"Nek, Askala pingsan!! Om, cepat tolong Karina bawa Askala ke rumah sakit sekarang juga! Penyakitnya pasti sedang kambuh sekarang," Karina ketakutan. Dengkulnya lemas. Tangannya memegang dada kiri Askala. Ternyata benar, detakannya semakin hebat dan tak normal.
Karina menangis tak mampu melakukan apapun selain itu. Philips dibantu beberapa anak buah Roweina membawa tubuh Askala ke mobil. Rasa takut kehilangan mulai merebak ke pikirannya.
Alex yang sudah mendarat dengan mulus mengangkat tubuh putrinya dan mencoba menguatkannya. Alex sungguh tak tega melihat kesedihan putrinya saat ini.
Akhirnya, mereka berangkat menuju rumah sakit. Karina menjadikan pahanya sebagai bantalan Askala. Alex berada di sampingnya. Sedangkan Phillips, Roweina, dan Lysa berada di mobil lain.
"Pa, aku takut kehilangan Askala. Aku takut Askala ninggalin aku sendirian. Pa...aku sudah mencintai Askala. Aku gak mau kehilangan dia sama seperti aku kehilangan Mama," Karina menangis sesegukan di dada Alex. Karina tak tega melihat kekasihnya tak berdaya seperti itu.
"Iya...kamu tidak akan kehilangan cintamu itu nak. Papa jamin. Tuhan pasti tidak merestui kalian berpisah begitu saja. Tuhan mau kisah cintamu berlangsung lama. Kamu berdoa terus sama tuhan ya! Minta agar tuhan merestui cinta kalian sampai tua nanti," Alex mengusap-usap rambut putrinya.
Alex merasa sangat bersalah. Semua ini karenanya. Jika bukan karena Alex dulu menembak Rere, efeknya tidak akan dirasakan oleh Askala kini.
Alex bodoh!
Alex idiot!
Alex bajingan!
Alex gobl*k!
"Pa, Askala pasti bangun kan Pa? Askala pasti kembali seperti dulu kan Pa?" Karina menatap Alex sendu.
Alex mengangguk, "pasti sayang."
____________
"Maaf, keluarga pasien tidak diperkenankan masuk. Hanya para dokter dan suster yang akan masuk dan menangani pasien, terimakasih," seorang sustermenutup pintu.
Karina ditemani Lysa dan Roweina menunggu di taman rumah sakit. Mereka berdua ingin agar Karina sedikit lupa dan menenangkan diri sambil menghirup udara segar.
Philips, Alex dan Alvinn, menunggu di depan ruangan. Mereka belum mengabari Rere dan Asatya demi mengurangi perdebatan. Karena jika Rere datang dan melihat Alex, maka ia pasti akan memarahi, membentak dan menyalahkan Alex di sini.
Sampai akhirnya, beberapa menit kemudian dokter keluar. Raut wajahnya terlihat agak kurang mengenakkan.
"Ada apa dok?"
"Askala---"
____________
"Nek, Lysa, Karin gak mau disini. Karin mau disana temenin Askala! Karin gak mau jauh-jauh dari Askala!" Karina berontak berusaha lepas dan genggaman Lysa dan Roweina.
"Tidak nak. Kamu tetap disini dengan kami. Tenangkan pikiranmu disini. Kami tidak mau kamu semakin stress. Kami yakin Askala baik-baik saja," Roweina tersenyum meyakinkan cucunya agar tenang.
"Nek, Askala sudah di vonis hidupnya tidak akan lama lagi! Nenek tau jika Askala loncat dari ketinggian maka resiko kematiannya akan sangat tinggi? Nek aku khawatir..." Karina kembali menangis.
Tak lama, Philips datang menemui mereka.
"Om, bagaimana keadaan Askala? Dokter pasti sudah menemui kalian kan? Bagaimana hasilnya? Apa yang terjadi pada Askala? Om ayo jawab! Jangan diam saja!" Karina mengguncang-guncang bahu Philips.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Dosen Killer[Completed✔]
Teen FictionSemenjak berkuliah, Karina selalu berurusan dengan dosen killernya. Semakin ia ingin menjauh, justru dosennya itu malah semakin mendekatinya. Lantas, apakah alasan dibalik sikap aneh dosen killernya itu? WARNING: CERITA INI MURNI KARANGAN AUTHOR SE...