18.Menyebalkan

229 97 493
                                    

Jika bahagia akan menyapa setelah rasa sakit dulu, aku akan sanggup asalkan  kamu tetap di sisiku.Bintang Baratha

>>

"Woy!" teriak beberapa orang dari balik pintu UKS.

Sepasang muda-mudi yang tengah berpelukan, refleks saling mendorong satu sama lain.

"Bener-bener lo yah ternyata lo lama gara-gara lagi mesra-mesraan di sini," ujar salah satunya yang tak lain adalah Jojo.

"Bilang aja iri," sahut seseorang di sampingnya yang tak lain adalah Fai.

"Ya ladenin dong, Pai."

Fai langsung menoleh ke arah samping dimana Lio berada. "Lo aja tuh ladenin Sera. Gue sih ogah sama Jojo. Gak level tahu," sahutnya kelewat tajam. Satu tangannya dikibas-kibaskan pertanda dirinya tidak respect dengannya.

"Tega amat—"

"Ko gue ik—"

Sahut dua orang secara bersamaan membuat keduanya saling menatap.

"Ko gue jadi pengen ketawa yah," ujar Jojo sambil menatap keduanya. Lio dan Sera refleks memutus kontak matanya.

"Gak ada yang larang kali," sahut Fai sambil menatapnya malas.

"Lo mau gak Fai samaan sama gue?" tanya Jojo sambil mengedipkan matanya.

Dua orang lainnya yang tak lain adalah Gara dan Flari hanya menatapnya datar. Seketika Flari beradu pandang saat tak sengaja menolehkan wajahnya ke samping.

"Samaan apanya? Gue gak suka sama lo, terus lo ikutan gak suka gue? Dengan senang hati gue bakal izinin," sahut Fai dengan wajah menantang.

"Kalo lo suka ke gue berarti gue boleh suka dong?" tanya jojo. Alisnya naik turun dan sedikit membusungkan dadanya.

"Gak nyambung!"

"Sekarang mau?"

"Dengan senang hati gue bakal ME-NO-LAK!" sahut Fai sambil menekan satu kata terakhirnya.

"Di UKS gak boleh berisik," ujar Sani yang baru mendekat ke arah mereka. Sedari tadi ia hanya memandangnya dari jarak beberapa meter.

"Emang kalo mesra-mesraan boleh?" sahut Fai dengan malas.

"Boleh dong," tambah Bara. Satu tangan kanannya merangkul pundak Sani.

"Mesra tanpa rasa!" ujar Gara dingin.

**

Gadis yang tengah duduk di jok belakang, hanya menatap lurus ke depan. Otaknya masih memikirkan ucapan Gara tadi di UKS. Ya, gadis yang tak lain adalah Sani sedang dalam perjalanan pulang.

"Lan?"

Sani tersentak saat pria di depannya memanggilnya dengan nama tidak seperti biasanya.

"Kenapa?"

"Kamu masih mikirin ucapannya?"

"Sedikit."

"Lupain aja mungkin Gara pengen kayak kita," sahut pria di depannya mencoba bercanda.

Sani hanya menganggukkan kepalanya. Ia sudah lebih lama mengenal Gara. Satu-satunya teman lelaki yang tidak pernah bercanda dengan ucapannya.

"Ko masih sedih gitu?" tanya Bara sambil menoleh ke belakang. Satu tangannya melepas helm yang masih melekat di kepalanya. Ia sudah sampai di depan pekarangan rumah Sani.

"Udah enggak ko," sahut Sani sambil berusaha tersenyum.

"Ya sudah masuk gih."

"Tang?"

Sekali SajaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang