🐞Bab Sepuluh |Rich Family|🐞

27 9 0
                                    

Keluarga Malandre adalah keluarga yang sangat terpandang di negara itu. Malam ini Nenek Haziq mengunjungi mereka setelah bertahun lamanya tidak berjumpa. Nenek Nuraini Malandre namanya. Malandre mengadakan pertemuan keluarga di kafe elit tanpa tamu lainnya. Pertemuan keluarga ini untuk merayakan hari ulang tahun nenek Aini dan pembagian hak-hak warisan kepada Haziq Alqhifari Malandre dan Nurazizi Malandre.

Tak lama kemudian nenek Aini pun sampai di kafe bersama pengawalnya. Ia terlihat sudah tua, tapi masih sehat dan kuat berjalan. Ia berpakaian rapi dan bersih. Haziq dan Zizi langsung memeluk neneknya itu dengan erat. Mereka terlihat sangat bahagia dengan kedatangan nenek Aini. Haziq dan Zizi bermanja-manja dengan neneknya. Saling menyuapi makanan dan saling berbagi cerita.

Setelah menyelesaikan makan malam. "Kenapa cepat banget Nek?" tanya Haziq yang tidak mempermasalahkan warisan itu.

"Lebih cepat lebih bagus," jawab papi.

"Betul sekali. Kita tidak tau kapan kita akan meninggal ..."

"Nenek ngomong apa sih?!" potong Haziq.

"Dengar dulu nenek belum selesai bicara," pintanya. Sekiranya nenek tidak sanggup kembali kesini lagi, nenek sudah lega karena membagikannya bersama-sama kalian semua. Jadi, kalian jangan menolaknya, oke?" terangnyaa pada Haziq.  

"Betul tu nek. Apalagi Abang sudah ada calonnya sekarang," ujar Zizi.

"Eh, apa-apaan sih kamu." Haziq terkejut mendengar pengakuan Zizi.

"Hauh! Benaran Haz, kamu sudah punya pacar?" tanya mami.

"Benaran Haz? Kalau memang sudah ada, kamu bawa dia untuk jumpa dengan nenek, papi, mami dan Zizi.

"Zizi udah pernah ketemu nek," sahut Zizi.

"Zizi ... jangan sok tau deh." Melotot kearah Zizi bermaksud menyuruhnya diam.

"Belum nek. Jangan percaya sama omongan Zizi. Dia kan mulut petasan," canda Haziq.

"Abang!" teriak Zizi sambil memukul Haziq dengan lembut.

Mereka mulai bertengkar dengan manja. "Udah-udah, jangan jadi 'Tom and Jerry' disini," pinta mami.

Keesokan harinya. Keluarga Malandre kedatangan tamu yang tak diharapkan oleh Haziq, yaitu Tante Lena dan Puri. Tante Lena berjanji kepada Puri, bahwa ia akan diajak kerumah Haziq hari ini. Tante Lena dan Puri disambut baik oleh keluarga Malandre, karena mereka keluarga dekat keluarga Malandre dari ibunya mami maria. Tetapi mereka bukan keturunan Malandre.

"Pas banget ada nenek di sini," ujar Tante Lena duduk di samping nenek Aini.

Puri masih berdiri melihat Haziq yang belum terlihat.

"Emangnya kenapa dengan saya Lena?" tanya Nenek Aini.

"Itu ... Si Puri suka banget sama Haz. Dia pengen nikah sama Haz tahun ini." Tante Lena dan Si Puri tertawa sangat besar dan bikin semua orang terkejut.

"Apa!" teriak mami sambil berjalan menghampiri mereka. "Tahun ini?"

"Iya Mba, lebih cepat lebih bagus," jawab Tante Lena.

"Sejak kapan saya menyuruh anak saya menikah dengan dengan anak kamu?" tanya mami kesal.

"Mba, jangan marah dulu. Dulu, waktu mereka kecil, Mba pernah berjanji untuk menikahi mereka," ungkitnya.

"Itu ... karena si Puri menangis dan bertengkar dengan anak sebelah. Oke. Kalau begitu kalian coba tanya sama Haz. Kalau dia mau, kita nikahkan mereka. Kalau tidak ... ya jangan salahkan saya. Masih banyak cowok yang mau sama kamu pur, percaya deh sama tante," jelas mami.

"Puri mau sama Haz, Tan!" teriak Puri sambil menangis.

"Sebentar-sebentar," menahannya dengan kedua tangan. "Tahan dulu. Haz! Haz!" teriak mami memanggil Haz dari lantai bawah.

 "Iya mi!" jawabnya Ia turun dari kamarnya dengan cepat. 

"Kamu jangan nangis dulu ya? Kamu bisa tanyak ke Haz langsung." Menenangkan Puri.

"Waduh!!!" sergah Haziq sambil melangkahkan kakinya kebelakang untuk mencoba melarikan diri.

"Haziq?" sapa Puri dengan suaranya yang sangat berlebihan. Ia memegang tangan Haziq dengan kuat sampai Haziq tidak bisa melarikan diri. "Kamu mau kemana sih? Aku datang kesini mau ketemu kamu," manjanya.

"Oke. Tapi lepaskan tangan aku dulu ya? Setelah itu kita bisa ngobrol baik-baik." mencoba melepaskan tangannya dari genggaman Puri.

"Aku nggak mau, Haz pasti kabur." Semakin erat ia menggenggam Haziq. "Haz, aku mau nikah sama kamu. Boleh kan kita nikah sekarang?!" pintanya dengan memaksa Haziq menikahinya.

"Hauh! No no no!" tolak Haziq sangat terkejut.

"Haz, kamu jahat sekali sama aku." Puri menangis sampai mencampakkan rambut sanggulnya. 

"Haz! Mami kamu udah janji waktu kalian masih kecil, untuk menikahi kalian berdua," ungkap tante Lena kesal.

"Lena, dulu mereka masih kecil. Kamu jangan lupa len, dulu kamu menyuruh aku berkata seperti itu, karena Puri menangis. Apa kamu lupa?" tanya mami Maria.

Tante Lena terdiam. "Tapi ..."

"Ibu!" Puri menangis dengan keras sampai semua orang menutup telinga.

"Diam Puri!" teriak Haziq. "Puri. Kamu itu sudah aku anggap sebagai adik aku. Jadi nggak mungkin aku nikahin kamu, oke?! Jadi menikah lah dengan orang yang menyukai kamu dan bisa terima kamu sepenuhnya."

"Aku nggak mau!" teriaknya sambil menangis.

Tanpa berpikir panjang, Haziq memikirkan ide yang bagus agar bisa kabur. "Kamu tau dia." tunjuk Haziq kearah pintu. Dia-dia, sangat cocok dengan kamu." Haziq tersenyum dan melarikan diri kekamarnya.

Zaki yang mendengar perkataan Haziq yan membuatnya terkejut. "Aku," ucap Zaki melarikan diri mengikuti Haziq.

"Ibu!!! teriak Puri.

"Hhhf. Selamat-selamat," ucap Haziq menarik nafas lega. "Kenapa sekarang perangai Puri semakin ... semakin-semakin deh." menggelengkan kepalanya.

Zaki mendorong pintu kamar Haziq. "Haz! Lo jahat banget sih? Heuh-heuh!" pukul Zaki.

"Eh-eh, dia bilang dia suka sama lo."Haziq berbohong.

"Kapan dia suka sama gua? Dari lo bayi dia suka sama lo. Lo suruh gua gantikan lo, ogah!" teriak Zaki saling bertengkar layaknya sahabat yang hanya bercanda.

Tante Lena dan Puri pulang dengan kemarahan dan dendam, mereka berjanji tidak pergi ke rumah Malandre itu lagi.

"Kalau kamu nggak ngotot, Ibu nggak akan malu kayak gini," marah tante Lena.

Puri memajukan bibirnya dengan penuh kemarahan.
***

"Anna!" panggil Ibu Sri sedang memasak nasi goreng.

"Iya Ma, sebentar!" jawab Anna sedang menjemur pakaian di belakang rumah. Anna segera menghampiri "Ada Ma?" tanya Anna.

"Coba kamu rasain dulu." Menyuapi Anna. "Asin nggak?" tanya Ibu Sri.

Anna menggelengkan kepalanya. "Enak banget. Mama tau aja An lagi kepengen nasi goreng. Sayang mama." Mencium pipi ibu Sri.

"Ya udah, kamu ambilin piringnya?" pinta Ibu Sri.

Mereka sarapan bersama dengan penuh kebahagiaan. Saat ini ibu Sri sudah begitu sehat. Ibu Sri terlihat sangat bahagia bersama Anna. Tetapi, walaupun ibu Sri sudah sehat, Anna masih memikirkan siapa yang tega memukul ibu Sri. Di benak Anna, orang yang memukuli ibunya, bukanlah pencuri atau perampok, melainkan orang kenalan. Anna begitu yakin, karena keadaan rumahnya pada saat itu tidak ada barang yang hilang satupun. Dia masih takut menanyakan pada ibunya yang masih belum siap menceritakan semua.

♧♧♧
Sabtu, 30 Mei 2020

Penulis

Lia Mauliza

Air Mata Cinta (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang