Berjalan dengan senyuman merekah dan juga wangi semerbak membuat Rere dan Asatya yang tadinya asyik menonton tv berdua mengalihkan tatapannya pada putra kesayangannya.
"Mau kemana Kal? Udah rapi gitu malem-malem gini," goda Asatya.
"Mau ke panti ketemu Karin Dad. Momma sama Dadda mau dibeliin apa nanti pulangnya?" tawar Askala.
"Tumben, biasanya kalo pergi gak pernah tuh nawar-nawarin gini ke Momma sama Dadda. Pasti lagi bahagia, atau... ada maunya ya?" ledek Rere.
Askala tertunduk dan tersipu, "gak kok Mom, Kala gak lagi ada maunya. Cuma lagi bahagia aja. Yaudah, Momma sama Dadda mau apa? Biar Kala beliin. "
"Mmmm... martabak telur dua kotak, nasi goreng spesial yang pedes. Samaa... Dadda mau apa? Mumpung Kulu kita lagi baik nih," Rere melirik Asatya.
"Dadda mau, kamu pulang dengan selamat. Jangan ngebut-ngebut bawa mobilnya. Oh ya, gak lupa kan bawa sesuatu buat bu Nancy, Sid dan adik-adik pantinya?"
"Iya nanti Kala beli di jalan buat mereka. Kala pamit ya Mom, Dad. " Asatya dan Rere tersenyum dan kembali melanjutkan aktivitasnya.
Sesampainya di panti....
Tok..
Tok..
Tok...
Tak lama, Nancy keluar dengan celemek yang masih terpasang. Nancy menatap terkejut kedatangan Askala yang sudah pasti mau menemui Karina.
"Hai Ma, Karinnya ada?"
Nancy bingung mau menjawab apa karena sebelumnya Karina berpesan agar tak memberi tahu siapapun termasuk Askala.
"A-ah Karinanya.....
"Hai kak Aska!" suara itu milik Icha, si kecil yang paling cerewet.
"Hai Icha, kak Karinnya ada?" tanya Askala.
"Loh, kan kak Karin udah pindah. Katanya, kak Karin udah nemuin Papa kandungnya loh kak. Icha juga pengen kayak kak Karin," anak kecil memang tak bisa berbohong.
Askala menatap Nancy, "ma... apa yang Icha katakan itu betul?" Nancy tak bisa berkata-kata lagi. Ia memilih mengangguk sebagai jawaban.
"Di-dimana Ma, bisa share lokasinya?" Nancy mengangguk.
Disisi lain, Karina saat ini tengah duduk berselonjor di ayunan balkon sambil memangku diary kesayangannya. Ini merupakan hal wajib yang tak boleh terlewatkan olehnya.
Diary itu dulu diberikan seseorang yang sebenarnya sampai saat ini Karina rindukan. Dipakai sejak satu tahun lalu karena sekotak hadiah yang berisi diary itu baru dibuka.
Dear diary...
Hai, baru ketemu lagi.
Hari ini aku bawa kabar bahagia loh.
Papa udah ketemu... yeay!!!
Awalnya Karin kira, Karin bener-bener gak bisa ketemu Papa. Tapi, takdir tuhan berkata lain. Karin dipertemukan dengan sosok Papa hebat diusia ke 20. Namanya Alexander Junio Javier. Nama yang unik bukan?
Papa blasteran Bandung-Dubai. Dilahirkan di Dubai 43 tahun yang lalu. Dulu, Papa mantan ketua ekstrakurikuler basket yang sangat populer di SMA. Papa juga mendapat peringkat 2 ujian nasional satu sekolah. Tapi kok... aku kebalikannya ya?
Boro-boro populer, ada yang lirik aja gak. Boro-boro dapet peringkat 2 ujian. Peringkat 20 besar di kelas aja gak pernah. Paling gede peringkat 24 wkwk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Dosen Killer[Completed✔]
Fiksi RemajaSemenjak berkuliah, Karina selalu berurusan dengan dosen killernya. Semakin ia ingin menjauh, justru dosennya itu malah semakin mendekatinya. Lantas, apakah alasan dibalik sikap aneh dosen killernya itu? WARNING: CERITA INI MURNI KARANGAN AUTHOR SE...