"Tidak tahu rasa apa ini. Yang ku tahu rasa ini membuatku merasa bahagia."—Wulansani>>
"Lo ngga tau? Gue punya beribu alasan. Agar lo yang dibenci dan dibuang dari keluarga gue!" desisnya tajam membuat Sani menatap tak percaya.
"Apa salah gu—"
Krekk
Suara ranting patah itu membuat Sani menoleh ke belakang. Sedetik membuatnya terkejut. "Se-sera?" Dirinya terkejut mendapati salah satu temannya tengah berdiri seperti patung. Sani lalu melangkah mendekatinya yang sedang menunduk di balik pohon cemara udang miliknya.
"Sera ngapain disitu? Sini," ujar Sani dibuat sebiasa mungkin.
Sera hanya menganggukkan kepalanya. Sesekali mencuri pandang ke depan. "Gue takut," ucapnya lirih.
Mengerti maksudnya, Sani menoleh dan mengisyaratkan kakaknya untuk pergi. Kemudian, menatap kembali ke Sera.
"Lo jangan takut yah sama kakak gue," tukas Sani mengharap Sera mengerti apa maksudnya.
"Gue ngga nyangka aja. Lo bisa punya kakak seperti dia. Lo juga ngga pernah cerita masalah lo. Seberapa ngga berartinya sih kita di mata lo, San?" tanya Sera dengan memegang satu bahu kiri Sani.
Melihatnya, Sani melepas tangan Sera di bahunya. "Bukannya gue ngga nganggep lo semua, tapi ya karena menurut gue ngga seharusnya diomongin," terangnya sambil menatap cahaya remang-remang di taman depan rumahnya.
"Tapi seenggaknya satu atau dua kali lo bicara lah sama kita. Kak Alfa kakak tiri lo?" tanya Sera dan hanya diangguki oleh Sani.
"Oh iya lo mau ngapain ke sini?" tanya Sani mengalihkan pembicaraan.
"Gue ngga suka lo ngalihin topik."
"Oke-oke, tapi gue berharap cuma lo yang tau keadaan gue. Please, lo jangan bilang-bilang yah sama Fai ataupun Flari. Gue juga mau memperbaiki hubungan gue sama kakak gue," terang Sani.
"Siap! Gue doakan semoga lo cepet baikan sama kakak lo. Oh iya emang apa sih masalahnya sampai marah banget kayaknya?"
"Gue juga ngga ngerti. Makanya gue sedang cari."
"Hm oke lah. Nih gue mau balikin buku lo," tukas Sera sambil memberikan sebuah buku. "Gue pulang dulu ya. Salam buat mamah papah lo."
"Oke makasih. Nggak mampir dulu?" jawabnya sambil menerima buku yang diberinya.
"Ngga deh makasih."
Kemudian, Sani berbalik dan melangkah masuk setelah melihat Sera sudah benar-benar pulang.
**
"Bara!" panggil seseorang membuat Bara menghentikan langkahnya dan berbalik badan.
"Ciee lo udah kangen aja sama gue," tukas Bara membuatnya memukulnya. "Eh ko main pukul-pukul aja sih. Nanti kalau tangan gue patah gimana?"
"Ngga ada sejarahnya dipukul gitu aja bisa sampe patah," jawabnya sambil terus memukulinya.
"Nah ini ada. Nanti bakal gue bikin sejarah, 'Sejarah cowok ganteng dipukul cewenya sampai patah tangannya', keren 'kan?" tukasnya.
Cewe yang tidak lain adalah Sani mendelik mendengarnya. "Keren apanya?" desisnya tajam.
"Ya gue keren lah masa sejarah gue."
"Udah makin deket nih!" teriak Jojo dari kejauhan yang sedang berjalan mendekatinya bersama lainnya.
"Wih cocok lah cocok. Ke kantin beli piscok. Bener-bener cucok!" teriak Lio heboh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sekali Saja
Teen FictionSebuah benci yang kemudian menyatukan dua hati Segenggam rasa yang kian menambah tiap hembusan nafasnya Hingga ... Sesuatu membuat keduanya untuk sejenak merelakan perasaan antara sesama Akankah semesta memihak kembali untuk keduanya? Ikutilah kisah...