🐞Bab Dua Puluh Enam |Nekat|🐞

31 6 1
                                    

Malam yang begitu dingin, terlebih lagi dengan suasana apartement Angel terlihat begitu sepi dan berantakan. Angel begitu putus asa dengan semua kehidupan yang dia jalani. Ia mengambil ponselnya dan memanggil ibunya, Nyonya Hani kesekian kalinya. Sekarang, ponsel Nyonya Hani tidak aktif.

"Aaaa!! Kenapa semua orang pergi dalam hidupku!? Apa salahku!?" teriak Angel mempertanyaan keadaannya sendiri.

Ia menghapuskan air matanya sembari bangun dari duduknya. Ia menuju tempat hiasanya dan menghancurkan semua pelaratan makeupnya dan mengacak-ngacak apartementnya lagi. Setelah menghancurkan semuanya Angel keluar dari apartement dengan pakaian tidurnya yang acak-acakan.

Tetangga didekat apartementnya khawatir melihat kondisi Angel yang sepertinya sangat putus asa. Angel berlari menuruni lift dengan buru-buru.

"Pa, gimana kalau kita lihat anak itu. Coba papa lihat, kasian sekali dia," ujar salah seorang wanita paruh baya kepada suaminya.

"Iya ma, ayo. Kasian sekali dia. Sudah lebih seminggu dia berteriak di dalam apartementnya seperti orang gila," tambah pria paruh baya itu. Setelah saling setuju membantu Angel, mereka langsung mengikuti Angel yang sedang buru-buru turun kebawah gedung apartement.

Setelah turun lift, Angel berlari kearah jalan sambil berteriak. "Mama! Mama!" teriak Angel berlari ke arah.

"Nak!" teriak wanita tadi. Angel tidak mendengarnya, bahkan ia seperti tidak sadarkan diri.

Angel menjadi perhatian semua orang karena terlihat seperti orang gila. Tak ada seorang pun yang berani mendekati Angel.Tetapi wanita paruh baya tadi bersama suaminya, menolong Angel yang hampir tertabrak mobil yang berlaju kencang ke arah Angel. Angel terjatuh ke jalan, ia terus meneteskan air mata dan tatapannya tetap saja masih kosong.

Wanita tadi menatap suaminya, karena ia tau bahwa Angel seperti tidak sadarkan diri dan terlihat sangat putus asa. "Sepertinya kita harus bawa dia ke rumah sakit," ujar suaminya.

"Iya."

***

Anna terlihat gelisah dan sedang termenung di balkon kamar, sembari memandangi halaman rumah Haziq, dengan angin malam yang begitu sejuk dan dingin. Anna masih mengkhawatirkan Nyonya Hani yang masih menyimpan dendam kepadanya dan juga kepada keluarga Haziq. Beberapa saat kemudian, Haziq menghampiri Anna. Karena ia sedang termenung Anna tidak sadar Haziq sudah berada didekatnya.

"Sayang," sapa Haziq.

Sontak Anna sedikit terkejut. "Eh! Kapan kamu udah pulang?" tanya Anna sambil membalikkan badannya ke arah Haziq.

"Baru saja. Aku nanya sama Mami dibawah, katanya kamu masih di kamar. Kamu belum makan? Kenapa? Kamu masih gelisah lagi?" tanya Haziq lembut.

"Nggak kok. Aku nunggu kamu, kita makan bareng," jawab Anna berusaha menyembunyikan perasaannya.

"Benaran?"

"Iya.

"Kan aku bilang, jangan tunggu aku kalau makan malam. Aku pulangnya agak telat," kata Haziq.

"Nggak papa sayang. Aku senang, kalau kita makan bersama," jawab Anna sambil tersenyum.

Anna dan Haziq saling menatap dan tersenyum bahagia. Haziq begitu lega, karena sudah menjadi istrinya dan ia bisa sepenuhnya menjaga Anna, seperti yang diinginkan Ibu Sri.

***

"Nyonya? Sepertinya ini panggilan dari anak Nyonya?" ujar salah satu bawahan Nyonya Hani yang memperlihatkan panggilan begitu banyak.

"Matikan saja dulu. Jangan ada yang bilang sama Angel, kalau saya sedang bersembunyi disini. Setelah aku menyelesaikan misi ini, baru aku akan menemui Angel dan membawa Haziq ke pelukannya," kata Nyonya Hani sangat egois.

Air Mata Cinta (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang