Part 1

919 30 0
                                    

Ares baru saja keluar dari ruangan kepala Staf Angkatan Darat (KASAD)  yang menjadi pemimpin tertinggi di markas besar Angkatan Dasar (MABESAD) TNI AD. KASAD saat ini dijabat oleh Jenderal TNI Andika Perkasa.

Sebagai wadanjen kopassus dibawah kepala Kopassus Mayor Jendral TNI I Nyoman Cantiasa,  S.E, M.Tr (Han),  ia mengurus banyak hal termasuk mengenai penanggulangan teror yang menjadi pembahasannya menemani danjen pagi ini.

Langkah kakinya terhenti saat Danjen menatapnya sebelum masuk ke mobil. 

"saya akan langsung ke rumah sakit,  saya percayakan kamu mengurus semuanya pada satuan 81 di citanjung, Ares" kata Mayor Jendral I Nyoman Cantiasa dengan senyuman yang menyertainya

"siap, Dan" jawab Ares dengan sikap tegap dan tangan yang hormat menghadap ke komandan

"baiklah kalau begitu,  saya pergi dulu" kata Komandannya memasuki mobil

"semoga Kiara cepat sembuh, Dan" kata Ares memegang pintu mobil

"terima kasih Ares"

Harestyo Abimana Sudciptyo, S.H, M.Tr(Han) merupakan wakil komandan Pasukan Khusus (Kopassus) TNI. Berusia 31 tahun dan masih lajang membuatnya menjadi santapan lapar para petinggi TNI untuk menjodohkannya dengan anak mereka.  Pria tampan berbadan tegap berkulit sao matang,  berkarir bagus, tak menjadi alasan ia memiliki banyak wanita disampingnya. 

Hidupnya terlalu lurus sebagai pria berusia 31 tahun yang melajang.  Oleh karena itu,  kedua orangtuanya berharap Ares segera menemukan pendamping segera.

"halo,  Ma" kata Ares menghentikan Mobilnya di tepi jalanan untuk mengangkat telfon ibunya

"kamu tidak menjenguk Kiara? " tanya Wenny antusias

"belum, Ma.  Masih ada yang harus Ares urus di kantor" kata Ares menatap jalanan sepi di hadapannya

"kamu ini,  komandanmu aja kasih jalan untuk deketin anaknya,  kok kamu malah kaya' gini,  pokoknya pulang kerja langsung ke rumah sakit yah" kata Wenny tegas

"Ma,  Ares ga bisa janji" kata Ares cemas menatap jam tangannya "Ares tutup yah,  lagi dijalan,  kesusu Ma" kata Ares menatap ponselnya yang tertulis Mama di layarnya

Terdengar omelan Wenny yang mengadu pada Ayahnya sebelum telfon tertutup.  Ares menghela nafasnya.

-Cloudious-

Sebuah stelan  berwarna navi di padukan dengan kemeja putih dengan rambut yang di curly dan kacamata yang bertengger di hidungnya, Aurora berjalan memasuki McQury Cafe n' Resto.

Seorang wanita tengah melambaikan tangan kearahnya.  Dengan rambut sebahu dan senyum yang merekah.

"maaf, aku telat, Joe" kata Auraora saat tiba di hadapan wanita itu yang disambut dengan pelukan hangat

"bagaimana kabarmu? " tanya Juli menatap
Aurora tersenyum.  Ia melepas kacamatanya dan merapikannya di dalam tasnya.

"aku sangat merindukanmu, Ra" sekali lagi Juli memeluk Aurora

"maaf,  aku jarang sekali memberimu kabar" kata Aurora memegang tangan Juli

"Aura,  are you okay? " tanya Juli memegang tangan Aurora yang menggenggam tangannya

Aurora terdiam,  ia tak akan bisa membohongi Juli.  Tak bertemu selama setahun tidak akan membuat Juli tak mengenali Aurora.

Senyum Aurora terbit bersamaan dengan gelengan di kepalanya.

"okay,  kalau kau belum mau cerita.  Tapi,  ku harap aku tidak terlihat jahat karna tidak mengetahui masalahmu kali ini,  kau tahu bahwa aku menyayangimu setelah orangtuamu Kan ?"

AURORATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang