SDGK:31

6.4K 502 49
                                    


"Momma!! Momma!!"

"Dadda!!Dadda!!"

Dua nama itu terus kugaungkan. Berharap mereka akan datang menyelamatkanku dari ruangan serba gelap ini. Jujur, aku takut. Walaupun mempunyai tubuh kekar, tapi tak menjamin mentalku juga kekar dan kuat menghadapi situasi seperti ini.

Dimana aku berada?

Kenapa gelap sekali?

Berapa lama aku disini rasanya sangat lama.

Sepanjang aku berjalan, hanya ada ruangan gelap ini. Cahaya matahari atau gemericik air sungai yang kuharapkan pun tak ada sedari tadi.

Dimana aku?

Kenapa aneh seperti ini?

"Tolong!! Tolong!!"

Jika aku adalah seorang anak berusia lima atau sepuluh tahun, mungkin daritadi airmata sudah bercucuran sambil meraung dan menjerit ketakutan. Tapi, aku sudah dewasa, tak mungkin aku melakukan hal konyol diusiaku sekarang.

Jadi, aku hanya bisa meneriakan nama-nama orang terdekatku sambil berdoa dan berharap seseorang akan menolong dan membawaku keluar dari tempat aneh ini.

Entah kenapa bisa aku mengunjungi tempat ini. Padahal tadi aku baru saja bersama dengan Karina. Tapi sekarang, tunanganku itu sudah menghilang entah kemana.

Apa aku sedang berada di negeri ajaib seperti kisah Alice In Wonderland?

Atau--

"Nak?"

Tiba-tiba, seorang wanita cantik datang bersama dengan sinar yang membuat mataku mengerjap saking terangnya.

"Kenapa kau ada di sini? Ini bukan tempat yang cocok untukmu, " tanyanya.

Aku mengernyit heran. Memangnya ada apa dengan tempat ini sehingga wanita itu berkata tidak cocok bagiku?

"Memangnya aku ada dimana?" tanyaku.

Wanita itu tersenyum. Manis sekali,"itu tidak penting. Lagipun, saya tidak berhak memberitahukanmu tentang tempat ini selain tuhan. Oh ya, siapa namamu?"

"Askala Felixian. "

"Askala Felixian? Kau tunangan Karina putriku?"

"Putrimu?" wanita itu mengangguk.

"Dia sering membicarakanmu padaku. Dia sangat menyayangimu. Nak, tolong jagalah putriku dengan baik. Jangan sakiti dia. Kalau kau menuruti permintaanku, aku akan tenang dan bahagia. "

Saat itu juga, samar-samar kudengar suara mereka. Perlahan mataku membuka hingga cahaya masuk. Ketika mataku membuka penuh, hal pertama yang kulihat adalah Karina-ku yang cantik.

Tenggorokanku kering. Sebelum berbicara dengannya, aku mencoba meminta tolong pada mereka untuk membawakanku air minum.

"Air~" aku hanya bisa mengatakan kata tersebut dengan lirih.

"Sayang, aku dimana?" setelah beberapa menit, aku bertanya pada Karina. Aku tersenyum.

"Kamu di rumah sakit," Karin balas senyum.

"Kenapa aku ada di sini? Dimana Momma?"

"Sudah jangan banyak bertanya. Tidak baik bagi kesehatanmu. " Aku mengangguk kecil.

Beberapa menit kami hanya diam yang menimbulkan suasana hening.

"Bolehkah kami berbicara empat mata?" tanyaku pada semuanya dengan nada rendah yang memecah keheningan.

Dear Dosen Killer[Completed✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang