SDGK:24

6.7K 438 39
                                    

Karina dan Aryan masih tertawa keras menimbulkan pertanyaan aneh bagi Askala yang diam mematung melihat sampai mereka berhenti tertawa.

"Bapak Askala Felixian yang terhormat, Aryan bukan laki-laki brengsek seperti yang anda kira. Karina masih tersegel kok, dijamin. Anda salah paham. Maksud kami-

Askala menarik dan membawa Karina ke ruangannya. Aryan masih tertawa meskipun telah ditinggalkan Karina. Lucu, sangatlah lucu. Kejadian ini tak akan Aryan lupakan dengan mudah.

Brak!!

Pintu ruangan ditutup, dikunci dengan keras dan asal. Karina didudukkan di meja seperti kemarin sedangkan Askala duduk di bangku.

Karina tertawa menatap Askala.

"Kamu kenapa sayang?" tanya Askala yang heran sejak daritadi.

"Kamu yang kenapa!" Karina masih tertawa.

"Loh kok aku? Harusnya kamu lah. Aryan bilang nanti malam lagi, terus juga keringetan lah apalah. Terus aku tanya apa kalian habis bercinta, kenapa malah ketawa?"

Karina tertawa lagi, "yaampun! Kemarin itu, kami---

Ucapannya terhenti. Tak mungkin bilang semalaman mereka berempat habis main perang lempar tepung. Nanti, Askala pasti akan bertanya kenapa bisa ada di rumah Aryan bla bla bla.

Hmmm...

Aha!

"Ah ya, kemarin kami memang bercinta. Di hotel bintang tujuh sampai pagi. Makanya kami berdua keringetan gitu," canda Karina membuat Askala emosi dan menggebrak meja.

Brak..

"Kalian berdua bercinta? Iya?! Awas si Aryan brengsek, akan ku buat wajahnya penuh dengan lebam biru. Dan kau..kau...

"Tapi bohong, wlee!" Karina menjulurkan lidahnya. Prank berhasil!

"Bohong!" nada Askala meninggi.

"Iya Askala sayang.... sayang mudah di bohongi maksudnya. Kami tidak melakukan hal bejat seperti itu kali!. Lagian melakukan di hotel bintang tujuh, emangnya ada? Bukannya hotel itu sampe bintang lima?" Karina tertawa lagi.

Askala tersenyum dan bernafas lega.

Jika saja hal itu terjadi, maka, ia tak segan melayangkan beberapa pukulan mautnya pada Aryan dan mungkin juga akan sedikit menghukum Karina seperti biasa.

"Kamu buat aku jantungan!" Karina tersenyum.

Askala menggenggam jemarinya lalu dikecup dengan lembut, "nikah yuk!" Karina terkejut, matanya membulat.

"Karin gak salah denger?" Askala menggeleng.

"Kenapa tiba-tiba kamu ngajak aku nikah? Kamu yakin siap jadi suami? Yakin bakalan siap jadi Papa muda? Yakin bisa setia? Yakin bisa--

"Aku yakin seratuspersen. Momma dan Dadda bahas ini tadi ketika sarapan. Momma suruh aku buat cepet-cepet nikah, takut kamu kepincut laki-laki lain katanya. Aku gak langsung bilang iya karena nunggu dulu keputusan kamu. Apakah kamu siap menjadi istri diusia muda? Apakah kamu siap kalau nantinya menjadi ibu diusia muda dan menghentikan pendidikan. Tapi setelah kejadian kamu dengan Aryan tadi, aku rasa Momma benar, kamu pasti bakalan kepincut laki-laki lain. Aku takut, aku gak sanggup kamu pergi ninggalin aku. Karina..."

Karina menatap matanya lekat.

"Maukah kamu menjadi teman hidupku? Bukan sekedar istri, tapi menjadi ibu bagi anak-anak kita kelak. Menjadi seseorang yang bisa kujaga. Menjadi tulang rusukku. Menjadi bagian dari hidupku. Menjadi--

Dear Dosen Killer[Completed✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang