"Pak Askala?" Karina berlari menghampiri Askala yang tengah berdiri di ambang pintu. Ia segera memeluknya dan menenggelamkan wajahnya di dada bidang Askala.
Askala menunduk dan tersenyum pada Karina. Ia mengelus rambutnya sebagai penenang.
"Kamu mau hasut tunangan saya? Kamu tidak liat cinta di mata Karina untuk saya? Saya tidak pernah memaksanya loh, kalau tidak percaya, tanyakan saja sendiri. "
Askala kembali menunduk, "sudah ya, tidak apa, aku ada disini. Jangan takut lagi."
Karina tersenyum kecil saat Askala menyebutkan dirinya sendiri dengan embel-embel 'aku'. Ternyata permintaannya agar Askala tidak berbicara dengannya menggunakan kata baku dikabulkan. Karina mengangguk.
"Tapi, saya peduli dengan kebahagiaannya. Saya tidak mau Karina nantinya merasa tersiksa."
"Oh, begitu?baiklah kita tanya sendiri Karina memilih siapa. Saya rela melepas status saya jika Karina memilihmu. Karina, kamu memilih siapa? Aku, tunanganmu? Atau dia?" tanya Askala sambil melepas pelukannya.
Karina diam sejenak, ia memandangi mereka bergiliran, "sejujurnya, Karin bingung. Tapi karena Karin sudah terikat, jelas Karin memilih pak Askala. "
Askala tersenyum, "see, Karina memilih saya. "
Aryan menunduk. Kali ini, ia yang malu. Ia memilih bergegas pulang daripada merasa panas ketika harus melihat mereka berdua.
Setelah memastikan Aryan sudah pergi, Karina mendorong dada Askala dan menjauh darinya. Setelah itu ia berlari ke kamarnya.
"Karina, kamu mau kemana?" tanya Askala sambil mengejarnya.
"Gak usah ngikutin Karin. Karin pengen sendiri!!" teriaknya sambil masih berlari.
Braakk...
Ia membanting pintu kamar lalu menguncinya dari dalam. Askala hanya bisa mengetuk-ngetuk pintu sambil membujuknya agar keluar dan menjawab kenapa.
"Karina, buka pintunya. Salah aku apa? bukankah tadi kamu sudah menerimaku sebagai tunanganmu?"
"Jangan geer. Karin tadi cuma pura-pura doang. Sana pergi! bukankah hari ini bapak ngajar di kelasnya Karin?" jawabnya yang berada di balik pintu.
"Karina, kumohon keluarlah. Lalu katakan ada apa supaya nanti, aku bisa memperbaiki bila ada kesalahan kata atau apapun, ya? keluar dong. Tunanganmu ini sudah rela meninggalkan mahasiwa mahasiswinya demi kamu loh, " kata-kata terakhir Askala membuat Karina luluh begitu saja. Tangannya terulur untuk membukakan knop.
Askala tampak sumringah ketika Karina sudah berada di depannya meski dengan ekspresi datar dan terkesan memaksa.
"Sekarang katakan, kamu mau apa, ada apa sampai kamu tidak masuk kelas hari ini. Aku khawatir loh, takut kamu ada niatan buat..." Askala menggantungkan kalimatnya dan berekspresi seperti orang yang ditembak, lalu meninggal.
"Bunuh diri gak ada di kamusnya Karin! Yaudah, nanti Karin jawab tapi bukan di sini. Ayo, ikut Karin ke taman kompleks," Karina menarik tangan tunangannya.
Karina membawa Askala ke taman kompleks yang berada tak jauh dari panti. Ia memilih tenpat itu karena selain sepi, udaranya masih asri dan segar meskipun sekarang sudah agak siang.
"Yasudah, katakan, kamu mau apa, ada apa, dan--
"Iya-iya. Mmm... jadi, setelah Samira dan Septa bilang kalo hari ini semua orang udah tau perihal Karin yang udah jadi tunangan ba--maksudnya, kamu, apalagi foto pas acara itu ditempel di dinding informasi, Karin malu. Tadi Karin udah siap berangkat ke kampus tapi niat itu urung," jelasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Dosen Killer[Completed✔]
Teen FictionSemenjak berkuliah, Karina selalu berurusan dengan dosen killernya. Semakin ia ingin menjauh, justru dosennya itu malah semakin mendekatinya. Lantas, apakah alasan dibalik sikap aneh dosen killernya itu? WARNING: CERITA INI MURNI KARANGAN AUTHOR SE...