🐞Bab Empat Belas |Ungkapan|🐞

22 8 1
                                    

Haziq memasak spagetti didapur Zaki. 

"Gua nggak habis pikir sama pemikiran cewek sekarang ini. Bukan berarti kalau kita ajak ke hotel, kita akan lecehkan mereka." Zaki masih terlihat kesal dengan Sasha yang memuatnya terihat sangat marah.

"Ki. Jangan keterlaluan banget boleh nggak?" tegur Haziq menghampirinya dengan membawakan dua piring spagetti yang sudah siap untuk disantap.

"Bukan gua bermaksud nggak sopan sama itu cewek ... cuma dia aja yang tuduh orang sembarangan, ambil barang orang sembarangan. Lo tau nggak apa yang dia ngomong tadi, pas dia tarik sayur sawi itu? Katanya, 'Kalau nggak dapat, ya harus direbut!' Zaki mempratikkan suara Sasha saat berbicara. "Kan, kurang ajar banget kan?" membenarkan pada Zaki.

Haziq tertawa mendengar ejekan Zaki sambil makan spagetti. "Ya udah, lo makan dulu spagettinya," suruh Haziq.

"Kayak preman pasar dia," ejek Zaki Lagi.

*** 

"An, lo dengar ya, jangan sampai lo berurusan dengan mereka. Tengil banget tu orang," ejek Sasha.

"Siapa yang tengil, Haziq atau Zaki?" tanya Anna sambil tersenyum.

"Dua-duanya lah," Jawab Sasha.

"Lo yakin?" tanya Anna sekali lagi sambil tertawa.

"Kok lo ketawa sih An?" tanya Sasha yang merasa kalau Anna mengejeknya.

*** 

Malam pun tiba. Sebelum tidur, Anna merapikan tempat tidurnya yang sedikit berantakan. Malam ini Anna memakai baju tidur berwarna merah maron, Anna terlihat sangat mempesona dengan rambutnya yang terurai. Ia menyapu tempat tidur dengan tangannya. Setelah selesai, Anna mencucikan kaki dan tangannya kekamar mandi. 

"Aku harus cuci kaki dan tangan aku dulu, biar aku nggak mimpi buruk lagi," ucapnya terus berjalan kearah kamar mandi.

Haziq duduk disofa kamarnya sambil memegang ponsel. "Tekan nggak ya?" tanya Haziq pada diri sendiri dengan jempolnya hendak memanggil Anna. "Tekan aja deh." Ia menekannya dan melepaskan nafas dengan berat.

Ponsel Anna berdering. Suara ponselnya terdengar kekamar mandi. Anna segera menyelesaikannya dan keluar dari kamar mandi. Ia mengambil ponselnya dan melihat siapa yang menelpon. "Tuan Haziq?" Anna terlihat terkejut. "Hhhf, kok aku jadi deg-degan gini ya? Ah, mungkin dia cuma ngomongin kerjaan," tebak Anna.

"Kok dia belum angkat ya." Haziq melihar layar panggilanny untuk memastikan. Tiba-tiba durasinya berjalan.

"Halo," sapa Anna.

"Oh, dia angkat," bisik Haziq yang langsung meletakkan kembali ponselny di telinga. "Iya, halo," jawab Haziq memastikan Anna.

"Siap Tuan! Apa ada keperluan yang penting, Tuan?" tanya Anna.

Menghelakan nafas. "Dia masih panggil aku Tuan," guman Haziq.

"Apa Tuan?" tanya Anna lagi yang kurang jelas dengan ucapan Haziq.

"Nggak ada apa-apa kok. Oh ya, aku mau minta maaf sama kamu, karena kemarin malam aku ajak kamu meeting di rumah. Aku benar-benar nggak tau, kalau mama kamu marah ... dan nggak ngeizinin kamu keluar malam-malam," jelas Haziq.

"No problem Tuan. Saya mengerti sekali dengan pekerjaan saya yang harus mengikuti semua ucapan atasan. Saya akan bertanggung jawab dengan keputusan saya sendiri. Jadi, Tuan nggak usah minta maaf sama saya, karena itu memang hak Tuan," terang Anna yang duduk didepan meja kerjanya.

Haziq tersenyum. "Kamu mau nggak jadi istri aku?" tanya Haziq tiba-tiba yang mengejutkan Anna.

"Hauh?!" Anna sangat terkejut. "Tuan bilang apa?" tanya Anna lagi yang masih ragu dengan pengakuan Haziq.

Air Mata Cinta (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang