🐞Bab Tujuh |Pria Bertopeng|🐞

44 10 1
                                    

"Blam!!!" pukulan di pundak Ibu Sri.

Ibu Sri tergeletak ke lantai saat ia dipukuli oleh seorang pria bertubuh besar panjang, ia memakai jaket berwarna hitam, dan memakai penutup
wajah berwarna hitam juga. Lalu ia berjalan pelan dan tenang menuju ruang tamu. membuka semua laci lemari, sepertinya ia ingin mencuri. Ia berjalan ke arah kamar Ibu Sri dengan cepat dan tergesa-gesa. Ia membuka laci, lemari, dan membuat pakaian Ibu Sri berhamburan.

Anna dan Haziq pun tiba di rumah Anna. "Terima kasih banyak Tuan?" ucapnya.

"Sama-sama," ucap Haziq. Ia melihat ke arah rumah Anna. "Tapi kok, rumah kamu lampunya mati semua," tunjuk Haziq.

Anna turun dari mobil dengan buru-buru.

"Eh, ada apa An?" tanya Haziq terkejut melihat Anna berlari.

Haziq langsung menyusul Anna dari belakang. Di depan rumah Anna sudah ada bebarapa tetangga yang mengetuk pintu rumah Anna. "Bu Sri!" teriak tetangganya.

"Anna! Anna!" panggil salah satu tetangganya.

"Ibu-ibu, kenapa dengan Mama saya? Kenapa lampunya mati semua?" tanyanya dengan perasaan khawatir.

"Tadi di rumah kamu ada suara kaca pecah. Seperti ada orang yang lempar batu di jendela. Kami langsung lari kemari melihat keadaan kamu sama Sri, ternyata kamu malah nggak ada. Kami panggil mama kamu, dia juga nggak jawab!" terang seorang wanita paruh baya.

Anna sangat khawatir dengan keadaan Ibu Sri, ia mengambil kunci rumah di tasnya dengan tangan bergetar, karena ketakutan akan terjadi sesuatu pada Ibu Sri. Haziq sudah di antara ibu-ibu yang berdiri di depan pintu rumah Anna.

"Ada apa ini?" tanya Haziq pada ibu-ibu itu.

"Kami juga tidak tau, sepertinya ada pencuri di rumahnya," jawab ibu-ibu itu.

Haziq melihat tangan Anna bergetar dan lemas saat membuka pintu, sampai ia tidak berhasil membuka pintunya. Haziq langsung mengambil kunci dari tangan Anna dan membantu membukanya. Anna melihat ke arah Haziq yang khawatir terhadap ibunya.

Rumahnya sangat gelap dan sunyi. "Mama! Mama!" panggil Anna.

Ibu Sri tidak menjawab. Anna menekan sakral lampu. "Kenapa lampunya nggak hidup?" ujar Anna menekan berkali-kali.

Haziq mencoba menghidupkannya. "Lampunya putus," jelas Emran sambil mengeluarkan ponsel dikantongnya dan menghidupkan lampu senter. "Ayo kita lihat Mama kamu dulu." Haziq dan Anna mencoba mencari Ibu Sri.

Mereka berdua berjalan pelan-pelan menuju ruangan tengah, tapi ibu Sri tidak ada. Saat mereka memasuki kamar ibu Sri, Anna sangat terkejut saat melihat kamar ibunya berantakan. Isi dari lemari semuanya terhambur. 

Anna dan Haziq saling menatap. "Mama!" teriak Anna. Ia menangis ketakutan. "Mama! Mama!" teriak Anna sambil berlari keluar kamar. 

"Tante?" panggil Haziq juga sambil berlari mengikuti Anna.

"Kemana Mama pergi?" tanya Anna pada diri sendiri dalam keadaan menangis.

Anna dan Haziq berjalan berdampingan menuju dapur dengan hati-hati, tapi ibunya juga tidak ada.

"Kamu tenang ya, kita cari ditempat lain." Menenangkan Anna. "Apa ada ruangan lain selain ini?" tanya Haziq.

"Ada, ruangan atas," jawabnya sambil menghapus air matanya. 

Mereka menuju ke ruangan atas. Saat menuju kesana, tiba-tiba langkah Anna menginjak sesuatu.

 "Kenapa kamu berhenti?" tanya Haziq sambil menatap Anna.

"Coba Tuan senterkan ke bawah kaki saya, apa yang saya injak!?" suruh Anna dengan ketakutan.

Haziq langsung mengarahkan ponselnya ke bawah kaki Anna. Ia sangat terkejut dan memindahkan kakinya dengan cepat.

"Mama!" teriaknya.

