11.Senja Menjadi Saksi

350 145 512
                                    

"Lo harus tau. Senja tidak punya banyak waktu untuk bahagia, tapi apa lo tau? Senja mampu memberi senyum sekelilingnya dengan waktu yang singkat itu."—Bintang Baratha

>>

"ALFA! KAMU MAU APAIN SANI?" teriak seseorang yang baru masuk.

Alfa yang mendengar suara ayahnya terkejut. Ia langsung membalikkan badannya menatap ayah dan mamahnya. Kemudian, keduanya menyalami orang tua mereka dengan hormat.

"Yah—"

"Ehm itu loh, Pah. Masa nih bocah mau diajarin biar ngga gerogi kalo sama cowo. Tadi gue disuruh praktekin. Ya ngga ada ngaruhnya lah 'kan Kakak sendiri," potong Alfa sambil merangkul pundak Sani membuatnya mendelik.

Sani yang mendengar alasan kakaknya hanya membatin. Bodoh! Alasan macam apa itu? Ngga mungkin lah dipercaya.

"Oh ini anak ternyata udah gede juga yah. Emangnya siapa yang lagi deket sama anak Ayah satu ini? Hm," tanyanya sembari mengelus pucuk kepala Sani.

Sani yang melihat reaksi ayahnya tidak percaya. Bagaimana ayahnya percaya begitu saja. Sedangkan, dirinya dilanda syok karena ulah kakanya. Untung belum sempat terjadi pikirnya.

"Sini cerita. Anak Ayah lagi kasmaran ternyata," kekehnya menarik tangan Sani untuk duduk bersamanya.

Sani hanya menurut dan duduk di samping ayahnya. Diikuti oleh Alfa dan mamahnya.

"Tanya sama Mamah kamu tuh. Dia itu jagonya. Dulu saat Ayah deketin sama sekali ngga gerogi malah bentak-bentak Ayah. Padahal 'kan udah ngefly. Pinter banget aktingnya," terangnya sambil terkekeh. Matanya melihat Nesa yang menatapnya tajam.

"Apa sih, Yah ko bicaranya gitu. Ngga gitu juga kali. Jangan percaya sama Ayahmu itu," sewotnya menarik lengan Sani untuk duduk menjauh dari Yudha.

Sani yang ditarik oleh mamahnya, hanya menurut. Senyumnya merekah saat melihat perdebatan ayah dan mamahnya. Namun, saat melihat mata tajam Alfa, dirinya langsung beringsut takut.

**

"TRESNOKU MOH ILANG CUKUP NENG KOE SAYANG OJO NENG ENDI-ENDI BAKALE KITA RABI MANTEPMU ATIMU SELALU SAYANG KAMU OH BEBEPKUUH!" teriak Jojo saat Fai masuk ke kelas. Kakinya melangkah maju mendekat. Tepat di depannya, dirinya menekuk lututnya. Seperti seorang lelaki yang sedang menembak sang gadis.

"Wuihh wuihh, ada yang nekat nih!" teriak Lio sambil bersiul ria. Bara yang sedang bersender di kursi pojok hanya melihatnya acuh.

Fai yang merasa pusat perhatian seisi kelas sempat tersipu lalu membalikkan sifatnya. Melangkah pergi melewati orang di depannya. "Gak mempan!" tandasnya.

"Ada yang cinta bertepuk sebelah tangan nih. Jangan nangis nyet, cengeng amat jadi jantan!" teriak Lio heboh. Yang lainnya hanya tertawa melihat wajah memelas Jojo.

"Ngomong di depan gue lo sat!"

"Gue juga di depan lo kalau lo ngga burem," tandasnya.

Jojo yang mendengarnya, mengambil kertas kosong di meja Fai lalu meremasnya dan dilayangkan ke Lio.

"JOJO ITU KERTAS GAMBAR GUE! KENAPA LO REMES! HIH DASAR!" maki Fai dengan mata mendelik.

Jojo yang mendengarnya menyengir lebar. "Aduh ngga bilang-bilang sih, Bep," tukasnya sembari menekuk lutut di sampingnya. Dagunya ditumpukan di atas meja. Matanya tidak lepas dari Fai.

"BILANG! Emang siapa lo?" makinya. Tangan satunya mengusir Jojo dari tempatnya.

"Lo yakin mau main halus? Nanti kejebak sendiri rasain," tukas Gara lirih sambil meletakkan buku yang tadi dibukanya.

Sekali SajaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang