Seminggu kemudian...
Keadaan mulai membaik,Varel telah sadar 5 hari yang lalu,ia sempat koma selama 2 hari.
Tidak bisa dipungkiri betapa senangnya dia ketika mendapati ayah dan ibunya berada disampingnya ketika sadar.
"Makan dulu ayo." ucap Fika
Varel membuka mulutnya menerima suapan dari ibunya.
"Mah."
"Hm?."
"Ini nyata kan?."
Fika menatap Varel dengan lembut. "Iya sayang,mamah minta maaf."
"Udah mamah minta maaf terus deh." ucap Varel diakhiri dengan kekehan.
Kriett
Mereka berdua menoleh ke arah pintu,dan mendapati 2 orang yang baru saja masuk.
"Bang." lirih Varel.
Reka berlari kecil ke arah Varel,dan langsung memeluk adiknya itu.
"Maaf Rel."
Varel mengeratkan pelukannya,ini pertama kalinya ia merasakan pelukan,hangat.
"Terima kasih Varel,gua sayang banget sama lo,seharusnya gua yang ngelindungin lo."
Varel mengangukkan kepalanya di dalam pelukannya.
*
"Maaf ya aku datang telat." ucap Vera.
"Gak papa."
"Wajah kamu kenapa kaya suram gitu."
Vera yang mendengar ucapan Varel langsung memeluknya.
"Kenapa hm?." tanya Varel
"Aku pusing banget,di sekolah rapat terus udah gitu aku jadi nyamuk terus."
"Jadi nyamuk?."
"Iya Mila berduaan terus sama Azka,Bunga sama Nichol,akunya sendiri."
Varel mengelus lembut surai milik Vera. "Pengen cepat-cepat aku sekolah ya?." tanyanya jahil.
"Iya."
"Ah iya 3 hari lagi acara sekolah,kamu tau kan kalau nanti di acara itu ada pesta dansanya?."
"Iya aku tau,emang kenapa?."
"Hmm...gak jadi deh."
Varel tahu bahwa Vera khawatir kalau dirinya tidak datang,pasalnya nanti kalau dirinya tidak datang Vera berdansa dengan siapa?.
"Kamu tenang aja aku datang kok."
Vera menatap Varel dengan mata binar tapi sedetik kemudian berubah sendu. "Kamu masih sakit gak usah ikut gak papa kok,jangan maksain diri."
"Hey aku udah sehat kok,lagian mana bisa aku biarin kamu nanti dansa sama cowo lain selain aku."
"Benar kamu datang?."
Varel menganggukkan kepalanya.
"Yaudah kalau gitu mulai sekarang aku bakal ngerawat kamu supaya cepet sembuh,eh tapi emang kamu diizinin?."
"Tenang aja nanti aku izin dulu sama mamah papah,pasti mereka bakal ngizinin kok."
*****
Varel terperangah melihat keadaan rumahnya sekarang.
"Welcome Varel." ucap mereka serentak.
Varel dibuat terkejut karena semua keluarganya dan teman-temannya berada disini.
Nichol menghampiri temannya itu. "Udah sembuh kan lu?." ucapnya sambil menepuk bahu sedikit kasar bahu Varel.
"Sakit bego,lu mah kebiasaan."
"Kaya lu gak aja kalau gua sakit."
Semua yang melihat itu hanya tertawa.
Varel sungguh bahagia sekarang,ia sudah mendapati kebahagiannya,tuhan mengabulkan keinginannya.
Yang lain sedang menikmati makanan yang sudah dihidangkan,sedangkan Varel ia sedang duduk di halaman rumahnya sambil menikmati aroma udara yang menyejukkan.
"Hey."
Tepukan bahu itu membuat Varel menoleh.
"Eh abang."
"Kok gua rada geli ya pas lo manggil gua abang,udah kebiasaan denger lo manggil gua Reka doang sih." ucap Reka bergidik ngeri.
"Rese lo."
Reka hanya tertawa. "Gak ikut makan?,temenin tuh pacar lo kasian makan sendirian ngeliattin yang lain makan sama pacarnya."
"Biarin aja udah biasa di begitu haha."
"Kok bisa ya Vera mau sama lu?." ujar Reka
Varel menatap Reka sinis. "Ya mau lah gua kan ganteng."
Reka memutar bola mata malas. "Kepedeaan lo."
Tiba-tiba saja Varel menatap Reka sendu. "Masih sakit bang?.",
Reka tahu arah pembicaraan Varel kemana. "Sedikit,tapi gak sesakit kaya lo musuhin gua dulu."
"Gua musuhin lo karena gua iri."
Reka yang mendengar itu langsung menundukkan kepalanya. "Maaf."
"Bercanda kali,gak seru lo apa-apa dibawa serius."
Vera memperhatikan keduanya yang sedang berinteraksi,sungguh Vera begitu bahagia,Varel mendapati apa yang ia inginkan.
Reka pamit masuk kedalam untuk makan,lalu Vera menghampiri Varel yang masih setia menikmati aroma udara yang sejuk.
"Makan kuy."
"Masih kenyang."
Vera mengerakkan tangannya lalu mengenggam tangan Varel dengan lembut.
"Kamu bahagia?." tanya dengan senyum merkah.
"Tuhan memberikan aku rintangan dan cobaan seberat ini karena manusia memang hidup penuh rintangan kalau gak ada gak seru hidupnya."
"Gea pasti senang ngeliat kamu udah bahagia kaya gini."
"Iya pasti dia senang."
Varel menarik wajah Vera pelan agar mata mereka bertemu. "Aku jauh lebih bahagia karena kamu,kamu yang berhasil menempatkan ukiran nama kamu di hati aku,berhasil membuat aku tersenyum kembali."
Vera tersenyum dengan lembut,Varel gak bisa ditebak,kalau udah romantis bikin pipi Vera berubah menjadi warna merah.
Varel mengelus pipi Vera. "Merah nih pipinya."
Vera yang mendengar itu reflek menghempaskan tangan Varel.
"Kamu mah kebiasaan lagi romantis gini juga malah dirusak,kalau udah tau pipi aku blushing gak usah bilang-bilang." ucapnya dengan kesal.
*****
"Tuhan memberikan aku rintangan dan cobaan seberat ini karena manusia memang hidup penuh rintangan,kalau gak ada gak seru hidupnya." -Varel
*****
Hua gak kerasa udah nyampe ending,maaf ya kalau parti ini agak aneh,karena pas nulis aku juga ngerasa agak aneh,tapi mau gimana lagi ide sudah mentok.
Vote dan comment kalian sangat berharga👐
Masih sisa epilog,ditunggu yaw
Tbc
19-07-2020

KAMU SEDANG MEMBACA
Betting Boy (END)
Roman pour AdolescentsKenalin Vera Clasrissa,gadis cantik dengan rambut sepinggang,kulit putih dan pipi yang sedikit berisi Seorang Vera dikenal sebagi murid yang pintar,jago dalam segala hal,semua orang menyukai,dan sebaliknya ia menyukai semua orang,eh tapi dia gak suk...