41.Rencana Minggu Depan

85 23 324
                                    

Maaf sudah mundur banyak jam ini 😭

Happy reading

***

“WOY CEPETAN!” teriak Jojo tidak sabaran. Tangannya sibuk memukul tembok depannya dengan keras. Tubuhnya sudah bergerak-gerak tidak tahan lagi.

Lio yang ada di atas melirik ke bawah sedikit. “IYA, BENTAR INI SATU LAGI!” teriaknya juga. Tangannya terus melakukan aktivitasnya dengan sedikit susah.

“CEPETAN INI TUBUH GUE MAU RETAK!” teriak Jojo lagi dari bawah.

“IYA, BENTAR! LO JANGAN GOYANG-GOYANG MAKANYA!” Lio terus menjaga keseimbangan tubuh yang sedikit oleng. Setelah selesai, Lio kembali berteriak, “UDAH CEPET TURUNIN!”

Mendengar itu, Jojo segera membungkukkan badannya dan Lio segera lompat ke bawah. “Huft, huft. Harusnya gue yang naik bukan lo. Yang badannya lebih besar juga lo, malah gue yang harus nanggung beban lo!” maki Jojo sambil menelentangkan dirinya di atas lantai putih. Napasnya keluar tidak beraturan melewati mulut. Cukup melelahkan kegiatannya kali ini.

“Lo juga yang minta sendiri tadi bangsat!” balas Lio tidak terima. Namanya ini penyesalan yang datang setelah pendaftaran telah usai. Bukan pendaftaran, ini kegiatan malah sudah selesai.

Jojo yang masih tengah mengatur napas, melirik Lio yang tengah duduk selonjoran di sampingnya. “Itu ada meja, kenapa tadi gak naik itu bego!” umpatnya saat melihat sebuah meja di belakang Lio. Penyesalan ganda ini namanya—melakukan sesuatu dengan susah payah, padahal yang mudah ada di depan mata.

Lio yang sedang duduk sambil memberesi sisa-sisa kertas, segera melirik Jojo. “Tadi gue udah bilang. Lo tadi yang langsung jongkok, yaudah gue naik aja,” sahut Lio membela dirinya.

“Ah, lo tadi cuma bisik-bisik paling! Masa gue gak denger. Mejanya pasti lo tutupin juga tadi, biar gue yang ngangkat lo! Secara tubuh lo itu sama besarnya sama meja,” ujar Jojo masih dengan pendapatnya. Dirinya pastikan tenaganya kali ini berkurang setengah hanya untuk mengangkat seorang Lio.

“Jo, lo tadi gak liat ke atas, 'kan?” tanya Lio membuat Jojo kembali meliriknya.

“Hah, ngapain liat ke atas?” sahut Jojo belum mengerti.

“Ya, mungkin aja lo liat ke atas terus liat, deh,” ujar Lio.

Jojo yang mendengar itu seketika tersadar dan segera menimpuk Lio dengan gumpalan kertas di sampingnya. “EMANG LO PAKE ROK? MANA BISA GUE LIAT BEGO!”

Lio meringis mendengarnya, lalu kembali bertanya, ”Emang kalau gue pake rok, lo mau liat?”

Dengusan sebal kembali terlihat dari wajah Jojo. Lagi geser itu sepertinya. “TAU, GUE MANA TAU!”

“Udah beres?” Sebuah pertanyaan membuat atensi Jojo teralihkan dan mendongakkan kepala, lantas menyahut, “Tuh, liat sendiri.”

“Oke,” sahut Bara—orang yang baru masuk tadi.

Jojo segera mengambil duduk saat dirasa keadaannya kian membaik. Kemudian, menatap dinding di depannya dengan puas.

“ITU UDAH PADA BERANGKAT! CEPETAN SIAP-SIAP!” teriak Bambang dari ambang pintu membuat semuanya yang berada di kelas langsung berdiri.

Sedangkan, empat siswi yang sedang berjalan menuju kelas terlihat asyik bercakap-cakap dengan sesama. Mereka berjalan beriringan dengan semangat. Kali ini kelas yang akan ditempati berbeda dengan sebelumnya.

Sani yang termasuk salah satu dari keempat siswi itu menghentikan tawa akan percakapan dengan ketiganya tadi, lalu kembali berkata, “Udah jangan ejek Sera terus. Kasian itu mukanya.”

Sekali SajaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang