"Awas nak!!"Ckitt...
"Yaampun! Untung saja bapak sempat melihat. Terimakasih pak, kalau tidak pasti gadis itu akan tertabrak karena kecerobohan saya, " Abram tersenyum, "tak apa. Ayo kita lihat keadaan gadis itu. "
Askala dan Abram pun turun. Ia melihat seorang gadis tengah menutupi matanya dengan telapak tangan.Askala memandangnya dari bawah sampai atas. Sepertinya, ia kenal betul siapa dia, "ekhem. Kamu gak jadi ketabrak, " ucap Askala. Karina menoleh dengan ragu. Suara itu sangatlah tidak asing di pendengarannya.
Satu...
Dua...
Tiga...
Tuhkan!
Mampus. Kenapa harus ketemu dia lagi dan lagi sih? Tuhan, bukannya dia gak ada jadwal ngajar hari ini? Kenapa harus ketemu sih? Padahal, ekspektasi Karin tuh hari ini bakal indah dan ceriaaa banget tanpa dosen killer yang nyebelin ini. Pasti hari ini bakalan sial bin apes. Batin Karina.
"Kamu kenapa ada di tengah jalan, hm? Sudah bosan hidup? Jangan dulu mau meninggalkan dunia, tuhan sedang merencanakan takdir terbaik untukmu. Sudah, sekarang ikut saya. Biar saya antar kamu sampai kampus," Karina bingung. Selain menyebalkan, ucapan Askala terkadang sulit dimengerti."Tapi pak, umm... tadi Karin janjian sama Septa. Katanya dia mau jemput Karin di halte sana naik motor. Bapak lebih baik pulang saja hehe," Karina mengusirnya dengan halus berharap pria dengan tinggi 183 cm itu pergi dari hadapannya se-segera mungkin.
Askala menarik tangannya. Bodohnya, Karin hanya bisa diam dan memandang tangannya yang sedang di tarik. Entah ada efek apa pada pria ini sehingga ketika bersentuhan secara langsung, umpatan serta penolakannya berubah seketika.
"Loh, ada uncle Abram juga?"
"Eh Karina. Iya nih, tadi calon suamimu tidak sengaja bertemu dengan uncle. Kamu mau kemana Rin?" Karina tersenyum, "Karin mau ke kampus. "
"Oh ya, kenapa tadi kamu ada di tengah jalan nak? Uncle tadi deg-degan loh takutnya kamu tertabrak."
Karina yang semula tersenyum ceria mendadak murung dan menunduk ketika Abram menanyakan hal tersebut, "Karin kesel sama abang Karin temennya Aryan. Tadi dia tuh mau nganterin Karin, cuma ketemu sama temen-temennya termasuk Aryan. Eeh... Karin diturunin di tengah jalan. Tega bener dah bang Sid. "
"Tadi katanya lagi janjian sama Septa?" Askala menggodanya. Karina hanya bisa tersenyum kecil.
"Oh begitu. Yasudah, nak Askala, saya turun di sini saja. Kebetulan, saya juga mau mampir ke minimarket situ. Nak Askala antarkan saja Karina ke kampus. Kasian nak Karina pasti lelah," Abram tersenyum.
"Tidak apa pak, setelah saya mengantarkan bap---
"Sudah tak apa nak. Terimakasih atas tumpangannya. Besok-besok mampir ke rumah ya, nanti uncle buatkan masakan terenak, Karina pasti suka. " Karina tersenyum, "iya, nanti Karin kesana sama bang Sid. "
"Jangan lupa ajak calon suamimu juga. Dah, uncle turun dulu, hati-hati."
_____________
"Kemana sih si pak Suseno yang gembrot itu? Lama banget. Padahal nih ya, kalau dia gak masuk minimal ngasih kabar ke salah satu diantara kita kek, atau gak ke salah satu dosen. Gimana sih?!" protes salah satu mahasiswi yang disetujui beberapa mahasiswa-mahasiswi lain.
"Iya, mana whatsapp nya kagak online, ngartis beut jadi dosen. Ntar, kalo gue udah jadi dosen komunikasi, gue mau kayak si pak gembrot. Masuk kelas sesuka hati, iya gak gengs?" sambung beberapa mahasiswa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Dosen Killer[Completed✔]
Fiksi RemajaSemenjak berkuliah, Karina selalu berurusan dengan dosen killernya. Semakin ia ingin menjauh, justru dosennya itu malah semakin mendekatinya. Lantas, apakah alasan dibalik sikap aneh dosen killernya itu? WARNING: CERITA INI MURNI KARANGAN AUTHOR SE...