"Kal?" panggil Rere pada sang putra yang tengah menyantap sereal sebagai menu sarapannya di meja makan. "Iya Mom?" Askala berhenti sejenak dari kegiatan makannya"Kamu masih deket sama Karina? Kamu masih mmm... mau jadiin dia menantu Felixian?" tanya Rere ragu. Sontak membuat Askala refleks menjatuhkan sendok yang sedang dipegang.
"Momma kenapa nanya gitu? Jelas Kala masih dekat dan mau jadiin dia menantu Momma sama Dadda. Memangnya kenapa? Ada yang salah dengan dia? Perasaan waktu dibawa kesini, Momma fine-fine aja. Malah suka sama dia karena cantik, " jawab Askala tegas.
"E-enggak nak, bukan gitu maksudnya. Gak tau kenapa, pas Momma lihat dengan teliti foto Karina yang ada di kamar kamu, tiba-tiba Momma ngerasa gak enak hati. Dan feeling Momma biasanya gak pernah meleset," jelas Rere.
"Ish Momma, jangan gitu ah. Kita doakan saja semoga kali ini feeling Momma meleset. Karina anak yang baik dan juga sopan. Dadda juga sangat setuju kalau nak Karina menjadi menantu Felixian," bela Asatya sambil mengelus bahu istrinya.
"Tapi kan Dad, Momma khawatir. Kita harus benar-benar pilih menantu, apalagi Kala kan anak kita satu-satunya. Momma gak mau Kala salah pilih."
"Momma kenapa sih? Kalau gak suka sama Karina ya bilang dari awal. Kala tau kok, Momma cuma suka sama Lysa, anak dokter Philips temannya Dadda itu!" Askala mengambil satu roti dan tas kerjanya. Tanpa berpamitan, ia pergi.
"Tuhkan Momma, udah tau anaknya baperan kayak Mommanya, ini malah nanyain itu. Kan kemarin udah Dadda jawab, pasti gak bakalan kenapa-napa, " Asatya menegur Rere.
"Tapi kan Dad, Momma khawatir banget. Tau gak gimana orangtua kita dulu, saking khawatirnya mereka sampe jodohin kita. Sekarang Momma rasain hal yang sama Dad," Rere menatap matanya lekat seolah membantah ucapan Askala yang mengatakan dirinya hanya suka dengan Lysa.
"Iya, Dadda mengerti. Kalau begitu nanti sore Momma masak makanan kesukaan Kala ya? Biar dia senang dan semoga saja lupa dengan kekesalannya, " Asatya tersenyum sehingga Rere bisa kembali tenang.
__________
"Rin," saut Siddharth.
"Hm?"
"Kalo dipanggil tuh nyaut, jangan hmm hmm aja. Kalo sakit gigi sih wajar."
"Yaudah kalo gitu, ada apa abangku sayang? Lo mau ngasih tau kalo si Aryan itu baik? Lo mau nyomblangin gue sama dia lagi? Mendingan pergi deh, gue males liat wajah lo!" Karina masih marah sebab tanpa izin dan sepengetahuannya Sid memberi nomor ponselnya pada Aryan.
"Gak dek, abangmu ini udah tobat. Abang kesini cuma pengen ngasih tau kalo Mama Nancy udah suruh kamu buat sarapan di bawah. Adik-adik nungguin kamu tuh, sampe nahan laper. Abang saranin kamu buruan gih, sebelum mereka pingsan!" Karina terdian sebentar. Kalau tidak karena Mama Nancy dan Icha, Karina akan menolak tawarannya.
"Yaudah, lo duluan aja. Gue nyusul!" ucap Karina dengan ketus.
"Adikku sayang, ayo bareng abang Sid yang ganteng ini. Soalnya abang juga udah laper banget nih. Cacing-cacing di perut udah pada demo," Sid menarik tangannya lembut.
Benar saja, ketika ia dan Sid tiba di meja makan, semua anak-anak menunggu sambil menatap piring di hadapan mereka.
"Tuh, kak Karin udah turun. "
"Yeay, kak Karin turun!"
"Kak Karin kok lama banget sih? Icha kan udah nungguin kakak daritadi, mana perut Icha bunyi keras lagi."Karin merasa bersalah karena emosi pada Sid dan ego sehingga membuat adik-adiknya menahan lapar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Dosen Killer[Completed✔]
Ficção AdolescenteSemenjak berkuliah, Karina selalu berurusan dengan dosen killernya. Semakin ia ingin menjauh, justru dosennya itu malah semakin mendekatinya. Lantas, apakah alasan dibalik sikap aneh dosen killernya itu? WARNING: CERITA INI MURNI KARANGAN AUTHOR SE...