SDGK:06

15.1K 831 32
                                    

Drrrt...Drttt...

Sid? Argh, kakak laki-lakinnya itu selalu saja berulah dengannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sid? Argh, kakak laki-lakinnya itu selalu saja berulah dengannya. Kenapa tidak ada satu haripun tanpa ulahnya yang menjengkelkan?!

"Sid!!"

Semua menoleh, termasuk dosen wanita bertubuh gempal yang sedang menjelaskan materi di papan tulis.

"Kamu, Karina Raichand?" tanya dosen bernama Yunita itu.

"Iya bu, maaf, " jawab Karina.

"Ayo ikut saya," Karina mengangguk pasrah lalu mengikutinya.

"Eh kebetulan ada pak Askala. Kamu Karina saya serahkan pada pak Askala. Kamu juga akan saya coret dari absensi hari ini. Ini pak, Karina berulah, " adu bu Yunita pada Askala.

"Ah baiklah bu. Terimakasih," Askala tersenyum.

Setelah Yunita kembali ke kelas, Askala menatap Karina dengan lekat. Sial, tatapan itu yang selalu membuat Karina takut bila di dekatnya. Tatapan itu mengingatkannya pada kejadian dahulu ketika ia hampir di jual orang tak dikenal.

"Kamu berulah apa sampai bu Yunita mengeluarkanmu dari kelas, hm?" tanya Askala.

"A-anu, Karin cuma chek notifikasi hp doang. Soalnya daritadi suara getarannya bikin Karin risih," alibinya.

"Cuma? Jadi, main ponsel ketika dosen sedang menerangkan itu cuma ya? Oke, sekarang kamu ikut saya," Askala menarik lengannya membawanya ke suatu tempat.

"L-loh, kenapa bapak bawa saya kesini? Disini kan gelap pak," ucap Karina ketika sudah sampai di salah satu ruangan gelap.

"Ayo, bereskan sampai bersih. Cuma segini kok. Biar saya temani deh, kebetulan saya tidak ada jadwal mengajar hari ini, " Askala melipat tangan di dadanya sambil bersandar di dekat pintu.

Karina menghela nafas kasar sebelum ia mengambil sapu. Hal pertama yang akan ia lakukan adalah menyapu lantainya supaya bersih. Sumpah demi apapun ruangan ini sangatlah kotor dan berdebu. Tapi sisi baiknya, seluruh meja, bangku dan beberapa lemari terbungkus kain. Itu artinya, pekerjaan Karina jadi lebih ringan.

Setelah semua beres, Karina diam mengatur nafasnya yang tersengal. Bukan apa-apa, kalau ruangan ini kecil sih tidak menjadi masalah baginya, tapi, ruangan ini besar! Dua kali lipat dari ruang kelasnya.

"Hei kau! Kenapa diam? Ayo ikut saya lagi," hufh. Karina harus menyiapkan kesabaran yang sangat ekstra.

"Mau kemana lagi sih pak? Karin capek. Harusnya jam segini Karin udah pulang karena jadwalnya cu--

Dear Dosen Killer[Completed✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang