32.Disandra

148 38 618
                                    

Perihal tentang luka, kenapa masih terus menyapa?

Happy reading

***

Silau cahaya membuat seseorang yang tengah tertidur terjaga. Bukan tidur. Sedang pingsan lebih tepatnya.

Orang yang tidak lain adalah Sani mengerjapkan matanya perlahan. Setelah matanya terbuka sempurna, dirinya langsung terkaget. Ruangannya nampak asing di matanya.

Saat hendak berdiri, Sani merasakan ada yang menahannya. Kemudian, menoleh ke belakang. Betapa terkejutnya saat melihat tangannya yang terikat.

Dengan kemampuannya, Sani mencoba melepaskan tali yang mengikatnya. Namun, ikatannya sangat kencang membuatnya kesulitan.

Brakk

Sani langsung menatap ke arah pintu yang dibuka paksa oleh seseorang. Dua orang muncul dari balik sana.

“Siapa lo! Ngapain lo nyulik gue, hah! Apa yang lo mau?” teriak Sani. Tangannya terus digerak-gerakkan. Siapa tau bisa lepas dari ikatannya, 'kan?

Dua orang tadi terus berjalan ke arah Sani. “Gue juga gak tau. Bos gue yang nyuruh. Gue gak tau apa urusannya. Gue cuma nurut aja,” ujar salah satu yang berdiri di dekat Sani. Anting hitam terlihat menempel di salah satu telinganya.

Orang yang berada di sampingnya, langsung menyikut perut temannya itu membuatnya meringis. “Bego. Bisa-bisanya si bos ngangkat lo jadi anak buah. Gak ada otak, lelet, bego pula,” makinya.

Sani melihat interaksi keduanya dengan terheran. Perdebatan tidak faedah itu membuatnya pusing mendengarnya.

“Siapa yang nyuruh kalian?” tanya Sani memberhentikan aksi cekcok keduanya.

“Orang. Eh, si bos masih orang, 'kan? Masalahnya, semenjak kejadian itu si bos suka ngamuk-ngamuk kayak bukan orang,” ujarnya yang berdiri di dekat Sani. Mendengarnya, membuat Sani menghela napas kasar.

Orang yang berada di samping temannya itu hanya diam. Tidak ada gunanya menanggapi pertanyaan si temannya itu.

“Lepasin dulu tali ini,” mohon Sani.

“Nanti nunggu bos besar,” ujar orang tadi. “Oh iya nama lo siapa? Wulan iya Wulan, 'kan?” tanyanya memastikan.

Sani mengkerutkan dahinya heran. Bagaimana orang ini mengetahui namanya itu? Siapa sebenarnya yang sudah menyuruh mereka-mereka ini?

“Oh Wulan ... sinarmu menerangi kegelapan. Eh, ya pastilah. Mana ada menerangi keterangan? Iya, gak?” tanyanya pada teman di sampingnya.

Teman yang di sampingnya itu, hanya diam menatap lurus ke depan. Temannya itu memang sudah bego dari lahir.

“Lo gak asik,” ujar orang tadi pada temannya. “Eh, Lan lo cantik banget tau,” ujarnya sambil mencolek dagu Sani.

Sani langsung menggerakkan kepalanya ke samping. Mencoba menghindari tangan kotornya itu. “Gak usah pegang-pegang!”

“Buat latihan aja. Nanti si bos juga mau pegang-pegang lo,” sahutnya membuat Sani membelalakkan matanya.

Brukk

Orang tadi langsung jatuh tersungkur karena Sani menendang selangkangannya. “Bangsat!” umpat orang tadi sambil mencoba berdiri.

Teman lainnya hanya memandangnya dingin. “Gak usah kotorin tangan lo buat ladenin cewek sampah ini!” peringatnya pada temannya yang ingin mencoba membalas akan perbuatan Sani.

Sekali SajaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang