"Apakah kamu seseorang yang dikirim oleh tuhan untuk melindungi aku?."
*****
Vera menatap lekat manik mata Varel,dirinya seperti merasakan tatapan itu terasa sendu penuh kesakitan dan rapuh."Udah tau masih sakit bukannya tiduran." omel Vera.
"Abisnya gua bosen,yaudah gua belajar aja." jawab Varel.
"Nih lu makan dulu,kata bi Wina lu belum sama sekali makan." Vera mengambil mangkok yang berisi bubur yang berada di atas meja Varel.
"Suappin dong." ucap Varel sambil menampilkan senyum jahilnya.
"Manja banget sih,masih punya tangan kan."
"Vera jangan galak-galak napa." sahut Nichol.
"Lemes badan gua." lirih Varel.
Vera yang mendengar lirihan Varel akhirnya dirinya pasrah untuk menyuapi Varel.
Sebelum menyuapi Varel,Vera meniup bubur yang berada di sendok,agar saat Varel memakannya tidak terlalu panas.
"Pahit ih."
"Pahit karena lu lagi sakit."
Namun baru tiga sendok Varel sudah mengelenggakan kepalanya.
"Baru tiga suap Varel,lagi ah."
"Mual ih."
Vera menghembuskan nafasnya,lalu ia menaruh mangkok bubur tersebut,dan mengambil obat dan air untuk Varel minum.
Varel pun mengambil obat tersebut dan meminumnya.
"Pasti gara-gara kemarin ya?." tanya Vera.
"Lagian Reza mukul gua kenceng banget jadinya kan gua tumbang gini." jelas Vera.
Nichol yang mendengar percakapan antar Varel dan Vera,langsung menyahutinya.
"Vera liat lo tanding?." tanya Nichol.
"Biasa lah,Reza perkaranya,lagian lo sih pulang duluan."
"Sorry." jawab Nichol.
"Gimana usaha lo,gencar gak buat dapettin Bunganya?." tanya Varel.
"Gencar lah." jawab Nichol sambil tertawa.
"Dih ngarep banget kayanya." ucap Bunga.
"Kok kamu gitu sih sayang."
"Sekali lagi ngomong sayang nih." ucap Bunga sambil menunjukkan kepalan tangannya.
Varel mengenggam tangan Vera lalu menaruhnya tepat di jantungnya.
Vera bingung apa yang Varel lakukan.
"Varel lo ngapain tangan gua." tanya Vera.
"Jantung gua berdebar cepat kalau deket lo."
Vera langsung menarik tangannya kembali.
Lalu suasana menjadi hening seketika.
Bunga sibuk memainkan handphonenya dan Nichol sibuk mengelus surai lembut milik Bunga.
"Ini udah sore gua pulang dulu ya,cepet sembuh." ucap Vera sambil berdiri.
Vera menghampiri Bunga.
"Bunga ayo pulang."
Bunga langsung memasukkan handphonennya ke dalam tas.
"Nichol lo anterrin mereka pulang."
"Maksud lo gua bonceng tiga gitu?."
"Otak lu kepinteran apa gimana sih,ya mereka naik taksi terus lu kawal." ucap Varel.
"Varel gua pulang dulu ya,cepet sembuh." ucap Bunga.
"Thanks."
Akhirnya mereka bertiga pun keluar dari kamar Varel.
"Varel suka sama lo." ucap Nichol.
"Sama siapa?." tanya Vera.
"Sama lu lah,masa sama Bunga,kalau sama Bunga mah dia udah gua gebukkin."
"Dih gak percaya lu kan tukang ngibul." ucap Vera.
"Terserah lah,udah ayo katanya mau pulang."
Namun ketika mereka turun dari tangga,mereka berpaspasan dengan Bagas ayah Varel.
"Peraturan di rumah ini bahwa Varel tidak boleh membawa teman nya masuk." ucap Bagas dengan sinis.
"Saya kesini mau jengguk Varel yang lagi sakit karena tidak diurusi oleh keluarganya." jawab Nichol tidak kalah sinis.
"Berani ya kamu." ucap Bagas sambil melayangkan tanganya ingin menampar Nichol.
"Tampar saya aja om,saya rela diri saya ditampar dari pada harus Varel yang merasakannya."
Namun perdebatan mereka terhenti karena Varel tiba-tiba datang.
"Papah jangan sekali-kali kasar ya sama temen Varel."
"Pantesan kamu temenan sama modelan yang begini,sifatnya jadi kebawa ke diri kamu,gak punya sopan santun."
"Papah jangan berani-beraninya ngerendahin temen Varel,Varel begini karena ulah papah sama keluarga ini sendiri." Varel pun menjawab tak kalah sinis.
Bagas langsung menaiki tangga dan menghampiri Varel,lalu dirinya hendak menampar anak itu.
Namun pergerakannya dihentikan karena Vera sudah berada di depan Varel sekarang.
"Om,Varel lagi sakit jangan tampar dia om." ucap Vera melindungi Varel.
Mendengar ucapan Vera,seakan kejadian yang ingin ia lupakan terulang kembali diotaknya,kejadian ini sama persis ketika Gea melindungi dirinya dari amarah Bagas.
Sontak saja itu membuat kepala Varel terasa sakit kembali dan ia langsung memengangi kepalanya.
Vera yang sadar akan Varel seperti kesakitan langsung memegangi Varel.
"Ayo Varel kita ke kamar lagi." ucap Vera sambil menuntun Varel untuk memasuki kamarnya.
Nichol dan Bunga sontak menaiki tangga kembali.
"Saya pastikan om akan menyesal."
*****
Jangan lupa vote n comment,terima kasih
Kesel gak sama Bagas?
Siapa yang sayang Varel,tekan bintang ya
08-05-2020

KAMU SEDANG MEMBACA
Betting Boy (END)
Roman pour AdolescentsKenalin Vera Clasrissa,gadis cantik dengan rambut sepinggang,kulit putih dan pipi yang sedikit berisi Seorang Vera dikenal sebagi murid yang pintar,jago dalam segala hal,semua orang menyukai,dan sebaliknya ia menyukai semua orang,eh tapi dia gak suk...