Sudah dua hari berlalu sejak pertemuan mereka. Ares masih tak memutuskan akan menemui Aurora.Aurora terdiam dengan secangkir kopi di hadapannya. Malam ini, setelah bertemu Client di McQury Cafe, ia memutuskan tak kembali ke kantor.
Ia tersenyum, menertawai dirinya. Tidak seharusnya ia membiarkan perasaan nyaman dan dibutuhkan mengembang pada perasaannya kepada Ares.
Ia menyesap kopi panas dihadapannya. Menatap rerintikan hujan melalui kaca jendela di hadapannya.
Ditakdirkan sendirian, itulah dirinya. Harapan yang ia pernah impikan nyatanya tak akan menjadi kenyataan. Bulir air mata jatuh, tak biasanya ia selemah ini.
Rasa marah, kesal dan kecewa menutupi perasaannya. Ia menangis tanpa ingin menangis. Kepalanya berat, matanya berkabut hingga kini telah berair.
Perasaan yang ia yakini akan mengubah kehidupannya, pada akhirnya berakhir. Tak akan ada kebahagian yang ia inginkan pada hubungannya dengan Ares.
Hubungan ? Kata itu membuatnya menangis lagi, kali ini sesegukan.
Ia menertawai dirinya kembali.
Tak ada hubungan apapun diantara mereka.
Ia menggigit jari telunjuknya untuk meredam tangisnya.
Ia bernafas pelan untuk menetralkan perasaannya kembali.
Sesaat kemudian ia beranjak setelah memastikan tak ada bekas air mata yang ia dapati di wajahnya.
"Mbak Aurora" seseorang yang ia kenal menyebut namanya dengan lantang membuat beberapa orang di ruangan itu menatap ke arah mereka
Aurora tersenyum ke arah Belle, namun senyumnya hilang saat melihat Surya dan Wenny yang berjalan di belakangnya.
"sama siapa? " tanya Belle
Aurora tak bergeming, tatapannya masih tertuju pada Surya. Matanya membulat. Satu lagi kenyataan yang menghantamnya, Ares adalah anak Surya Sudciptyo.
"Hallo Aurora" kata Surya melangkah mendekat "kami akan makan malam, mau bergabung? " tanya Surya kemudian
Wenny memutar matanya, ia jelas tidak setuju keptusan Surya dan Aurora menyadari hal itu.
Saat hendak menjawab, Belle terlebih dahulu memegang tangannya dan tersenyum bahagia.
"mau yah? "kata Belle "malam ini saja" sambungnya membawa Aurora ke arah salah satu meja diikuti oleh Surya dan Wenny di belakang mereka
Aurora dapat mencuri dengar omelan Wenny pada Surya yang mengajaknya ikut bergabung.
"saya sepertinya mengganggu makan malam kalian, saya akan" kata Aurora berhenti saat seorang pria yang ia kenal berjalan kearah mereka
Ares nampak lelah, di wajahnya bahkan tak ada senyuman.
Ia memeluk Wenny dan mencium pipinya. Ia belum menyadari kehadiran Aurora, hingga mata mereka bertemu.
"tadi aku lihat Mbak Aurora makanya diajak gabung sama Papa" kata Belle menjelaskan sambil menggiring Aurora untuk duduk di sebelahnya
Ares hanya terdiam dan terduduk disamping Surya.
"kalian kenal? " tanya Wenny kearah Ares
Ares mengangguk.
"Mama kok ga tahu, Res? "tanya Wenny
Ares hanya terdiam.
"kita akan makan apa malam ini? " tanya Belle mencairkan suasana
"Aurora mau makan apa? " tanya Surya
KAMU SEDANG MEMBACA
AURORA
RandomAurora kaku dengan aura dingin tak tersentuh, tak ada yang dapat menemukan cela dari kesempurnaannya, namun suatu saat air mata jelas terjatuh saat seorang pria tak sengaja mematahkan bulpoin hitam dengan metalik di ujungnya. "Aurora Janet" ucap s...