25

1.4K 37 0
                                    

Semalaman aku ga bisa tidur, aku memikirkan hubunganku dengan Daniel. Aku harus menyelesaikannya hari ini.

Hari ini ada jadwal les Celena. Selesai les, aku akan berbicara pada Daniel.

"Mas, aku mao bicara bisa?", tanyaku di ruang tamu.

"Boleh, bicara apa, Fan?"

"Mas, aku udah mikirin ini semalaman. Aku merasa hubungan kita salah, aku merasa hubungan kita hanya pelampiasan karena kesepian saja. Jadi, aku mao menyelesaikan hubungan ini, Mas.", aku berkata sambil menatapnya.

"Kamu kok tiba² gini? Gara² Albert kemarin? Ayo lah, Fan. Aku sayang sama kamu, kamu bukan pelampiasanku doang. Kamu juga kan?", tanya Daniel yg membuatku terdiam.

Sayang? Ya, mungkin. Daniel selalu membuat aku merasa nyaman. Aku selalu senang saat ada didekatnya.

"Iya, Mas. Tapi ga bisa. Aku ga bisa kaya gini terus. Kita sudahi saja ya? Kita hidup masing² mulai sekarang. Aku akan anggap semua ga pernah terjadi."

"Fan, tolong pikirkan lg. Aku ga bisa kaya gt. Aku sayang sama kamu, Fan.", Daniel menggenggam tanganku, dan menarikku ke pelukannya.

Hatiku luluh lg, aku ga kuat. Aku sayang Daniel. Aku harus bagaimana?

Aku membalas pelukannya, dan menangis.

"Jangan nangis, sayang. Tenang ya.", kata Daniel sambil mengusap air mataku.

Setelah aku tenang, Daniel mengantarku pulang ke rumah.

"Jangan nangis lg ya, sayang. I love you."

Daniel menuju mobilnya, dan pergi.

Aku langsung masuk ke kamar, dan menangis lagi. Sampai akhirnya tertidur karena kecapaian.

. . .

Siang ini, Eva datang ke sekolah. Dia meminta waktu utk berbicara saat pulang sekolah.

Kami janjian di cafe dekat sini.

"Kamu lihat ini, dan saya minta penjelasan.", katanya sambil memperlihatkan foto² yg ada di hpnya.

Ada beberapa foto yg menampilkan aku dan Daniel sedang makan bersama. Ada yg berdua, atau bertiga dgn Celena. Ada juga foto saat aku di mobil dgn Daniel.

"Uda lihat? Maksud kamu apa ya? Kamu tau kan Daniel uda punya istri dan anak. Trus kamu jalan sama dia?", tanya Eva membentakku.

"Maaf, Mbak. Aku ga maksud seperti itu.", jujur saat ini aku bingung harus bicara apa. Mao bohong sepertinya sudah tidak bisa, foto² itu uda bukti yg sangat kuat.

"Trus apa? Jangan kegatelan ya godain suami orang. Pinter ya kamu, deketin anak saya dulu, trus suaminya gt? Jadi guru les anak saya, jg biar bisa ketemu terus ya sama Daniel?", Eva terus membentakku.

Aku tau, aku pantas mendapatkan ini.

"Maaf, Mbak. Saya jg ga maksud seperti itu. Saya ga ada pikiran kesana. Mas Daniel selalu kesepian, dia selalu minta saya temani dia.", kataku menjelaskan.

"Ooo, jadi nyalahin saya? Mao bilang saya sibuk, trus Daniel kesepian, jadi deketin kamu? Uda godain suami orang terus ga tahu diri lg ya. Saya akan lapor masalah ke pihak sekolah, biar kamu dipecat!"

"Mbak, saya mohon jangan. Jangan dilaporkan ke sekolah. Saya pasti jauhin Mas Daniel, saya janji.", aku memohon pada Eva.

"Lihat saja besok! Dasar perempuan ga tau diri!", katanya sambil pergi meninggalkanku.

Aku hanya bisa menangis saat itu. Karena banyak orang yang memperhatikanku, akhirnya aku memutuskan utk segera pergi dari cafe itu.

Teacher's Story [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang