🐞Bab Delapan Belas |Tetesan Darah|🐞

27 8 1
                                    

Ibu Sri menarik Anna keluar dari kafe dengan buru-buru. "Ada apa ma? Kita mau kemana?" tanya Anna heran yang mengikuti Ibu Sri dari belakang.

"An, tante mau kemana?" tanya Haziq.

Anna menatap Haziq sambil ditarik oleh Ibu Sri. Anna pergi tanpa pamitan pada Haziq dan keluarganya.

"Nggak sopan banget sih," ujar Angel.

Haziq ingin menyusulnya. Tapi Haziq dihalang oleh papinya (Tuan Malandre). "Kamu jangan pergi kemana-kemana. Jangan harap papa izinin kamu kejar perempuan nggak ada sopan santunnya itu!" ujar Tuan Malandre kasar.

"Pa!" kesal Haziq. Semua tamu tertuju kearah Haziq dan Tuan Malandre.

"Jangan malu-malu-in papa," bisiknya.

Haziq melihat kearah dan tamu dan kembali berdiri dengan tegap disisi Tuan Malandre.

Tuan Tsarawat mengambil ponselnya pada cleaner servis. "Terima kasih ya pak," ucap Tuan Tsa dan langsung pergi menyusul Ibu Sri. Tuan Tsa mencari Ibu Sri di sekeliling tamu dan ruangan, tapi ia tidak menemukan Ibu Sri. Lalu ia berlari keluar kafe. Langsung terlihat Ibu Sri dan Anna yang menaiki mobil dengan buru-buru. "Sri! Tunggu!" teriak Tuan Tsa.

Nyo. Hani melihat suaminya berlari dan berteriak diluar kafe, ia langsung menghampiri Tuan Tsa.  "Siapa yang diteriakinya?" gumam Nyo. Hani.

"Ma, biar Anna saja yang nyetir ma. Mama udah lama nggak nyetir," ujar Anna terlihat khawatir.

"Kamu duduk diam saja!" jawab Ibu Sri pergi menghindari Tuan Tsa.

Karena Tuan Tsarawat sangat ingin menjumpai Ibu Sri, Tua Tsarawat ingin mengejarnya. Ia langsung berlari kearah mobilnya dan pergi menyusul Ibu Sri dan Anna.

Nyonya Hani lari saat melihat Tuan Tsarawat pergi. "Pa!" teriak Nyo. Hani. Tetapi Tuan Tsarawat tidak mendengarnya.

Ibu Sri membawakan mobil dengan kecepatan tinggi. "Ma nggak usah buru-buru ma, bahaya!" ujar Anna sembari memegang hand grip (pegangan) di interior mobil.  "Sebenarnya ada apa sih ma, siapa yang panggil mam tadi?" tanya Anna dengan ketakutan.

Ibu Sri melihat spion untuk melihat arah belakang. Ibu Sri melihat mobil yang mengikuti mereka. "Bukan siapa-siapa!" jawab Ibu Sri ketakutan.

Mobil Ibu Sri melaju semakin cepat, begitu pula dengan Tuan Tsarawat. "Kenapa kamu melarikan diri Sri? Aku tidak bermaksud menjahati kamu," ujar Tuan Tsa.

Karena pikiran Ibu Sri semakin kacau dan ingin menghindari Tuan Tsarawat. Ibu Sri ingin memotong kearah jalan yang lain. Tiba-tiba entah dari mana, mobil tangki besar menuju kearah mereka dengan cepat. Ibu Sri dan Anna terkejut. "Mama!!!!" teriak Anna dengan sangat keras. THAAAMMM ... Ibu Sri dan Anna mengalami kecelakaan.

Tuan Tsarawat terkejut dan menekan rem dengan kuat sambil menunduk, supaya ia tidak ikut dalam kecelakaan maut itu. Nafasnya terdengar sangat kuat karena ketakutan. Ia menegak kepalanya. Tuan Tsarawat melihat mobil Ibu Sri dan Anna terbalik dan hancur. "Sri!!!!" teriak Tuan Starawat.

*** 

Mam Ji dan Sasha sudah berada didalam taksi menyusul Ibu Sri dan Anna. Mereka mengalami macet yang sangat parah. "Pak, kenapa malam ini macetnya sangat parah?" tanya Sasha.

Kata teman saya, "Didepan ada yang kecelakaan, dan itu parah sekali," ujar pak supir. Pak supir mengambil ponselnya. "Coba kalian lihat." Memperlihatkan gambar kecelakaan di ponselnya. "Sangat parah, kan? Sepertinya mereka sudah tidak bernyawa lagi," ujar pak supir lagi.

Sasha dan Mam Ji memerhatikan mobil yang kecelakaan itu. Terlihat jelas nomor plat mobil 2244 B. Sasha dan Mam Ji saling menatap, mereka langsung mengembalikan ponsel pak supir. "Kami turun disini saja pak," pungkas Sasha sembari memberikan uang. Sasha dan Mam Ji berlari menyusul Ibu Sri dan Anna yang jaraknya masih jauh.

Air Mata Cinta (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang