Chapter 22

74 2 0
                                    

Rasa kecewa mengajarkan kita bahwa kehidupan itu dinamis, mudah berubah dan berpindah.
Jadi, berharaplah sewajarnya, mencintailah sewajarnya, dan bahagialah sewajarnya.
Sebab esok masih dalam tanya, entah dikeadaan yang sama atau sebaliknya.
–ferlianaharman.

Muka bete si Aline karena selalu dibuat kesal oleh seorang pria yang bernama Putra

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Muka bete si Aline karena selalu dibuat kesal oleh seorang pria yang bernama Putra.

Setelah berhasil kabur dari orang itu, mereka berdua melanjutkan perjalanan. Mencari tempat yang lebih aman dan nyaman untuk bersantai.

"Thanks ya, lo udah bantuin gue dari orang itu." Ucap Aline.

"Makanya, jadi cewek tuh jangan judes-judes."

"Lo sendiri yang udah bikin gue kesel !"

"Sejak kapan ?"

"Sejak pertama kali kita ketemu !" Langsung memalingkan wajahnya.

Saat ini, mereka berdua sudah berada di daerah puncak. Pria itu membawa Aline menuju ke sana. Sebab tak ada pilihan lain, hanya di tempat itu tempat yang aman dan jauh dari jangkauan orang-orang tadi.

Tempat yang pas untuk beristirahat dan refreshing dari hiruk pikuk yang ada di kota. Nyaman, bersih, dan udara yang masih terasa segar, meski sudah tengah hari.

Beberapa orang di sekitaran taman juga tampak sedang bersantai ria bersama orang-orang yang mereka kasihi. Semacam family time.

Apalagi dari tempat itu mereka bisa melihat pemandangan kota dari atas, hingga lautan pun terlihat sangat jelas.

"Eh, eh.. Mau kemana lo ?" Panggil Aline, melihat pria itu sudah berjalan jauh di depannya. "Tungguin dong. Kok gue malah ditinggal, sih."

Dikarenakan panggilannya tak diperdulikan oleh pria itu, langsung saja Aline menghadangnya.

Tapi pria itu malah melewatinya begitu saja. Lalu duduk di sebuah kursi yang menghadap ke arah lautan lepas.

Ia terdiam sejenak memandanginya. Dari sorot matanya tampak seperti ada rasa kekhawatiran yang sedang dirasakannya.

Aline yang terengah-engah, menyusulnya dan langsung duduk di sampingnya.

"Hah, di sini enak juga ya ternyata. Bisa liat kota dan lautan lebih jelas. Apalagi kalo di malam hari. Pasti indah banget."

Tak ada respon dari pria itu.

Keduanya hening seketika. Mengamati pemandangan yang ada di depan mata mereka sata ini.

Sesaat, Aline memperhatikan tatapan pria itu. Ada yang berbeda dari sorot matanya.

"Seseorang pernah bilang.. Kita akan selalu dipaksa tuk menerima suatu keadaan tanpa dimintai persetujuan. Dan ternyata, semua itu emang bener ya. Mau gimanapun menghindarinya, yang namanya masalah akan selalu ada menghampiri kita."

RAINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang