naima akan pulang kembali ke rumah dengan selamat, Naima akan menjaga diri dengan baik, Naima berjanji, sekali lagi Naima minta maaf... Tolong sampaikan maaf Naima kepada keluarga kiayi Syam terutama kepada ustadz arfan. Naima sangat sangat meminta maaf kepada abi umi dan keluarga ustadz arfan, Naima bukannya menghindar tetapi takdir yang berkata lain. Naima juga bukan menghindari takdir tetapi memang hanya ini satu-satunya jalan terbaik untuk Naima. Naima janji di saat Naima pulang nanti, Naima akan menceritakan semuanya kepada abi dan umi.

Naima menulis surat perpisahan nya sambil berlinang air mata, tak bisa di pungkiri dirinya akan mengakhiri ini semua, dirinya akan pergi jauh dari keluarganya bahkan dirinya pun tak tau kapan ia akan pulang

"Maafin Naima abi umi" ujarnya di sela-sela isakannya

"Maafkan Naima hiks hiks" lanjutnya sambil memegangi bagian dadanya yang terasa sesak

Selanjutnya ia bergegas untuk segera ke Bandara, beruntung abi dan uminya sedang tidak ada di rumah "Abi, umi... Naima pergi, assaalamu'alaikum" ujarnya sambil menghapus linangan air matanya

Setelah sampai di Bandara, Naima langsung di sambut oleh dokter novi yang ikut menemaninya ke korea

Naima berhambur ke dalam pelukan dokter novi

"Kamu sudah siap?" tanya sang dokter kepada naima

Naima mengangguk di pelukan sang dokter sambil menangis sesegukan

"Kamu yakin dengan keputusan Ini?" tanya nya kembali untuk memastikan

Naima mengangguk mantap

Dokter novi yang melihat pasien nya dan sudah di anggap sebagai adiknya sendiri pun ikut meneteskan air matanya, seakan ia merasakan kesedihan yang Naima rasakan

"Saya tau keputusan yang kamu ambil ini tidak mudah dan kamu hebat, kamu berani mengambil keputusan ini dengan bijak. Saya bangga kepadamu" ujar dokter novi sambil mengelus punggung Naima

"Terimakasih sudah mau menemani Naima ketika dalam keadaan apapun, terimakasih untuk semuanya" ujar Naima di sela-sela isakannya

"Heyy ini kan sudah menjadi tugas saya sebagai dokter" jawab dokter novi

Setelah dokter novi membiarkan Naima menangis di pelukan nya, dan dalam beberapa menit setelah dirasa Naima sudah mendingan, ia pun berujar " Yukk bentar lagi take off, kamu cuci mukanya di dalam pesawat aja nanti takutnya kita ketinggalan pesawat"

Naima mengangguk menuruti perintah sang dokter

Di Pagi harinya

"Abi tolong panggilkan Naima suruh ke bawah untuk makan" titah sang umi yang meminta tolong kepada suaminya itu karena dirinya sedang riweh riweh nya di dapur

"Iya mi" jawab abi sambil menaiki anak tangga

Selang sepuluh menit abi tidak muncul-muncul sampai akhirnya sang umi pun menyusul untuk ke kamar Naima

"Abi Naima nya kema......na" ucapan nya terpotong

"Ko ndak ada di kamarnya?" tanya umi cemas

Sang abi tetap terdiam sambil terus membaca surat yang di temukan nya di atas meja Naima

Ustadz Aku Jatuh CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang