SDGK:37

14.9K 458 10
                                    

"Papamu sudah tiada."

"A-apa?"

Hening.

Namun sedetik kemudian, Karina tertawa.

"Bercandaanmu sungguh keterlaluan dokter. Seharusnya setelah ini dokter gabung di kontes komedi. Om dokter Anton sudah pantas jadi komedian. Hahahaha," Karina tertawa terpingkal.

"Om sedang tidak bercanda. Papamu memang sudah tiada. Almarhum mendonorkan jantungnya untuk Askala."

Flashback

Askala dinyatakan koma oleh para dokter yang menangani. Semua menunduk dan bersedih. Anton keluar ruangan. Berniat untuk menelpon Rere dan Asatya.

Tapi, rencana Anton dihentikan oleh Alex. Alex datang pada Anton.

"Jangan telepon mereka Ton. Gue mohon. Apa ada alternatif lain supaya Askala sadar dan sembuh?" Anton mengangguk.

"Transplantasi jantung. Tapi kita belum nemuin jantung yang cocok buat Askala. Kita takut efek transplantasi akan ditolak oleh tubuh Askala. Itu fatal Lex. Gue takut setelah transplantasi ini Askala jadi semakin memburuk. Gue bingung. Makanya gue mau nelpon Rere dan pak Asatya. Gue udah hampir nyerah sama kasusnya. Ini udah bener bener parah Lex," Anton menunduk.

"Ambil jantung gue Ton. Gue siap jadi pendonor jantung buat Askala. Gue udah siapin ini sebelumnya. Gue juga udah cek dan riset golongan darahnya dan beberapa komponennya. Jantung gue cocok. Udah Ton, ambil aja jantung gue. Gue ikhlas. Anggap aja ini sebagai penebusan dosa gue yang udah bikin Askala jadi gini. Kalo lo masih ragu, ayo, gue siap jalanin beberapa test," Alex tersenyum.

"Gila lo Lex? Kita cuma ngambil jantung orang yang udah meninggal. Gue gak mau--

"Hidup gue gak tenang dengan dibayangi rasa bersalah. Gue mau tebus dosa gue ini Ton. Izinin gue..." Alex menggenggam tangan Anton.

"Gue gak tega. Walau gimanapun juga, lo itu sahabat gue Lex. Lo sahabat terbaik gue selain Rere! Gue gak mau kehilangan lo. Gue gak mau liat Karina menderita karena kehilangan lo Lex!"

Alex tersenyum, "Karina akan lebih bahagia di dekat Askala. Askala akan selalu jaga dan bahagiain Karina. Gue gak bener bener pergi kok Ton. Jantung gue ada di tubuh Askala. Cuma tubuh gue yang pergi dari dunia ini. Gue mohon Ton..."

Anton menggeleng. Ternyata datang Alvinn yang sedari tadi menguping pembicaraanya.

"Gila lo Lex! Karina butuh lo! Masih banyak pendonor lain! Gak, gue gak setuju!" Ucap Alvinn tegas.

"Vinn, Ton. Kalo gue gak donorin jantung ini, Rere masih gak mau maafin gue. Gue gak mau terus-terusan dihantui rasa bersalah. Gue mau Rere maafin gue. Dan ini satu-satu cara supaya Rere, dan pak Asatya maafin gue. Gue mohon. Tolong Ton. Gue mau tenang," Anton dilanda dilema. Di satu sisi ia tidak mau kehilangan sahabatnya. Dan disisi lain Anton tidak mau sahabatnya terus-terusan dihantui rasa bersalah.

"Please, gue mohon."

Akhirnya setelah berpikir panjang, Anton mengangguk. Alex dibawa untuk dites sebelum jantungnya benar-benar diangkat dan dipindahkan pada tubuh Askala.

Flashback end.

Anton menyerahkan sepucuk surat pada Karina.

"Almarhum Papamu menitipkan ini padaku untukmu. Bacalah sekarang sebelum jasadnya akan dikuburkan."

Dengan tangan bergetar dan air mata yang mulai menetes, Karina menerima sepucuk surat itu.

Karina berlari ke taman. Ia ingin membacanya seorang diri. Agar jika menangis nanti, hanya ada dirinya dan tidak merepotkan orang lain.

Sesampainya di taman, Karina duduk dan mulai membaca surat tersebut.

Hai princess.

Om dokter Anton pasti sudah memberitahu.

Jangan sedih sayang.

Yang pergi hanya tubuh Papa.

Kenangan dan hati Papa ada di Askala.

Kamu pasti marah karena Papa tidak memberitahukanmu lebih dulu. Tapi, ini satu-satunya cara supaya penebusan dosa Papa berhasil.

Papa sudah beribu kali minta maaf pada Rere dan pak Asatya. Tapi mereka belum juga memaafkan Papa. Jadi, Papa pikir ini satu-satunya cara supaya mereka mau memaafkan semua kesalahan Papa yang telah menyebabkan Askala memiliki penyakit ini.

Nak, ketika Askala pingsan, Papa lihat dimata kamu, cinta pada Askala begitu besar. Rasa kehilangan sangatlah membuatmu ketakutan. Papa mengerti. Dsri situ Papa teringat Almarhumah Mama-mu. Mungkin beliau akan merasakan hal yang sama sepertimu. Karena Mama sangat menyayangi dan mencintai Papa seperti kamu pada Askala.

Selain penebusan dosa dan permintaan maaf Papa pada Rere dan Askala. Papa juga sudah sangat merindukan Mama. Papa mau bertemu dengan Mama.

Nak, jangan menangisi kepergian Papa. Papa sudah sangat tenang disana. Papa yakin akan bertemu Mama di surga. Papa yakin tuhan akan mempersatukan Papa dengan Mama.

Nak, Papa sangat menyayangimu. Papa akan berbuat apapun untuk membuatmu bahagia. Termasuk mengorbankan nyawa Papa seperti sekarang. Papa mau kamu selalu bahagia dengan Askala.

Nak, Papa juga sudah menitipkan surat untuk Askala, kalian berdua, Rere dan Asatya. Papa mau kalian bacakan ketika kamu menikah dengan Askala.

Penuh cinta dari Papa untuk Akilla Naveli Javier, Karina Raichand.

Karina melipat surat. Karina menangis untuk yang ke sekian kalinya. Karina tak sanggup melihat pengorbanan Papanya. Karina sangat sedih. Karina berlari sambil menangis menemui Anton untuk menanyakan dimana Alex sekarang.

Anton memberitahukan jika Alex berada di kamar jenazah. Seketika itu juga, Karina berlari. Orang-orang terheran melihatnya berantakan seperti itu.

"Papa!!!!"

Karina diam di depan pintu jenazah.

Disana sudah ada Alvinn yang sedang menunduk sembari menangis.

"Om Alvinn!!" Karina berlari, lalu memeluk Alvinn. Karina menangis sejadi-jadinya di pelukan Alvinn. Karina tidak menyangka, Askala yang ia sangka akan tiada malah berbalik pada Alex.

"Om, antar Karin ke dalam. Karin mau peluk Papa untuk yang terakhir kalinya." Nada ucapannya bergetar. Alvinn mengangguk dan segera mengantar Karina ke dalam.

Di dalam kamar jenazah, sudah ada Rere dan Asatya. Rere memeluk jenazah Alex sambil menangis sesegukan. Karina kaget dengan kehadiran Rere di sini.

"Om yang telpon Rere. Om jelaskan semuanya."

Tap

Tap

Tap

Rere menoleh pada Karina yang mendekat padanya.

"Nak, Momma sungguh minta maaf. Momma sungguh menyesal. Momma baru sadar, Alex tak sepenuhnya salah. Momma minta maaf," Rere memeluk Karina.

Karina menangis di pelukan Rere. Karina sungguh tidak bisa berkata apa-apa ketika melihat tubuh Alex sudah terbaring tak berdaya di sana dengan wajah yang sudah sangat pucat.

Asatya mengelus rambut Karina, "Dadda juga minta maaf nak. Karena kami Papa mu mengorbankan nyawanya sendiri. Kami juga berterimakasih. Karena Papamu sudah membuat Askala kembali pulih."

Karina melepas pelukan Rere dan beralih memeluk jenazah Alex dengan erat.

"Papa jahat! Papa tinggalin Karin sendirian disini. Papa jahat!!!" Karina menangis sejadi-jadinya. Berteriak, menggeleng-gelengkan kepala juga mengguncang-guncang jenazah  Alex berharap ada keajaiban seperti Askala tadi.

"Tenangkan dirimu Karin..." Alvinn berusaha menjauhkan Karina dari jenazah Alex.

"Gak Om. Papa meninggal, Papa ninggalin Karin selamanya dan om suruh Karin buat tenang? Gak! Karin gak bisa tenang! Karin mau Papa kembali!!!"

"Papamu tidak akan kembali sampai kapanpun. Tapi itu hanya tubuhnya, hatinya dan kenangannya ada bersama nak Askala."

Dear Dosen Killer[Completed✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang