Aurora sudah siap dengan dress selutut berwarna putih. Rambutnya ia biarkan terurai curly dengan polesan make up tipis. Ia sedang memilih baju yang akan digunakan oleh Ares saat bangun nanti.
Setelah menyemprotkan parfume dan memakai lipstik nude di bibirnya, Aurora mendekat ke Arah Ares yang tertidur dan mengelus anak rambut pipi Ares.
Sentuhan pada wajahnya membuat Ares terbangun. Ia perlahan membuka matanya dan tersenyum saat wajah Aurora kini tepat berada di hadapannya.
"kita akan makan siang, sarapan sudah lewat berjam-jam yang lalu" kata Aurora
Ares bangkit dari tidurnya dan menuju ke arah kamar mandi. Ia mandi menggunakan air dingin agar lebih segar. Tak henti-hentinya ia tersenyum.
"Aku sudah menelfon layanan kamar untuk membawakan makan siang" kata Aurora saat Ares selesai mandi
"kenapa kita tidak turun saja? " tanya Ares
"terlalu banyak orang" kata Aurora menghentikan bacaannya dan menatap ke arah Ares
"baiklah" kata Ares mengeribgkan rambutnya "jadi, apa yang akan kita kerjakan hari ini? " tanya Ares penasaran
"setelah makan siang, bolehkah kita pulang? " tanya Aurora
Ares tersenyum. Setelah merasa rambutnya kering dan telah rapi, ia berjalan ke arah Sofa yang diduduki Aurora dan memasukkan Aurora kedalam rangkulannya.
"rumah yang kau maksud untuk pulang, adalah rumah kita? " tanya Ares
Aurora mengangguk.
"benarkah? " tanya Ares sumringah
Aurora kembali mengangguk tanpa memutuskan bacaannya.
"aku tadinya akan membahas ini denganmu, ku fikir kamu tak ingin meninggalkan rumah orangtuamu" kata Ares tersenyum sambil mengelus lengan Aurora
Aurora terdiam. Ia menutup bukunya dan menatap Ares. Kini tubuh mereka berjarak.
"itu rumah keduaorangtuaku, akan selalu menjadi rumahku. Tapi memilih menikah denganmu itu berarti aku harus terus berada disampingmu" kata AuroraAres tersenyum "akan ku urus semua kepindahanmu ke rumah kita" kata Ares memeluk Aurora, menikmati wangi vanilla menguasai penciumannya
"aku akan mengajak Bi Inah ikut dengan kita, bolehkah? " tanya Aurora
"tentu saja" jawab Ares tersenyum
Aurora melanjutkan bacaannya dalam posisi ternyaman, bersandar di tubuh Ares. Namun, dengan perlahan Ares mencium bibir Aurora. Tangannya mengelus paha mulus wanita dihadapannya. Sangat indah, batinnya. Dengan rambut berantakan, bibir merah yang membengkak, nafas terengah-engah, pemandangan Aurora dengan mata kelam yang indah menatapnya penuh harap. Ares tak bisa menahan hasrat yang baru beberapa jam ia keluarkan.
Dengan cepat, baju Aurora sudah berada di lantai, ia menuntun Aurora bermain panas dengannya diatas sofa. Ares menuntun Aurora duduk di pangkuannya tanpa memutuskan tatapan mereka. Membelai setiap tubuh Aurora adalah kegemarannya kini. Darahnya berdesir setiap kali desahan keluar dari bibir Aurora. Aurora tahu Ares sangat mengerti cara memuaskannya.
Tangan Aurora beberapa kali meremas rambut Ares, perasaan sakit bercampur nikmat membuatnya ketagihan.
"Ares" ucap Aurora terus menerus sambil medesah
"Apa sayang?" Tanya Ares
Ares terus memainkan lidahnya, mengekspos badan Aurora yang telah ia inginkan. mereka bergelut, tanpa menggubris bel kamar yang terus berbunyi sejak tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
AURORA
AcakAurora kaku dengan aura dingin tak tersentuh, tak ada yang dapat menemukan cela dari kesempurnaannya, namun suatu saat air mata jelas terjatuh saat seorang pria tak sengaja mematahkan bulpoin hitam dengan metalik di ujungnya. "Aurora Janet" ucap s...