🐞Bab Dua Puluh Tujuh |Menyusun Rencana|🐞

24 7 1
                                    

Akhirnya, Nyonya Hani keluar dari persembunyian dengan penampilan yang berbeda dari sebelumnya. Ia terlihat begitu bersemangat dan tidak takut dengan pihak polisi yang akan menangkapnya.

"Iya. Sekarang saya menuju ke sana. Tolong bersabar. Dia itu anak saya, bukan anak anda. Jadi, nggak usah terlalu berlebihan," kata Nyonya Hani sedikit kasar. Nyonya Hani langsung mematikan ponselnya.

"Kasar banget sih ibunya." Wanita yang menolong Angel terlihat begitu heran dengan sikap kasarnya.

"Sabar Ma, mungkin dia lagi khawatir sama anaknya. Jadi dia sedikit emosi," sahut suaminya memberi penjelasan.

"Ini bukan khawatir namanya, Pa. Dia nggak sayang sama anaknya. Sudah tiga hari kita berusaha telfon, tapi dia malah nggak peduli dan tidak menerima panggilan dari kita," jelas wanita paruh baya itu.

"Udah. Kita tunggu saja dulu." Suaminya terus berpikir hal yang positif.

Wanita dan pria yang menolong Angel terlihat seperti orang berada. Pasangan suami istri yang mengenakan setelan jas dinas.
***

Nyonya Hani sedang menuju ke rumah sakit tempat Angel di rawat. Karena ia telah mengetahui bahwa Angel di rawat di rumah sakit. Saat tiba di rumah sakit, ia begitu percaya diri dan terlihat sombong dengan penampilannya yang baru tanpa orang sadar bahwa dia seorang buronan. Sekarang ia sudah berada di depan pintu. Ia membuka pintu ruangan Angel. Di dalam ruangan itu, ia melihat pasutri itu sedang menemani Angel dan istrinya menyuapinya sarapan berupa bubur.

Angel melihat ke arah Nyonya Hani. "Mama!" teriaknya hendak melepaskan infus.

"Eh, jangan lepaskan infusnya," kata wanita itu menahannya.

Nyonya Hani mendekat sambil melepas kacamatanya.

"Mama, Angel kangen sama Mama," ucap Angel sambil memeluk ibunya.

Nyonya Hani membalas pelukan Angel. Saat suami dari wanita itu melihat Nyonya Hani, ia malah terkejut. 

"Kamu?" sapa suami wanita itu.

"Haslan?" balas Nyonya Hani melepaskan pelukan Angel.

"Kalian saling kenal?" tanya istri pria itu yang bernama Ibu Tami.

"Eeumm. Di-a kawan lama saya," jawab Pak Haslan agak gugup.

Nyonya Hani terdiam sejenak sambil menatap Bapak Haslan. Lalu, tiba-tiba ponsel Nyonya Hani menerima pesan singkat. Ia terkejut dan memasukkan kembali ponselnya ke dalam tas.

"Angel, Mama harus pergi," ujar Nyonya Hani.

"Mama mau kemana lagi?" tanya Angel sambil meneteskan air mata.

"Mama ada urusan sebentar. Mama udah lihat kamu kan, jadi kamu harus cepat sembuh. Haslan, tolong jaga dia. Karena dia tangung jawab kamu juga," ujar Nyonya Hani seperti mendesak Pak Haslan.

"Hauh, maksud anda apa?" tanya Ibu Tami merasa aneh. Ibu Tami menatap Pak Haslan dengan sinis. Pak haslan terlihat sangat gugup.

"Angel nggak mau Ma!" keluh Angel agar Mamanya tidak pergi. Nyonya Hani melepaskan tangan Angel dan tetap pergi meninggalkan Angel. "Mama!" teriak Angel. Angel terlihat begitu lemas dan terlihat sangat pucat, ia ingin mengejar Nyonya Hani, tapi Pak Haslan menghalangnya dan menyuruhnya tetap di rumah sakit.

***

Setelah di pukul oleh Sean, Anna di bawa ke sebuah gudang yang penuh dengan debu dan di ikat di sebuah kursi. Mata Anna di tutup dengan kain hitam. Bahkan, sekarang Anna belum sadarkan diri.

Sean tersenyum dan terlihat berbeda dari biasanya. Lalu, ia mengambil ponsel dari kantong celananya. Ia memanggil seseorang yang tertulis di ponselnya atas nama Tante Hani. Sangat jelas, Sean bekerja sama dengan Nyonya Hani. 

Air Mata Cinta (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang