"Askala... Askala. Sudah om jelaskan beberapa kali. Kamu tidak boleh ke tempat tinggi. Lihat, gini kan hasilnya? Mending kalo kita udah nemu obat yang dapat menyembuhkan kamu, lah ini?" omel Anton, dokter langganannya sekaligus sahabat baik Mommanya.
"Iya, maaf deh Om. Habisnya ada rumor mahasiswi yang mau bunuh diri di tower. Kala panik dong, karena gak ada yang mau naik juga, terpaksa Kala yang naik Om, " jelas Askala. .
Pria berjas putih bername-tag Dr. Antonnio Beller itu mengelus rambutnya,"tapi lain kali harus perhatikan juga keadaan kamu Kal."
Askala mengangguk, "iya om, maafin Kala sekali lagi. Kala janji deh, gak bakalan gitu lagi."
Anton tersenyum. Tak lama, seseorang mengetuk pintu. Setelah Anton mengucap kata 'masuk' seorang suster datang membawa selembar map lalu diberikan padanya.
Anton memperhatikan map berisi selembar kertas hasil vonis Askala dengan teliti. Kata per katanya ia cermati, takut ada keliru ataupun salah.
"Ada apa Om?" tanya Askala. Anton tak menjawab, ia hanya memberi selembar kertas itu pada Askala.
"A-apa maksudnya om?" tanya Askala dengan getir.
"Yang sabar. Om tidak tau vonis ini benar atau tidak karena tuhan yang menentukan. Berdoalah, minta kepada sang maha kuasa yang terbaik. Om akan membantumu sekuat tenaga," Anton menepuk-nepuk bahunya menguatkan Askala yang sudah ia anggap anaknya sendiri.
Askala mengangguk paham, "kalo gitu, jangan bilang Momma dan Dadda ya om. Kala gak mau buat mereka khawatir. Kala mohon om."
Anton menggeleng, "tapi Kal, biar bagaimanapun Rere dan Pak Asatya harus tahu."
"Kala ngerti. Tapi, om juga harus ngertiin Kala. Momma dan Dadda sayang banget sama Kala. Kalau mereka dengar ini, mereka akan sedih dan stress. Om pasti tau akibat kalau Momma stress, " jelas Askala.
"Hufth. Baiklah. Sebagai gantinya, kamu datang kesini dua hari sekali, oke?"
Askala mengangguk dan tersenyum, "oke. Kala bakal kesini dua hari sekali. Mmm.. oh ya Om, Kala boleh ajak Iel jalan-jalan? Momma juga udah kangen banget sama dia katanya."
"Boleh. Ajak saja Gabriel ke rumahmu. Kasian dia juga pasti suntuk ada di ruangan Om. Nanti Om jemput pas pulang kerja."
"Baiklah. Kala pamit dulu ya om. "
"Ya, hati-hati. Jangan ngebut-ngebut."
______________
"Kak Kal, berhenti dulu disitu dong. Iel pengen beli seblak sama cilok. Kata temen-temen Iel, seblak disitu tuh enak banget. Boleh ya?"
Askala tersenyum dan mengangguk. Ia memberhentikan mobil di tepi jalan. Gabriel dengan senangnya berlari menuju pedagang seblak.
"Kak Kal mau gak?" tawar Gabriell.
"Boleh. Tapi jangan yang pedas, "jawab Askala.
"Seblak tuh enaknya pedes kak. Apalagi hujan kayak gini. Bagus buat menghangatkan perut. Itu sih kata papa, " jelas Gabriell.
"Baiklah. Kakak level satu saja. Kata Papa mu, Kakak gak boleh makan yang terlalu pedas," Gabriell mengangguk dan langsung memesan.
Askala menunggu di kursi dengan ponsel yang berada di genggamannya. Ia berencana untuk melanjutkan game online yang sempat tertunda.
___________
"Lo mahasiswi yang tadi mau bunuh diri kan?" tanya seseorang pada Karina.
"Lo siapa?" tanya Karina balik.
"Gue Aryan, anak komunikasi semester 4. Siapa nama lo? Dan, kenapa lo nekat mau bunuh diri? Mau mencatat nama lo di sejarah kampus ini? " jawab seseorang bernama Aryan.
Karina merasa tersinggung. Ia yang tadinya tak mau menanggapinya dengan serius terpaksa harus meladeninya, "hello, gue bukan mau bunuh diri. Gue cuma pengen sendirian aja. Di rooftop banyak orang yang lagi buat konten. Jadi gue akhirnya memilih tower. Bukan karena gue mau bunuh diri! Paham?"
"Slow dong. Gue kan nanyanya secara halus dan santuy. Gak usah ngegas kali," tersenyum.
"Udahlah. Gue males ladenin orang aneh kayak lo, gue permisi, " belum melangkah, lengannya sudah dicekal oleh Aryan.
"Ya deh maaf. Sebagai gantinya, gimana kalo lo gue anterin. Kebetulan hari ini gue mau dijemput uncle--
"Oh, jadi lo itu komplotan penjualan orang? Gak gue gak mau. Tolo--
Aryan membekap mulutnya sebentar, "aelah. Lo kuno banget sih. Masa orang keren gini dibilang komplotan penjualan orang sih? Gue cuma mau nganterin lo doang. Tuh liat, uncle gue udah lambain tangannya. Udah, lo ikut gue sebagai permintaan maaf."
"Ih, kagak mau! Mendingan gue naik angkot. Lagian, lo itu orang yang gak gue kenal. Kata Mama Nan--
"Banyak bacot lo!" Aryan menarik lengannya menuju mobil.
"Yan, dia siapa?" tanya seseorang yang dipanggil uncle oleh Aryan.
"Pacar, uncle," jawab Aryan.
Karina melotot. Apa-apaan ini, Aryan dan Askala sama-sama mengaku kalau mereka pacar dan calon suaminya.
Ya tuhan, ada apa lagi ini? Kenapa kau mengirimkan orang aneh seperti Askala? Walaupun wajahnya tidak menyeramkan. Tetap saja dia sama-sama mengaku. Batin Karina.
"Nama kamu siapa nak?" tanya uncle Aryan.
"Sebentar. Saya mau nanya. Uncle dan Aryan ini bukan komplotan penjualan orang kan? Maaf. Soalnya dulu saya pernah hampir dijual, " tanya Karin memastikan.
Uncle Aryan tersenyum sambil menggeleng-gelengkan kepalanya, "nama saya Abram. Aryan ini keponakan saya. Kami bukan komplotan penjualan orang, tenang saja. "
"O-oh. Maaf. Mm.. nama saya Karina Raichand uncle. "
"Baiklah. Jadi Karina, rumahmu dimana? Biar kami antarkan."
"Mm.. di jalan Anggrek, nanti Karin arahin lagi kalo udah deket rumah," jawab Karina. Abram mengangguk. Lalu mulai mengendarai mobil menuju jalan Anggrek.
Beberapa menit kemudian, sampailah mereka di jalan Anggrek. Karina tidak mengarahkan mereka ke panti. Ia takut mereka itu adalah komplotan penculik atau pencuri. Karena biar bagaimanapun, kata Nancy, Karina tidak boleh terlalu percaya pada orang yang baru dikenal."Maaf uncle, disana ada pesta pernikahan. Jadi jalanan ke rumah Karin ditutup. Mmm.. Karin turun disini saja karena tidak ada alternatif jalan lainnya, " bohong Karina.
"Oh begitu ya. Baiklah nak, hati-hati ya, " Abram tersenyum.
"Terimakasih banyak uncle, Karin pamit," Karina tersenyum pada Abram ia juga melirik sebentar Aryan lalu pergi dari mobil.
Aryan dan Abram memandang dengan haru punggung Karina yang mulai menjauh. Aryan berpikir, jika adiknya yang waktu itu masih berada di dalam kandungan ada dan lahir, mungkin akan seusia Karina.
"Seandainya almarhumah Mama, almarhum Papa, dan almarhumah aunty tidak pergi chek-up ke rumah sakit, mungkin mereka masih ada. Dan mungkin juga, adik Aryan sudah seusia Karina sekarang. Hufth, takdir tuhan memanglah tidak bisa kita tebak," Aryan mengoceh lagi.
Setiap ia melihat gadis seusia Karina, Aryan pasti sedih dan menyesal, "kenapa Aryan waktu itu ada di asrama?!"
Abram menggeleng, "sudahlah Aryan jangan menyesali takdir. Jika saja waktu itu bisa diputar kembali, uncle juga mau memperbaiki semuanya."
"Oh ya, apa dia pacar sungguhanmu?" tanya Abram mengalihkan topik pembicaraan.
"Aryan cuma ngaku-ngaku doang kok. Hahaha. "

KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Dosen Killer[Completed✔]
Teen FictionSemenjak berkuliah, Karina selalu berurusan dengan dosen killernya. Semakin ia ingin menjauh, justru dosennya itu malah semakin mendekatinya. Lantas, apakah alasan dibalik sikap aneh dosen killernya itu? WARNING: CERITA INI MURNI KARANGAN AUTHOR SE...