🐞Bab Enam |Lemparan Batu|🐞

40 12 1
                                    

Wanita paruh baya itu terlihat sangat glamor, ia tersenyum ke arah semua klien di ruang rapat itu. Meja ruangan rapatnya berbentuk panjang yang berjumlah lima belas orang. Lalu wanita itu duduk di kursi depan, di samping kanannya adalah Haziq.

"Haziq," sapa wanita paruh baya itu yang hampir seusia Maminya.

"Bu Hanifa, apa kabar?" tanya Haziq sambil bersalaman.

"Baik," jawab Nyonya Hani sambil tersenyum. "Semuanya duduk dong, jangan terlalu formal banget, kita bawa enjoy aja," ujar Nyonya Hani pada semua klien yang masih dalam keadaan berdiri.

Yang tadinya keliatan tegang, semua klien pun tersenyum ke arah Nyonya Hani. "Ternyata Nyonya Hani sangat ramah," puji salah satu klien sambil berbisik pada kawannya.

Wanita itu bernama Hanifa Tsarawat, dia adalah salah satu desainer senior yang masih berkarya dan terkenal. Semua orang memanggilnya dengan sebutan Nyonya Hani, karena dia seorang Istri dari Tuan Rizwan Tsarawat, pemengang perusahaan berangensi modeling di tanah air.

"Tsarawat? ucap Anna saat mendengar nama marga Tsarawat.

"Kenapa? Kamu kenal?" tanya Siska yang duduk di sampingnya

"Nggak kok Kak," jawab Anna.

"Semua orang kagum sama keluarga Bu Hani, anaknya seorang model terkenal di London," jelas Siska.
Anna hanya mengangguk mendengar pujian dari Siska.

Kemudian, rapat di mulai dengan santai dan tenanng. Presentasinya di awali oleh karyawan perusahaan Haziq, yaitu Anna dan Sean. Anna dan Sean menjelaskan setiap rancangan gaun yang mereka buat. Anna menjelaskan konsep gaun pengantin itu dengan detail dan teliti. Haziq sangat kagum melihat keahlian Anna, begitu pula dengan Sean. Presentasi semua perusahaan mereka berlangsung selama lima jam. Setelah itu, Nyonya Hani memutus kerja samanya dengan perusahaan yang menurutnya pantas dan terbaik.

Pada akhirnya, keputusan gaun terbaik dan akan di pasarkan oleh Nyonya Hani, di menangkan oleh perusahaan Malandre. Haziq sangat bangga pada Anna dan Sean. Rapat pun di akhiri dengan keputusan yang adil.
***

"An!" teriak Sean dengan nada bicaranya yang kemayu.

"Iya E, ada apa?" sahut Anna dengan lembut dan terus berjalan menuju pintu keluar hotel.

"Tunggu aku!" teriak Sean sambil berlari.

"Kalau lari jangan gitu banget dong E," geram Anna.

"Aku udah kayak gini dari lahir An. Kamu asyik buli aku aja." memajukan bibirnya.

"Oke deh. Emangnya ada apa sih, sampai kamu buru-buru kayak gitu?" tanya Anna.

Kata Tuan, "Kita jangan pulang dulu."

"Kenapa? Ini udah malam loh," tanya Anna heran.

"Dia ajak kita makan bareng," jawab Sean.

"Aduh, lain kali saja E," tolak Anna terlihat malas.

"Udah kita pergi aja An, makan gratis. Itu Tuan sama Kak Siska," kata Sean.

"Yang kamu tau makan gratis mulu," canda Anna.

"Ayo Anna, Sean, kita makan dulu sebelum pulang," ajak Siska.

Haziq tersenyum ke arah Anna. Mereka langsung menuju ke Cafe berkelas yang dekat dengan hotel.

"An, semuanya orang kaya yang makan di sini," ujar Sean.

"Itulah. aku nggak nyaman banget makan di sini. Pasti harus hati-hati makan di tempat orang kaya, iya nggak sih?" tutur Anna yang terus berjalan mengikuti Haziq dan Siska.

Air Mata Cinta (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang