"Momma sayang... " panggil Asatya dengan lembut. Tangannya ia lingkarkan di leher Rere yang tengah bersolek di meja rias.
"Apa Dad?" Rere tersenyum dan menatapnya di pantulan kaca.
"Dadda masih ganteng gak menurut Momma?" tanya Asatya sambil memamerkan rahang tegasnya secara bergantian ke sisi lainnya.
"Kenapa nanya gitu? Tumben, hm?" Rere berbalik. Tangannya tak mau hanya diam, jadi ia lingkarkan tangannya itu ke pinggang Asatya.
"Secara, usia kita ini beda 9 tahun. Momma juga model terkenal yang masih banyak tawaran buat jadi cover majalah. Pasti fotografer, kru, dan model lainnya lebih ganteng dan muda dibanding Dadda, iya kan?"
Rere masih tersenyum, kali ini, ia mengelus lembut rahangnya secara bergantian,"dengar Dadda ku sayang. Kita memang berbeda 9 tahun, tapi usia hanyalah angka. Fotografer, kru dan sesama model lain memang tampan dan lebih muda. Tapi, Momma tetap tidak akan pindah ke lain hati. Momma pengen habisin waktu tua kita bersama dengan Dadda, orang yang udah tulus mencintai, dan menyayangi Momma. Yang udah temenin berjuang dari titik nol. Dan Dadda, yang udah rubah sikap badung Momma. "
"Lagipun menurut Momma, diusia Dadda yang ke 51 tahun masih keliatan muda banget loh. Keriput masih dikit, six pack masih ada karena setiap pagi nge-gym bareng Kulu. Lah Momma, masak aja kadang keringetan dan capek banget. "
Asatya tersenyum senang.
"Dadda adalah laki-laki kedua setelah Papa yang Rere cinta dan sayang. Gak mungkin Rere pindah ke lain hati hanya gara-gara ketampanan dan obsesi semata. Dadda jangan khawatir, Momma akan selalu sayang dan cinta Dadda. Gak peduli ada berapa uban yang udah ada di kepala," Asatya mengecup kening dan pipinya bertubi-tubi. Sekarang giliran yang paling ia suka. Ia mendekat hingga jarak diantara mereka sangat tipis.
1
2
3
Dan....
Ting tong...
Ck. Asatya membuang nafas kasar. Modusnya kali ini gagal.
"Udah ah Dad, kita ke bawah. Kala kayaknya belum pulang jadi cuma kita yang bukain pintunya, ayo. Ditunda dulu ya jatahnya hahaha," Rere menarik lengannya, dan membawanya ke bawah.
Rere membuka pintu rumahnya ketika sudah sampai di bawah.
"Dengan tuan dan nyonya Felixian?"
Seseorang yang berada di ambang pintu itu membuat Rere sedikit terkejut. Ingatannya membawa dirinya kembali ke kejadian kelam yang tak pernah ia lupakan. Tapi, ia ragu itu seseorang di masa lalunya, sebab, di sekujur rahangnya di penuhi rambut-rambut yang biasa di namakan 'brewok' serta menanyakan apakah dirinya nyonya Felixian padahal jika itu benar dia, tidak akan menanyakan lagi dan mungkin akan sama kagetnya melihatnya dan Asatya.
"Iya, itu kami. Anda siapa ya?" tanya Rere yang penasaran.
"Saya Abram Grover. Apakah putra anda bernama Askala Felixian?" Rere mengangguk, "iya, ada apa dengan putra saya?"
"Mom!! Eee.. mari pak masuk. Jelaskannya lebih baik di dalam," ajak Asatya.
"Dad, dia mirip-- bisik Rere terpotong karena Asatya membungkam mulutnya sebentar sambil menggeleng.
"Silahkan duduk pak, ummm.. mau minum apa? Biar istri saya ambilkan," tawar Asatya. Abram menggeleng, "tidak usah tuan Felixian, saya kesini ingin memberitahukan sesuatu mengenai putra anda. "
"Ada apa dengan Kulu saya?"
"Nak Askala telah memukul wajah keponakan saya sampai lebam hanya karena salah paham. Jadi, keponakan saya bercanda dengan kakak Karina yang kebetulan adalah sahabatnya, dia ditantang salah satu temannya agar berbicara dengan lantang menyukai Karina. Askala kebetulan mendengar, dia langsung memukul wajah keponakan saya, " jelas Abram.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Dosen Killer[Completed✔]
JugendliteraturSemenjak berkuliah, Karina selalu berurusan dengan dosen killernya. Semakin ia ingin menjauh, justru dosennya itu malah semakin mendekatinya. Lantas, apakah alasan dibalik sikap aneh dosen killernya itu? WARNING: CERITA INI MURNI KARANGAN AUTHOR SE...