"Mama kenapa sih gak bangunin Karin? Mama tau, kalo Karin telat bisa-bisa dihukum sama dosen ter killer di kampus. Karin takut. Pokoknya, sekarang lo Sid, harus anterin gue, gak ada penolakan," ucap Karin panik ketika ia baru saja sampai di meja makan.
"What? Kenapa nyuruh gue? Lo kan biasanya jalan kaki biar sehat, yaudah sekarang juga gitu, gak usah manja!" Sid tertawa diakhir kalimatnya.
"Sid, come on. Lo tau kan dosen killer di kampus kita? Lo juga pasti pernah dihukum sama dia kayak abangnya Samira," rengek Karina.
"Si Askala itu? Iya, se kampus tau dan rata-rata laki-lakinya pern--
"Udah buruan, nanti jelasinnya di motor aja. Lo juga sarapannya di kampus aja, nanti gue traktir," Karina menarik tangannya.
"Mama, Karin dan kak Sid berangkat! Assalamualaikum."
"Tapi Rin, gue kan gak ada jadwal ngampu--
"Bodo amat. Buruan aelah!" Karina berlari menuju tempat Sid menyimpan motor maticnya.
Karina buru-buru memakai helm, sedangkan Sid sibuk menghidupkan mesin motor lalu melaju menuju kampus yang jaraknya lumayan.
"Jelasin yang tadi Sid, gue penasaran."
"Kenapa lo pengen tau?"
"Aaah jangan banyak bacot. Buruan jelasin se jelas-jelasnya!"
"Oke. Jadi si Askala itu dosen paling ditakutin di Saint Luciana. Hampir semua mahasiswa pernah dihukum sama dia. Kagak tanggung-tanggung lagi hukumannya. Bikin semua kapok pokoknya," jelas Sid dengan nada tinggi agar Karina bisa jelas mendengarnya.
"Lo pernah dihukum apaan sama dia?" tanya Karina.
"Ngepel genteng di siang bolong. Sumpah tu dosen kejem banget sampe kulit gue belang waktu itu, lo inget gak pas gue pinjem skincare punya lo?" Karina tertawa ketika mengingat hal tersebut.
Waktu itu, Sid mengetuk pintu dengan panik. Wajahnya kala itu memerah bak kepiting rebus. Lalu meminjam beberapa pencerah wajah pada Karina.
"Hukumannya ke cewek beda atau sama?" tanya Karina.
"Kagak tau. Nanti deh, lo cobain sendiri sensasinya, ntar lo ceritain ke gue. Hahaha." Sid mendapat pukulan lumayan keras di bahunya.
"Bawa motornya cepetan, lo sengaja banget pengen liat gue dihukum!" Karina sengaja mencubit pinggangnya.
"Eett, gak kena. Untung gue sempet pake jaket. Gue udah duga, adek gue ini pasti bakalan cubit pinggang gue. Lah emangnya napa, kalo gue pengen liat lo dihukum? Gue pengen lo rasain apa yang gue alamin dulu! Hahaha." Karina sebal dengan kakak laki-lakinya itu. Ia hanya bisa bungkam dan pasrah. Sedari dulu, Sid memang jahil.
"Sid, gue mohon" pinta Karina.
"Oke dengan senang hati princess."
Sid berusaha keras agar motor maticnya itu melaju dengan kencang sesuai permintaan adik kesayangannya. Sialnya, ia lupa membeli bensin hingga motornya itu kini mendadak berhenti.
"Yah, Sid, motor lo kenapa?" tanya Karina dengan cemas.
"Gue lupa isi bensin. Sorry sis, gue gak maksud bua---
"Lo jahat Sid!" Karina turun, lalu membanting helmnya dengan keras dan segera berlari menuju kampus yang berjarak beberapa kilometer lagi.
Sambil berlari ia berdoa agar tidak kena hukuman dari dosen killernya. Ia berharap tidak akan pernah bertemu dosen bernama Askala itu.
Sesampainya di kampus..
Nahas. Semua calon mahasiswa-mahasiswi baru sudah berkumpul di lapangan utama. Karina hanya bisa pasrah, berserah diri kepada tuhan. Semoga saja perkataan Sid dan abang Samira itu bohong. Semoga mereka mengada-ngada tentang kehadiran Askala, si dosen killer.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Dosen Killer[Completed✔]
Ficção AdolescenteSemenjak berkuliah, Karina selalu berurusan dengan dosen killernya. Semakin ia ingin menjauh, justru dosennya itu malah semakin mendekatinya. Lantas, apakah alasan dibalik sikap aneh dosen killernya itu? WARNING: CERITA INI MURNI KARANGAN AUTHOR SE...