Anna menemukan Ibu Sri yang sudah tergeletak di lantai. Ia mencoba membangunkannya, tapi dia belum juga sadarkan diri. Akhirnya Anna dan Haziq membawa Ibu Sri ke rumah sakit. Anna tak henti-henti menangis melihat ibunya yang jatuh pingsan.

Satu jam kemudian.
"Ehm." Haziq memberikan minuman kepada Anna.

Anna mengambil minumannya sambil melihat ke arah Haziq. Mereka berdua menunggu Ibu Sri sadar.

"Kamu jangan khawatir, Insyaallah Mama kamu akan baik-baik saja," ucap Haziq.

Anna melihat ke arah Haziq dengan wajah yang sedih, tetapi Anna masih saja telihat cantik. Haziq pun tersenyum melihat Anna menangis.

"Kok Tuan senyum sih?" tanya Anna agak kesal.

"Nggak papa kok," jawab Haziq mencoba menahan senyumannya.

"Nggak papa? Tapi kok senyum-senyum?" tanya Anna heran.

"Kamu," menunjukkan kearah wajah Anna.

"Kenapa dengan saya?" tanya Anna ia merasa ada sesuautu yang lucu di wajahnya sampai ia membersihkannya dengan tangan. "Ada kotoran di wajah saya ya? tanya Anna.

"Bukan. Kamu ... Kamu nangis gitu, tetap aja keliatan cantik," puji Haziq.

"Tuan jangan bercanda deh," elak Anna merasa malu dan menghapus air matanya.

"Ya udah, kamu jangan nangis gitu dong. Nanti orang lain pada suka juga," suruh Haziq.

"Nggak ada yang suka sama Tuan. Lihat pun enggan mereka," jawabnya rendah diri.

"Banyak," jawab Haziq singkat sambil tersenyum. 
***

"An ...," panggil Ibu Sri dengan lembut sambil membelai rambut Anna yang tertidur di atas ranjang Ibu Sri.

Anna terbangun. "Mama?Alhamdulillah, Mama udah sadar?" tanyanya.

Anna melihat ke arah Haziq yang duduk di sofa yang ada di dalam ruang Ibu Sri. Anna langsung menghampiri Anna dan Ibu Sri. Sepertinya Haziq yang memesan kamar VIP untuk Ibu Sri. 

Ibu Sri melihat ke arah Haziq. "Siapa dia?" tanya Ibu Sri dengan suara lemas.

"Dia atasan Anna Ma," jawab Anna sambil menatap Haziq.

Lalu Haziq mendekati Ibu Sri, yang menatapnya. "Nama saya Haziq Malandre Tante. Bagaimana keadaan Tante, apa ada yang sakit? Saya panggil dokter ya?" tanya Haziq ingin memanggil dokter.

"Nggak usah. Saya nggak papa," jawab Ibu Sri.

"Benaran Mama nggak papa? Apa ada luka di bagian yang lain?" tanya Anna memeriksa tangan Ibu Sri.

"Mama nggak papa An," jawabnya lagi.

Ibu Sri menatap Haziq sangat lama. Haziq yang berdiri di dekat Anna, membuatnya canggung dan salah tingkah. Anna melihat ke arah Ibu Sri seakan mengetahui maksud dari tatapan Ibunya tanpa senyum.

"Oh iya, Tuan udah lama banget di sini. Tuan belum istirahat sama sekali. Maaf udah ngerepotin Tuan," ucap Anna.

"Nggak perlu minta maaf. Kamu nggak pernah ngerepotin saya kok," jawabnya.

"Saya jadi nggak enak. Terima kasih banyak mau bantuin saya tadi, kalau nggak ada Tuan saya nggak tau harus gimana," ucap Anna. Ia merasa tidak nyaman merepotkan Haziq.

"Tidak masalah. Kalau begitu saya pamit dulu. Kalau ada apa-apa kamu boleh minta bantuan saya," tawarnya pada Anna.

"Iya Tuan. Sekali lagi terima kasih," ucap Anna.

"Saya pamit dulu Tante," ucap Haziq. 

Ibu Sri hanya menatap ke arahnya tanpa menjawab.

Anna mengganguk kecil dan tersenyum ke arah Haziq. Haziq sedikit bingung dengan tingkah Ibu Sri. Lalu Anna mengantar Haziq hanya di depan pintu saja. Saat Haziq sudah pergi, Anna kembali pada ibunya.

"Siapa dia?" tanya Ibu Sri dengan serius.

"Dia ...." 

♧♧♧
Kamis, 14 Mei 2020

Penulis

Lia Mauliza

Air Mata Cinta (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang