Karina dan Askala berjalan-jalan mengelilingi taman rumah sakit. Sore nanti, Askala sudah diperbolehkan pulang, jadi pagi ini mereka habiskan waktu untuk sekedar menghirup udara segar.
"Yakin ya, kamu gak apa-apa jalan normal gitu. Nanti pingsan, Karin yang repot lagi."
Askala tersenyum, "iya sayang. Kemarin, aku cuma pingsan biasa aja. Kalian aja yang lebay pake acara bawa ke rumah sakit. "
"Lebay? Kamu bilang lebay? Kamu pingsan sambil pegang dada. Karin kira serangan jantung atau apapun. Bukannya bilang makasih malah nyalahin! Udahlah, lain kali, Karin gak mau jalan lagi sama kamu. Nanti kalau ada apa-apa repot banget kayak gini," Karina dalam mode merajuknya.
"Bu-bukan begitu sayang, aku cuma--
"Udahlah. Karin mau pu--
"Dengarkan aku honey, aku cuma becanda. Iya, aku sangaaat berterimakasih sama kamu. Kamu udah khawatirin aku, udah bawa aku ke sini. Tanpa sadar pembelajaran cara mencintaiku sudah mulai kamu terapkan. Aku senang sekali," Askala membawanya duduk di bangku taman.
Karina meleleh karena panggilan 'honey'. Ia sangat suka. Seperti di film-film.
"Iya. Lain kali jangan gitu dong! Karin tuh sensitif. Selain mencintai, kamu juga harus memahami Karin. Kata lainnya, peka!"
Askala mengangguk sambil meraih tangannya, "iya, aku akan belajar memahamimu. Jadi, kita sama-sama belajar ya? Aku belajar memahami dari kamu. Dan kamu, belajar mencintai dari aku, oke?"
Karina mengangguk setuju.
"Makasih. Kamu laki-laki paling manis yang Karin pernah temuin. Pasti kamu belajar dari idola Karin, iya kan?" Askala mengangguk sambil tersenyum.
"Oh ya? Kalo gitu, coba tiruin gaya khas dari dia, Karin mau liat."
Askala berdiri lalu merentangkan tangannya, bergaya khas seperti Shahrukh Khan di film-film romantisnya.
"Aku mencintaimu, Karina... "
Karina tertawa. Gayanya sudah sangat mirip. Tapi, lucu juga. Tampang oppa-oppa Korea, tapi bergaya ala abang-abang India.
"Udah-udah. Untung gak ada orang. Sini, duduk lagi. Karin percaya kok, kamu nonton dan nyimak baik-baik gaya idola Karin."Askala tersenyum karena merasa puas. Kepalanya ia senderkan di bahu Karina. Karina awalnya kaget, tapi mulai membiasakan diri.
"Pinjam ponselmu dong, " pinta Askala.
"Buat?"
"Pinjam saja, aku gak bakal ngapa-ngapain kok."
Karina mengeluarkan ponselnya dari saku lalu diberikan pada Askala.
Askala meng-klik fitur kamera. Ia tersenyum menatap kamera.
Cekrek ✨
Ia mengambil gambar ketika Karina tidak sadar. Tatapan Karina mengarah ke depan. Askala menahan tawa,wajahnya lucu, tapi masih terlihat sangat cantik. Sebelum tertangkap basah, ia segera mengirim foto itu ke whatsappnya lalu pesan dan fotonya di hapus.
"Lagi chek apa hayoh? Jangan curigaan!"
"Ih, gak kok. Oh ya, mau selfie?"
"Boleh."
Karina merapikan rambut yang sedikit berantakan. Membenarkan pose supaya terlihat bagus, "aih, Karin lupa. Karin kan belum mandi. Gak ah, Karin gak mau!"
"Mau saja ya? Kamu tetap terlihat cantik kok. Anggap saja foto ini sebagai kenang-kenangan. Bila aku jauh darimu dan kamu merindukanku, pandang saja foto ini. Kamu akan merasa aku ada di sampingmu," sebelum mengambil foto, Askala mencubit pipinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Dosen Killer[Completed✔]
Fiksi RemajaSemenjak berkuliah, Karina selalu berurusan dengan dosen killernya. Semakin ia ingin menjauh, justru dosennya itu malah semakin mendekatinya. Lantas, apakah alasan dibalik sikap aneh dosen killernya itu? WARNING: CERITA INI MURNI KARANGAN AUTHOR SE...