🐞Bab Sebelas |Desainer Grafis|🐞

33 9 4
                                    

Setelah menjadi desainer grafis utama di ruang A1 khusus gaun pengantin, membuat Anna deg-degan dengan kepercayaan yang diberikan oleh Haziq. Hari-Hari yang dilalui Anna setelah menjadi manager di ruangan A1 itu, ia selalu disibukkan dengan pertemuan klien setiap hari bersama Haziq.

Setelah memenukan klien yang begitu sesuai untuk dijadikan kolaborasi membuat Anna begitu semangat. Anna dipilih oleh desainer handal bernama Hani Starawat sebagai desainer terbaik tahun ini, karena gaun pengantinnya adalah gaun terbagus diperusahaan Malandre.

Disebabkan Anna menjadi pemenangnya, perusahaan Malandre dan Starawat melakukan kerjasama untuk kedepannya. Haziq begitu bangga kepada Anna. ia tersenyum dengan lebar.

"Kamu sudah siap?" tanya Haziq.

"Insyaallah, siap Tuan!" jawab Anna lantang. Mereka duduk berhadapan didalam kantor Haziq.

"Good. Kalau begitu kita pergi sekarang," ujar Haziq.

"Kemana? Berdua?" tanya Anna.

"Ya. Emang kamu mau ngajak semua orang di kantor?" tanya Haziq balik.

"Ya mana saya tau. Emang kita mau kemana sih?" tanya Anna lagi.

Haziq berdiri dari kursinya. "Kita mau ke K ... u ... A!" candanya lagi sembari keluar dari ruangannya.

Anna terkejut. "Tuan. Saya serius ni." Mengikuti Haziq dari belakang.

"Saya sangat serius. Ayo cepat!" pinta Haziq.

***

Zizi memasuki rumah dengan pakaian seragam sekolah yang sangat berantakan. 

"Zizi! Kamu bolos sekolah lagi? Kali ini siapa yang kamu pukul?" tanya mami maria geram.

Zizi malah diam dengan wajah yang cemberut. Ia memasuki kamarnya dengan kaki yang kotor. 

"Zizi! Kenapa kamu diam aja? Apa besok mami harus ke sekolah lagi dan membayar biaya rumah sakit?" tanya mami maria yang mengikutinya kekamar.

"Zizi mau mandi." Zizi menyuruh mami maria keluar sambil menutup pintu kamarnya.

"Eh-eh." Mami menahan pintunya. "Itu anak kenapa ya? Nggak biasa-biasa dia cemberut gitu?" Menebak ekspresi wajahnya.

*** 

Dalam satu mobil mereka menuju kesuatu tempat yang belum disampaikan oleh Haziq.

"Tuan?"

"Iya." jawab Haziq.

"Saya sangat-sangat berterima kasih pada Tuan."

"Berterima kasih buat apa?" tanya Haziq sambil memandu mobil.

"Tuan yang bayar biaya rumah sakit mama saya kan? Saya janji. Setelah saya gajian nanti, saya bayar kembali uang Tuan." Sambil melihat kearah Haziq. 

"Nggak usah. Saya ikhlas kok."

"Saya bayar tuan, benaran!" sambung Anna lagi merasa tidak nyaman, karena sudah lima yang lalu Anna tidak menanyakannya. Anna berfikir Haziq marah. "Saya nggak bohong. Kalau tuan potong gaji saya juga nggak papa." Anna semakin panik.

Haziq tidak tersenyum setelah melihat Anna begitu panik. Ia malah menjahili Anna. "Gimana kalau kamu berhenti kerja saja? Karena biaya rumah sakit nggak cukup dengan gaji kamu." Haziq tersenyum ringan.

Anna terkejut. "Kok berhenti kerja sih Tuan. Eu ... kalau gitu saya bayarnya nyicil aja, boleh tidak?" tanya Anna lagi kebingungan.

Haziq tertawa. "Anna."

"Iya Tuan. Kok Tuan tertawa sih?" 

"Kamu nggak usah bayar biaya rumah sakit mama kamu ke saya. Saya benaran ikhlas bayar semua biaya rumah sakit mama kamu. Jadi nggak usah bayar lagi, oke?"

"Benaran Tuan?" 

"Iya." Haziq memirkiran sesuatu. "Tapi ..."

"Tapi apa Tuan?"

"Kamu besok ada waktu luan nggak" tanya Haziq agak canggung.

"Kenapa Tuan?" tanya Anna biasa saja.

Haziq menatap Anna dengan serius.

*** 

Keesokan harinya. Anna memasukkan contoh-contoh kedalamnya dengan rapi. 

Ibu Sri menghampirinya. "Kamu mau kemana An? Cantik sekali. " tanya Ibu Sri sambil memujinya.

"Anna mau meeting di rumah Tuan Haziq ma," jawab Anna polos dan jujur.

"Di rumah? An, meeting itu di kantor, bukan di rumah!" tegur Ibu Sri.

Anna tergagap-gagap setelah menyadari jawabannya pada Ibu Sri. "Ma ...  Anna bukan sendiri datang kesana. Ada kak siska lagi, asistennya Tuan Haziq. Boleh ya ma?" pintanya.

Menghelakan nafas. "Terserah kamu lah." Ibu Sri pergi dari kamar Anna. Ia terlihat kesal.

*** 

Sore itu, seluruh keluarga Haziq sedang berkumpul diruangan keluarga. Mereka sedang mengintrogasikan Zizi yang masih bolos sekolah dan selalu berkelahi dengan teman sekelasnya.

Zizi berdiri di depan semua anggota keluarga, Papi Irsyad, Mami Maria, Haziq dan Nenek Aini. Saat sedang menasehati Zizi, tiba-tiba bel pintu berbunyi.

"Teut-teut" tekan Anna.

"Siapa lagi sore-sore datang kesini?" tanya Mami Maria.

"Mungkin, itu paket Zizi mi," tebaknya.
Zizi ingin berlari membuka pintu.

"Tunggu!" teriak Mami Maria. Ia menarik tangan Zizi. "Biar mami yang buka." Mami Maria segera membuka pintu.

Haziq lupa bahwa ia mengundang Anna makan malam. Tapi dia berpura-pura membagi alasan pada Anna, bahwa iya menyuruh Anna membawa contoh desain yang ia gambar yang akan di jual pada Bu Hani Starawat.

Mami Maria membuka pintu. "Pengirim barang ya?" tanya Mami Maria.

"Bukan Bu, saya karyawan Tuan Haziq. Saya kesini disuruh datang oleh Tuan," jawabnya sambil tersenyum.

"Oh, gitu." Mami Maria tersenyum. "Silahkan masuk," pinta Mami Maria.

"Makasih," ucap  Anna.

Mami Maria terus berjalan menuju ruang keluarga dengan diikuti oleh Anna. "Haz, ada bidadari datang," puji Mami Maria dengan mengejek Haziq, yang sebelum ini tidak pernah membawa gadis kerumah.

"Kak Anna!" sapa Zizi.

"Hy zi," sapa Anna balik sambil tersenyum.

Anna terlihat sangat cantik. Haziq hanya terdiam melihat Anna yang begitu mempesona. Anna juga hanya tersenyum tipis dengan Haziq. Anna berkenalan dengan anggota keluarga Haziq.

"Kok Zizi kenal?" tanya Maria.

"Zizi pernah ketemu sama kak Anna di warung Mas Beno. Kak Anna ini, calon istrinya Abang Haz," jawab Zizi asal-asal dan berlari kekamarnya.

"Eh, bukan." sontak Anna terkejut sambil menatap Haziq.

Seluruh Anggota keluarga menatap kearah Anna dan Haziq dengan serius.

***

Detap Detap Detap Detap. Tiba-tiba hujan turun sangat lebat.

Ibu Sri menyantap makan malam sendiri. "Hujan," ucapnya menaruh kembali sendok makannya, teringat Anna yang masih dirumah Haziq dan membuat Ibu Sri khawatir.

Ibu Sri mengambil ponselnya, untuk menghubungi Anna.

***

Anna semakin khawatir dengan Ibu Sri yang sendirian dirumah. Ia duduk bersama Nenek Aini dan saling berbagi cerita.

"Kamu kenapa gelisah sekali?" tanya Nenek Aini.

"Anna khawatir sama mama. Dia sendirian di rumah ..."

"Ya udah, ayo kita pulang sekarang," potong Haziq seraya menuruni tangga menuju Anna dan Nenek Aini.

♧♧♧
Rabu, 3 Juni 2020

Penulis

Lia Mauliza

Air Mata Cinta (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang