🐞Bab Dua Puluh Empat |Pertemuan Takdir🐞|

25 6 1
                                    

Haziq memberhentikan mobilnya didepan rumah yang pernah Anna dan Ibu Sri tinggal dulu.

"Ayo turun," suruh Haziq sembari membuka sabuk pengaman.

"Kamu ngapain bawa aku kesini?" tanya Anna bingung.

Haziq turun dari mobil dan menghampiri Anna. Ia membuka pintu mobil untuk Anna. "Ayo turun," suruh Haziq lagi dengan tatapan dingin.

"Ngapain?" tanya Anna lagi.

"Kamu nggak mau turun? Mau aku yang gendong?" tawar Haziq menggerakkan tangannya untuk menggedong Anna.

"Nggak usah!" tolak Anna kesal yang segera membuka sabuk pengamannya dan turun dari mobil.

Lalu, Haziq berjalan kearah pagar rumah Anna dan membukanya.

"Ayo masuk?" ajak Haziq.

Annamasih berdiri didekat mobil Haziq.
"Aku nggak mau masuk," tolak Anna. Anna terlihat tidak mau mengunjungi rumahnya yang dulu.

"Ayo masuk!" paksa Haziq menarik tangan Anna agak kasar, tapi tetap perlahan-lahan.

"Haz, lepasin tangan aku. Aku nggak mau kerumah ini." Anna berusaha melepaskan tangannya dari genggaman Haziq. Tapi, Haziq menggenggamnya dengan erat.

Haziq tetap diam tanpa merespon ucapan Anna. Ia membawa Anna ke teras lantai dua.

"Haz ..." keluh Anna.

Haziq tetap tidak memdengarkan Anna. Tatapannya masih terlihat dingin terhadap Anna. Lalu Haziq melepaskan tangan Anna tepat di depan kamar Anna.

"Disini ... disini aku nunggu kamu berhari-hari, berminggu-minggu ... bahkan berbulan-bulan. Berharap kamu kembali tapi, semua harapanku tak pernah terkabul," ungkap Haziq terlihat sangat kecewa pada Anna.

Anna hanya terdiam. "Haz ... semua itu udah jadi masa lalu," sahut Anna terlihat gelisah.

"No! Aku nggak pernah jadikan kejadian itu sebagai kenangan masa lalu. Aku butuh penjelasan, bukan kenangan." Haziq menatap Anna tajam.

***

"Kenapa semua ini terjadi padaku? Kenapa mama sejahat itu? Kenapa aku jadi anak dari seorang pembunuh ... bahkan aku tak tau siapa ayah kandungku!?" keluh Angel. Ia terlihat sangat terpukul dengan apa yang terjadi pada keluarganya.

Angel menangis merintis dengan rambutnya yang sudah acak-acakan. Ia duduk di sofa apartementnya sembari memeluk kedua kakinya.

***
"Sekarang saat kamu sudah muncul didepanku dengan kondisi kamu ..." ucap Haziq terpotong sembari melihat kearah kaki Anna yang sembuh dari lumpuhnya. "Aku malah kesal dan marah. Kamu tau kenapa? Aku marah, karena aku nggak ada disisi kamu saat kamu berjuangan untuk bisa berjalan lagi. Apa salahku An, apa!? teriak Haziq.

"Haz." Anna mendekati Haziq yang merasa bersalah.

Haziq malah menjauh dengan tatapan sedih. "Aku belum pernah merasakan hati sesakit ini An," keluh Haziq.

Anna menangis mendengar ungkapan Haziq. Tiba-tiba dada Anna menjadi sesak dan ia mengingat tentang kejadian buruk lima tahun yang lalu. "Haz, aku ... aku ...." Suara Anna terbata-bata.

Anna mengingat seorang perempuan menyedongkan pistol tepat dikepalanya. Lalu tiba-tiba terdengar suara tembakan yang sangat keras.

"Aaaa! Bukan aku yang tinggalkan kamu Haz!" teriak Anna. Kondisi Anna terlihat lemas.

Haziq terkejut memdengar teriak Anna.

"An." Haziq terlihat khawatir.

"Bukan aku Haz." Anna jatuh pingsan.

Air Mata Cinta (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang