"Kamu berhak bahagia."
*****
Varel mengangkat telfon dari bibi yang bekerja di rumahnya.
"Halo ada apa bi."
"Den Varel bibi cuman mau kasih tau kalo den Reka sekarang lagi di rumah sakit."
"Dia kenapa lagi bi."
"Den Reka benar-benar butuh donor ginjal den."
"Rumah sakit mana bi?."
"Rumah sakit xxxxx."
Varel mematikan telfon secara sepihak.
"Abang ada di rumah sakit yang sama ama gua ternyata." gumam Varel.
Varel hendak bangkit namun pergerakannya ditahan oleh Vera.
"Kamu mau kemana?."
"Reka dirawat."
"Emangnya bang Reka sakit apa?."
"Kamu mau nemenin aku nemuiin dia?."
Tentu saja Vera mengangguk.
"Pelan-pelan bangunnya."
Varel membalas dengan senyuman.
Mau tak mau Varel harus siap jika menyaksikan kedua orang tuanya sangat memberi kasih lebih pada Reka jika sedang sakit.
Varel menertawakan dirinya,tentu saja dirinya harus siap,bukannya ia sudah kebal dengan ini semua?
Mereka berdua sampai di depan pintu kamar rawat Reka.
Betul sekali perkiraan Varel tadi,matanya menatap pandangannya yang membuat hatinya teriris kembali,entah sekarang hatinya sudah berbentuk apa?masih berdiri kokoh kah?sudah terjatuh di antara serpihan-serpihan lainnya?atau sudah melebur seperti air dan tidak dapat dibentuk kembali
Vera merasakan getaran terluka yang berada di diri Varel.
Lalu Vera membawa Varel duduk dan membawanya ke pelukan yang hangat miliknya.
"Plisss jangan nangis masih ada aku disini."
"Hati aku udah hancur Ver,semua harapan akan dimana mamah sama papah akan menerima dan menyayangi aku,sudah terbawa oleh angin itu semua."
"Apa aku gak pantes bahagia?."
Vera setia mengelus lembut rambut Varel,dan menenangkan kekasihnya itu.
"Kamu pantes bahagia Varel,masih ada aku Nichol,Bunga,Mila dan teman-teman lainnya yang bakal terus ada disamping kamu."
Krukkk...
Ah kenapa perutnya berbunyi di waktu yang tidak tepat sih.
"Kamu lapar Ver?." tanya Varel.
Vera menganggukkan kepalanya lucu.
"Yaampun pacar aku ini kalau lapar kenapa gak bilang hm?."
"Ayo temenin aku ke kantin."
Vera membantu Varel bangun.
Mereka berdua berjalan bersama dengan tangan yang saling bertautan seperti tidak ingin kehilangan satu sama lainnya.
"Bagi dikit aja Ver." pinta Varel dengan mata binarnya.
"Mau tambah sakit?." tanya Vera yang tengah sibuk menyeruput milshake nya.
Setelah selesai Varel dan Vera kembali ke ruang rawat.

KAMU SEDANG MEMBACA
Betting Boy (END)
Fiksi RemajaKenalin Vera Clasrissa,gadis cantik dengan rambut sepinggang,kulit putih dan pipi yang sedikit berisi Seorang Vera dikenal sebagi murid yang pintar,jago dalam segala hal,semua orang menyukai,dan sebaliknya ia menyukai semua orang,eh tapi dia gak suk...