10 | Sedikit perhatian

100 12 4
                                    

"Ada apa dengan dirinya?."

*****

Varel dan Nichol masih mengejar maling yang mengambil tas Vera dan Bunga.

Serasa motornya sudah mendekat ke motor milik maling tersebut Varel langsung menendangnya,alhasil maling tersebut terjatuh.

Varel dan Nichol turun dari motornya.

Varel menarik kerah jaket yang dipakai maling tersebut.

"Balikin sini tas cewe gua,berani-beraninya ngambil." ucap Varel.

"Lo mau tas ini lawan gua dulu." ucap maling tersebut.

"Siapa takut." ucap Varel menantang

Mulai terjadinya aksi perkelahian.

Varel dan Nichol sempat terkena tonjokkan mereka,namun Varel dan Nichol yang membuat maling tersebut babak belur dahulu.

"Jangan gaya makanya." ucap Nichol terhadap maling tersebut.

Lalu Varel dan Nichol menaiki motornya menuju tempat Vera dan Bunga berada.

Vera dan Bunga melihat ada sebuah motor mendekati mereka.

Dan ternyata itu Varel dan Nichol.

Vera dan Bunga langsung bangkit dari duduknya dan menghampiri mereka berdua.

Vera terkejut melihat wajah Varel yang,luka di sudut bibirnya dan kemerahan pada pipinya,sama halnya dengan Bunga ketika melihat wajah Nichol.

Vera memegang pipi Varel.

"Shh.." ringisnya.

"Yaampun kenapa bisa kaya gini sih?." tanya Bunga.

"Menurut lo kita ngambil tas kalian berdua gak berantem dulu sama malingnya?." ucap Nichol ketus.

"Kok jawabnya ketus banget sih."

"Bunga udah,mendingan kita obattin luka mereka berdua dulu." ucap Vera.

Vera menarik tangan Varel untuk duduk di kursi.

Varel memberikan tas milik Vera.

"Makasi ya."

Vera langsung mengambil tas tersebut dan membukanya,lalu segera mengambil kotak p3k yang ada ditasnya.

"Sini biar gua obattin dulu."

Vera menuangkan sedikit alkohol di kapas.

"Tahan ya,agak perih."

Vera mulai mengobati luka di wajah Varel.

"Shhh..." Varel kembali meringis.

"Bunga pelan-pelan dong sakit tau." ucap Nichol.

"Berisik."

Bunga juga mengobati wajah Nichol.

Vera pun selesai mengobati Varel.

"Udah selesai."

"Makasih."

Vera hanya membalasnya dengan senyuman.

Varel menyadari bahwa lutut Vera juga terluka.

"Lutut lo."

Vera melihat ke arah lututnya.

"Oh ini tadi jatuh pas tasnya ditarik."

Vera membuka kembali kotak p3k nya untuk mengobati lututnya.

Varel mengambil alih kotak p3k yang dipegang Varel.

"Eh mau ngapain?."

"Ngobattin luka lo."

Nichol yang melihat perlakuan Varel terhadap Vera,ia juga melakukan itu terhadap Bunga.

"Sini luka lo juga gua obattin.",

"Dih gaya banget emang bisa apa?."

"Eh ngobattin luka kaya gitu mah kecil."

Bunga menatap sinis Nichol.

Vera meringis dalam diam,memang lukanya sedikit sakit.

"Tas lo aman-aman aja kan gak ada yang hilang?." tanya Varel.

"Belum gua liat."

"Udah selesai,mendingan lo liat dulu tasnya."

Vera mengangguk dan membuka tasnya,lalu mengeluarkan laptopnya dan menyalakannya.

Vera bernafas dengan lega,ketika laptopnya masih nyala tidak ada yang rusak.

"Baik-baik aja kan laptopnya."

Vera mengangguk. "Sekali lagi makasih ya,lo udah nolongin gua ama Bunga,dan berakhir lo jadi luka-luka gini."

"Santai aja kali." ucap Varel.

"Makasih Nichol lo udah baik mau nolongin gua ama Vera." ucap Bunga

"Kesambet apa lo bilang makasih ke gua."

"Serba salah kan gua."

Bunga bangkit dari duduknya.

"Ver ayo kita pulang." ucap Bunga sambil menarik pergelangan Vera.

"Lo berdua kita anterin." ucap Varel.

"Maksud lo gua dianterin pulang sama nih orang?." tanya Bunga sambil menunjuk Nichol.

"Iyalah sama siapa lagi,biar Vera gua anterin pulang."

Vera hanya diam,ia bingung kenapa sikap Varel berubah,kemana Varel yang rese tukang rusuh dan nyebelin itu?.

*****

Gas terus Varel dekettin Veranya-author.

Iyalah harus di gas biar gua menang taruhan-Varel

-_-

Jangan lupa vote n comment,terima kasih.

21-04-2020

Selamat hari kartini.
















Betting Boy (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang